Malam telah berlalu, bintang telah meredup. Sinar mentari perlahan masuk menapaki puncak ufuk, cakrawala seakan bersenandung seiring kicauan burung.
Butiran tetes embus disudut daun menerobos malam yang mencekam, berhasil muncul menyegarkan sukma, mendamaikan jiwa. Sinar mentari yang menghangat itu menusuki sepasang mata, mengusir dia dari alam mimpi hingga sang pemilik surai membuka sempurna.
Derap langkah dan celoteh khas keluarga terdengar dari luar kamarnya. Keluarga yang penuh kehangatan bahkan kebisingan khas pagi tersaji setiap hari. Entah itu berebut kamar mandi, berebut gelas susu siapa yang pertama diisi, kursi diruang makan, bahkan berebut siapa duduk dekat siapa. Nyaris setiap pagi terdengar seriuh itu. Penuh kehangatan dan kelembutan, suatu tempat yang memang menjadi jangkar, pelabuhan dalam badai, tempat berlindung, tempat yang menyenangkan, tempat dimana kita dicintai dan mencintai.
Menjadi tempat dimana kita bertumbuh bahkan berproses, tidak perduli seberapa luas rumahnya namun seberapa luas kehangatan yang menempatinya. Itulah arti sebuah rumah bagi Metta.
Setelah menyelesaikan rutinitas bersih bersihnya ditambah segala macam lainnya, memoles wajah polos nya dengan sedikit riasan, sengaja menggerai rambut panjangnya. Tersenyum saat memandang dirinya didepan cermin. Kemudian berandak meraih benda pipih yang dia simpan diatas meja, melihat denting waktu yang terus berputar, mengajaknya kembali mengayuh hidup, menggenggam asa hingga menggapai cita.
Memasukan benda itu kedalam tasnya, dan beberapa peralatan yang biasa dibawanya.
Setelah memastikan riasan dan setelan kerja nya sudah rapi, Metta keluar dari kamar dan bergabung bersama kedua adik dan sang ibu di ruang makan, duduk bersebelahan dengan sang ibu kemudian mulai menyuapkan makanan kedalam mulut kecilnya.
" Kaa hari ini gue anterin yaa" tukas Andra
"Terus gue sama siapa nyon" tukas nissa dengan mulut penuh.
" Yaa elaa loe sama si Erfan aja noh, dari kemaren pengen banget bareng sama loe dek" tambah Andra.
"Iiihhh ogah.. mending gue naek angkot deh dari pada sama temen abang yang kurang se ons itu" gidig Nissa dengan telunjuk yang ditempel kemudian ditarik lurus dikeningnya.
" Ngeyel terus nih bocah dibilangin orangtua juga" tambah Andra.
"Hah..mana orangtua mana" sahut Nissa dengan mendekatkan wajahnya berhadapan wajah Andra. Seketika itu juga Andra meraup wajah adiknya.
" Heh, ngeselin emang punya adek kayak loe"
"Loe tuh abang paling nyebelin, pake acara nyuruh bareng si Erfan segala dih" ujar Nissa sambil mencapit bakwan dari piring Andra.
"Ah elaa, punya gue onyon" sahut Andra tidak mau mengalah, merebut bakwannya kembali.
Nissa pun mendengus kesal.
" Sudah sudah kalian ini gak bosen bosennya ribut apa?" Seru Sri sang ibu, melotot kearah keduanya.
"Iyaa berisik banget sih, ada aja yang diributin" giliran Metta bersuara.
" Bang andra nya nih "
" Yee loe onyon yang mulai"
"Loe..loe..loe.." ucap mereka berbarengan.
Sesaat kemudian..
Pletak..
Pletak..
"Aw.." Ringis keduanya.
" Sakit kaa" ujar Nissa mengusap lemput keningnya.
" Kak galak banget sih loe" tambah Andra.
" Rasain, makanya diem jangan ribut terus" ucap Metta setelah menyentil kening keduanya.
" Gara gara loe bang" Nissa terkekeh.
"Loe dek..malah nyalahin gue!!"
" Udah kalian pergi bareng aja, biar kakak pesen taxi online aja" sahut Metta yang baru tersadar hari ini harus pergi tanpa mengendarai motor kesayangannya.
Tiba tiba bocah gila terlintas dipikiran nya, perkataannya kemarin yang akan mengantar jemput Metta selama motornya berada di bengkel.
"Ah..palingan cuma membual saja tuh bocah" batinnya.
Setelah berpamitan, Andra dan Nissa akhirnya pergi bersama. Mereka memang bersekolah ditempat yang sama, Andra kelas 3 SMA, sedangkan Nissa baru kelas 1 SMA.
Yaa selain berhemat biaya transfort untuk keduanya juga memudahkan Andra menjaga Nissa.
" Kakak, kalo gitu kita duluan yaa" ujar nissa.
"Iyaa hati hati dek" sahut Metta yang tengah menunggu taxi online .
Sesaat kemudian sang ibu yang sedari tadi pergi memilih sayur di tukang sayur langganan nya datang dengan tergesa.
"Sha itu driver udah nunggu didepan" seru Sri
" Oh iyaa bu " ujar Metta.
"Tumben koq gak ada notifikasi yaa kalo udah depan rumah " Metta mengedikan bahu.
" Mungkin karena tadi langsung ketemu ibu sha" jawab Sri.
" Iyaa udah aku pergi dulu yaa bu" sahut Metta berpamitan.
" Iyaa sha ..hati hati yaa"
"Kok perasaan baru liat yaa driver online bisa seganteng dan seimut itu" gumam Sri melanjutkan langkahnya kedapur.
" Kalo driver online nya ganteng gitu mah ibu mau deh tiap hari dianterin" tukasnya lagi sambil terkekeh.
Metta berjalan keluar rumah dan menghampiri taxi online yang sudah dipesannya. Dengan tergesa Metta langsung membuka pintu belakang dan langsung masuk.
" Pak hayuuk pak..buruan aku udah telat niih" ujar Metta yang masih menunduk mencari sesuatu didalam tasnya.
"Cx mana lagi nih.."
" Baik bos"
" Sesuai aplikasi yaa" sahut sang supir terkekeh melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali melihat kaca spion dalam yang menempel dikaca depan bagian atas, kemudian tersenyum simpul.
" Kakak ini kenapa bisa semenggemaskan ini sih.."batinnya.
Farrel terus memperhatikan Metta yang tengah sibuk mencari sesuatu didalam tasnya, terlihat tengah mengingat, manik hitamnya bergerak cepat seiring jemarinya bergerak, tak lepas pula Farrel Memperhatikan Bibir kecilnya yang bergumam tak jelas.
" Apa ada yang tertinggal? tanya Farrel penasaran.
"Emmpph.."
" Apa sebaiknya kita kembali dan mengambilnya" ucap Farrel lagi dengan sudut bibir yang terangkat.
Deg..
"Koq suaranya kayak gue kenal"
" Tapi siapa yaa.." batin Metta yang masih mencari sesuatu didalam tasnya.
" Apa yang tertinggal" kali ini Farrel menepikan mobilnya sesaat, kemudian menolehkan setengah kepalanya kebelakang melihat secara langsung kearah Metta.
" Emmpp..itu sepertinya .."
Seketika itu juga Metta mengangkat manik hitamnya mengarah ke depan bertepatan dengan wajah Farrel.
"Ehem.." Farrel mengangkat kedua alisnya bersamaan, dengan sudut bibir yang ditarik ke atas.
"Loe.."Metta membulatkan matanya menatap Farrel, terpaku melihat Farrel yang menurutnya tingkat ketampanannya diatas rata rata itu.
Namun segera menepis fikirannya.
Metta mengerjapkan matanya, sementara Farrel masih berdiam diri masih dengan senyuman di wajahnya.
"Sibuk banget sih dari tadi sampe gak sadar ini aku." Ujar Farrel dengan lembut.
"hem.."
" Jadi apa yang tertinggal "
" Emmmpp bukan apa apa, mungkin tertinggal dikantor".
Farrel hanya ber oh ria...
Kemudian kembali melajukan mobilnya menuju kantor.
"Jadi loe driver online yaa" Metta bertanya dengan lirih.
"Pantes kemaren loe bilang mau anter jemput gue" yaa yaa gue faham sekarang kenapa loe bilang loe mau antar jemput gue selama motor gue blom kelar, ternyata loe driver online " Metta menepuk nepuk bahu Farrel.
" Wah..wah, hebat masih muda udah mau cari uang sendiri, pasti orang tua mu bangga yaa "
Farrel hanya tersenyum menatap Metta.
" Aku kan sudah bilang akan mengantar dan menjemput kakak selama motor kakak belum selesai diperbaiki"
" Kakak mengerti.."
"Jadi tunggu aku, jangan sampai pergi tanpa menungguku"
.
.
.
Flashback On
Pagi itu Farrel menghentikan mobilnya bertepatan dengan berhentinya sebuah mobil yang berada tepat di depan rumah Metta.Farrel turun dari mobil dan menghampiri mobil yang terparkir itu.
Terlihat orang yang mengendarainya itu keluar dari mobil dan mengangguk kearah Farrel.
" Duh sinyalku jelek sekali disini, gimana mau ngabarin yang order Mba Mettasha ini yaa" gumannya masih melihat ponselnya, namun masih bisa terdengar Farrel.
" Bapak mau menjemput Mettasha?"
" Iyaa betul"
" Batalkan saja pak.."
Farrel merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar kemudian memberikannya.
" Ini ongkos gantinya".
Driver itu mengambil lembaran uang yang diberikan Farrel dengan mata berbinar.
" Tapi ini kebanyakan "
" Gpp pak "
" Baik kalo begitu, terimakasih yaa mas"
Sesaat kemudian mobil itu berlalu dari sana bertepatan dengan datangnya seorang ibu dari arah sebaliknya.
" Selamat pagi bu.." ucap Farrel.
" Ah iyaa pagi"
" Mau jemput anak saya Mettasha yaa"
Farrel mengangguk.
" Tunggu sebentar yaa"
" Iyaa bu "
Flashback Off
Metta tak bergeming, "Ah kenapa bocah ini manis sekali" batinnya.
"Jadi kakak tunggu aku, jangan sampai pergi tanpa menungguku yaa" Farrel mengulang ucapannya lagi.
" Tapi kan loe juga harus nyari order kali kayak tadi kan kebetulan banget yang ordernya gue yaa kan" tugas Metta.
" Kakak ini kenapa tidak mau menuruti ku"
" Baiklah baik, kali ini gue ikutin kata loe karena itu gue anggep sebagai bentuk tanggung jawab loe selama bebeb gue masih belum kembali"
Farrel mengangguk dan menyodorkan sebelah tangan kebelakang ke arah Metta.
" Aku setuju.."
Metta kemudian mengangguk dan tersenyum.
"Oke deal " ucap Farrel kemudian menyeringai.
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya mobil berhenti di kantor tempat Metta bekerja,
Metta membuka pintu dan keluar.
"Kakak.." Farrel memanggil dari belakang sementara Metta berdecak menoleh.
" Ada apa "
"Mau ngerjain gue lagi" Ketus Metta
"Enggak bukan begitu.."
" Trus apa.."
" Kenapa kakak selalu berfikir buruk hm"
Farrel menghampiri Metta dan menarik telapak tangan, membalikannya lalu memberikannya sesuatu kemudian menelengkupkannya.
" Apa i..ni nametag yang sedari kemarin aku cari cari".
" Astaga ..jadi ada di loe" Metta menepuk jidatnya kesal, kemudian beralih tajam ke arah Farrel.
" Kenapa loe diem aja si, bukan nya langsung kasih aja gitu" .
" Kakak gak pernah kasih aku kesempatan"
" Lain kali kakak harus percaya sama aku
yaa".ucap Farrel menarik lembut ujung hidung Metta.
Lagi lagi Metta hanya bisa terpaku, perhatian kecil dan sikap manis dari Farrel yang menurutnya masih bocah terhadapnya itu, menimbulkan rasa aneh yang menyeruak, perlahan didalam rongga hatinya. Gelanyar aneh yang bahkan sudah lama tidak Metta rasakan, namun dengan segera Metta menepisnya.
" Dasar driver gak gak tau diri" ucapnya.
Metta tidak ingin berlarut dalam gelombang yang dia sendiri tidak bisa mengendalikannya, Metta takut akan arus yang tiba tiba menghantam hidupnya, takut akan rasa kecewa, rasa putus asa dan berbagai rasa buruk yang akan menghampiri hidupnya.
Metta tak bergeming melihat punggung Farrel hingga tidak terlihat lagi, hingga tepukan dibahu nya membuyarkan lamunan nya..
" Woi loe ngapain diem disini sedari tadi udah kayak security aja loe" seru Dinda yang baru tiba.
" Sialna lo din"
" Dah ayoo masuk"
Sementara Farrel yang sudah berlalu dari kantor Metta kini tengah tersenyum bahagia
"Baru satu langkah kaa".
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁
Otor masih baru banget gabung disini,,
jadi kalo ada kesalahan harap dimaklum.
Semoga suka.
Salam geje😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Kinan Rosa
semangat kak
semangat juga buat farel
2023-07-11
0
Yuli Ana
🔥🔥🔥
2023-05-09
0
Bzaa
😘😘😘
2022-07-04
0