Episode 9

Sungjae seperti orang kesetanan. Saat dirinya kembali ke ruang utama, yang ia temukan adalah tubuh Hana yang bersender dengan mata yang terpejam. Sungjae sempat tersenyum kecil. Ia mengira bahwa Hana hanya ketiduran. Sebelum tangan besarnya terulur merapikan helai anak rambut yang jatuh pada dahi Hana. Tangannya tak sengaja menyentuh dahi putih yang berkeringat itu. Sedikit berjingkat kala tahu bahwa suhu badan Hana sangat tinggi.

Sungjae panik. Hana ternyata tidak tidur. Melainkan pingsan dengan suhu badan yang tidak main-main panasnya. Dengan segala kewarasan yang masih tersisa, Sungjae mengambil ponsel Hana yang terjatuh di lantai. Mencari satu kontak yang masih ia ingat. Dokter Taehyung yang sempat merawatnya.

Taehyung seribu kali jauh lebih terkejut kala mendapat kabar dari Sungjae. Ponakannya, atau anak dari sahabatnya, pingsan dan tak sadarkan diri.

Menyetir dengan sangat ugal-ugal an, Sungjae membawa Hana ke rumah sakit tempat Taehyung bekerja. Bahkan, Taehyung pun sudah menunggu di depan ruang ICU.

Saat Taehyung melihat Sungjae yang berlari menggendong Hana, ia segera berlari menghampiri. Mengambil alih badan kecil Hana yang berada di gendongan Sungjae. Membawanya masuk lalu memeriksa nya dengan teliti.

Sungjae kalut. Bingung apa yang sebenarnya terjadi. Fikirannya berperang. Rasa menyesal tiba-tiba muncul. Bukankah seharusnya ia senang melihat Hana sakit seperti ini? Toh, sudah biasa kan ia membuat Hana menderita?

Tapi kini berbeda. Dengan posisi duduk di depan ruang ICU, kedua tangan Sungjae mengepal di depan wajah. Kakinya bergerak gelisah. Sesekali bergumam, memohon agar Tuhan menyelamatkan Hana.

Getaran dari ponsel Hana mengagetkan Sungjae. Laki-laki itu bahkan lupa bahwa ia mengantongi ponsel Hana. Satu nama tertera dari panggilan masuk di ponsel Hana. Membuat Sungjae sedikit menautkan alisnya, sebelum jarinya bergerak menggeser ikon hijau panggilan.

“Han, dimana? Aku dikelasmu, tapi kau tidak ada. Kau dimana?"

Sungjae menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Kembali melihat nama dari panelfon itu. “Sunbae” siapa?

“Han? Kau dengar aku? Apa semua baik-baik saja?”

Sungjae masih diam.

“Hallo, Jung Hana?”

“Hana ada di R.S.Malayu. Maaf ini siapa?”

Setelahnya tidak ada jawaban lagi. Panggilan terputus begitu saja. Sungjae kembali menautkan alisnya. Siapa penelfon yang dinamai “Sunbae” itu?

Di dalam ruang ICU, Taehyung memperlihatkan raut wajah yang sangat serius. Beberapa perawat yang membantu Taehyung pun ikut bergidik kala melihat sorot tajam dengan wajah yang seperti menyimpan penuh amarah.

Sudah tidak terhitung berapa kali Hana keluar masuk rumah sakit. Bahkan Taehyung bingung, kenapa anak dari Jung Hoseok ini selalu saja sakit. Hana tak punya riwayat penyakit dalam. Penyakit serius pun juga tidak. Tapi satu yang membuat kali ini Taehyung sedikit bingung. Mental Hana terlihat tidak stabil.

Hana belum juga sadarkan diri. Suhu tubuhnya sudah agak menurun. Tapi rancauan yang terus keluar dari bilah bibir mungil Hana tidak juga berhenti. Taehyung bahkan harus menggenggam tangan Hana, kala tangan mungil itu bergetar.

Hana terlihat seperti orang ketakutan. Berkali-kali bergumam “tolong” dan “jangan”. Tangannya terus bergetar mengisyaratkan ketakutan yang sangat mendalam. Ada apa sebenarnya?

Taehyung menyuruh perawat itu keluar. Hana sudah bisa dipindahkan di kamar inap biasa. Meskipun belum sadar, Taehyung sendiri yang akan memantau Hana. Karna bagaimana pun, Hoseok menitipkan Hana kepadanya.

Sungjae masih terus setia menemani Hana. Tidak ada yang buruk. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kecuali satu. Mental gadis itu.

“Kau teman sekolahnya?” Tanya Tahyung yang sedari tadi menatap Sungjae. Sungjae yang berdiri di ranjang samping kanan Hana hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Apa di sekolah ada yang menganggu Hana?” Sungjae terdiam. Pertanyaan Taehyung mirip seperti tuduhan untuknya. Karna dialah yang menganggu Hana.

“Apa yang terjadi pada Hana selama di sekolahan?” Sungjae meneguk ludahnya kasar. Tenggorokannya seperti di cekik secara tidak langsung. Meskipun Taehyung merupakan Dokter yang ramah dengan wajah yang rupawan, namun saat seperti ini, wajah tampannya terlihat sangat menakutkan.

Tatapan tajam dengan rahang yang mengeras. Saking tajamnya, tatapan itu seperti bisa melubangi wajah dari orang yang di tatapnya. Membaca apa yang sebenarnya terjadi, dari raut wajah Sungjae. Saat seperti ini sepertinya lebih menyeramkan Taehyung dari pada Namjoon Ssaem.

“A-aku..”

“Hana!!” Sungjae sedikit menghela nafas lega ketika pintu yang tertutup itu sengaja di buka dengan sedikit kasar. Namun, setelahnya, tatapannya berubah menajam.

Min Yoongi datang dengan nafas yang memburu dan masih memakai seragam sekolah.

“Yoongi kan? Temannya Hana?” Tanya Taehyung. Yoongi hanya mengangguk sebagai jawaban. Matanya menatap ke arah Sungjae tak suka.

“Tidak ada yang perlu di khawatirkan Yoongi. Hana baik-baik saja.” Jelas Taehyung seperti sudah tahu apa yang akan Yoongi tanyakan.

Yoongi kembali menatap ke arah Taehyung. Tersenyum tipis kemudian mengucapkan terimakasih dengan badan sedikit membungkuk. Melangkahkan kakinya, dan berdiri di samping kiri ranjang Hana. Tangannya menggenggam tangan mungil Hana. Sementara tangan satunya digunakan untuk mengelus pelan pipi putih Hana.

“Saya tinggal dulu. Kalian tolong jaga Hana.” Pamit Taehyung setelah itu pergi meninggalkan kedua laki-laki yang berdiri di samping kanan dan kiri ranjang Hana.

Sepeninggal Taehyung, Yoongi menatap tajam ke arah Sungjae. Sungjae pun membalas tatapan Yoongi tak kalah tajam. Kaki Yoongi berjalan mendekat ke arah Sungjae sebelum ia meraih kerah seragam Sungjae dan memukul rahang laki-laki itu.

“Kau apakan Hana?!” teriaknya tanpa takut Hana akan terbangun.

Sungjae hanya diam. Tak bergeming. Memilih bungkam namun tatapan tak lepas dari binar tajam Yoongi.

“Berhenti menyakiti orang yang bahkan tak pernah berdosa kepadamu!”

“Berhenti menyakiti orang yang bahkan sudah tulus menolong nyawamu!” teriak Yoongi lagi. Kali ini Sungjae beralih meraih kerah seragam Yoongi. Nafas keduanya memburu. Emosi mendominasi keduanya.

“Aku tak pernah meminta Hana untuk menolongku.” Tekan Sungaje.

“Dan Hana tidak pernah meminta untuk selalu di bully oleh mu.” Tarikan pada kerah Sungjae di lepas dengan kasar oleh Yoongi. Matanya menajam melebihi sebelumnya. “Dosa apa yang Hana lakukan sampai kau dan teman-temanmu mengganggunya? Apa yang Hana miliki dan kalian tidak miliki sampai kalian menganggunya? Apa kalian merasa hebat bisa mengganggu Hana begitu saja?!” teriak Yoongi tepat di depan wajah Sungjae.

“Siapa kau beraninya mencampuri urusanku!” Sungjae terpancing emosi dan membalas bentakan Yoongi.

Yoongi tertawa sinis. Remeh akan ucapan Sungjae. “Dan kau siapa, beraninya mengganggu orang yang ku sayangi?” ucapan Yoongi memelan di akhir. Sungjae terkejut dengan perkataan yang lebih menjurus pengakuan itu.

Yoongi baru saja mengakui bahwa dirinya menyukai Hana. Jung Hana, gadis yang selalu ia bully dari waktu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.

Bahkan Sungjae ingat betul, dari dulu tidak ada yang mau berteman dengan Hana. Jangankan berteman, mencintai pun dirasa tidak ada. Semua ikut membenci Hana. Sampai akhirnya, Yoongi datang dan mengaku di depannya langsung bahwa ia menyukai Hana.

Entah suka dalam bentuk apa. Tapi sebagai sesama laki-laki, Sungjae tahu betul suka yang seperti apa yang Yoongi rasakan untuk Hana.

Selesai menutup pintu, Tahyung kembali menatap tajam pada pintu yang baru saja di tutupnya itu. Taehyung adalah tipe Dokter yang sangat peka. Dia jelas tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Hana. Hal seperti ini pernah di alami Hana waktu Hana masih kecil.

Dan sekarang, hal ini kembali lagi pada Hana. Mental yang sepertinya sangat terganggu. Taehyung tahu betul, Hana kembali di bully di sekolahannya.

Taehyung berjalan angkuh dengan langkah lebar menuju ruangannya. Mengambil ganggang telepon kemudian memencet nomor yang sudah di hafal jauh di luar kepala.

Tak menunggu waktu lama sampai panggilan itu terhubung.

“Ya Taehyung?”

“Pulanglah. Anakmu benar-benar membutuhkanmu.”

“Tae kau tau kan, aku…”

“Pulang, atau kau akan kehilangan anakmu, seperti kau kehilangan istrimu!.”

Terpopuler

Comments

Dewi Pratysta

Dewi Pratysta

ayah... kok aku ikutan nangis

2020-09-30

1

dwiyani

dwiyani

owalah bapaknya hana itu kunaon sih, gereget

2020-07-29

1

Lindawati Karliman

Lindawati Karliman

😭😭😭😭😢

2020-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!