Keesokan paginya, seperti biasanya, Kirana melakukan aktifitas berangkat menuju kampus dengan JR, transportasi massal kereta listrik yang umum digunakan orang-orang Jepang menuju tempat tujuan mereka masing-masing. Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkannya untuk dapat sampai ke kampus. Ia pun berjalan memasuki gerbang kampus bersama para mahasiswa lainnya yang memiliki jadwal mata kuliah pagi ini. Hawa dingin musim dingin membuat bulu kuduk Kirana merinding karena menahan dingin. bahkan syal tebal ungu tua yang dikenakan di lehernya dan pakaian tebal yang dikenakannya tidak dapat menghangatkannya.
"Pagi Kirana!" Sapa Luna ketika menyadari Kirana yang baru datang menuju loker tempat penyimpanan buku-buku pendukung pembelajaran mereka di kampus.
"Pagi...," Balas Kirana dengan senyum lemah menahan dingin.
"Bagaimana kondisimu hari ini?" Tanya Luna sedikit cemas. Ia mendengar cerita dari Park Ha Neul dan Erick Schneider-salah satu teman internasional Luna dan Kirana yang berasal dari Jerman, bahwa pelatih klub basket marah besar melihat Kirana bertengkar hebat dengan Akio Fujiwara sehingga mengganggu sesi latihan tim basket dan menjatuhkan hukuman yang tidak mengenakan untuk keduanya. Menurut mereka berdua, ekspresi Kirana saat itu sangat kusut, antara menahan tangis dan kesal menerima hukuman tidak main-main dari Pak Pelatih. Ia tak menyangka bahwa Kirana akan menjadi sasaran empuk dari kekesalan salah satu kaum jetset yang bernama Akio Fujiwara. Apa jangan-jangan..., dibuangnya pikiran aneh yang menyergap di kepalanya. Ya Tuhan, mengapa kami berdua memiliki masalah dalam berurusan dengan para lelaki single kaya nan playboy dan menyebalkan seperti Akio Fujiwara dan Daichi Matsumoto?! Teriaknya dalam hati. Apa salah kami hingga harus terlibat dengan mereka? Tidakkah dua lelaki itu membiarkan kami hidup tenang?
"Aku baik-baik saja, hanya sedikit kedinginan," Kirana meringis dan mengeratkan syalnya.
"Maafkan aku tidak bisa menemanimu kemarin karena jadwal part time-ku," Luna menghela napas dan merangkul pundak sahabatnya itu untuk memberikan sedikit kekuatan. "Kupikir kau hari ini tidak akan masuk kampus karena kelelahan akibat hukuman sadis Pak Pelatih."
"Memangnya aku anak kecil?" Kirana memasang wajah cemberutnya. "Anggap saja kemarin aku sedang sial!
KYAAAA!
Akio-kun!
KYAAAAA!! Akio-sama!!
Kazuto-kun!
KYAAAAAA!!!
Akiooooooo!!!
"Oh ayolah, bisa tidak sih satu hari saja aku tidak harus mendengar jeritan-jeritan histeris dari fans girl itu? Lama-lama aku bisa gila kalau terus-terusan begini!" Kirana mengetuk-ngetukkan kepalanya di atas loker buku miliknya menahan agar tidak ada kerutan dan empat sudut siku-siku urat muncul di dahinya. Jeritan-jeritan itu bak alarm yang mengingatkannya bahwa pemuda yang paling malas ia temui telah tiba di kampus. Itu berarti, selama satu hari ini ia harus kembali berjuang kembali untuk bertahan mengikuti pelajaran di kampus ini. Bukan karena ia takut pada fangirls itu karena mereka justru takut kepada dirinya yang sangat menguasai jurus karate dengan status sabuk hitam melainkan pada sosok yang sangat ingin dijauhinya namun tak bisa. Kemanapun ia pergi pasti bertemu dengan Akio dan ada saja hal-hal yang membuatnya bersitegang dengan si manusia angkuh itu.
"Mau bagaimana lagi, gedung kita dan gedung jurusan Ekonomi kan bersebelahan," Luna menatap kearah Akio Fujiwara dan Kazuto Hoshi yang berusaha berjalan menghindari para gadis yang mengerubutinya bak semut yang mengerubungi gula.
"Kurasa hanya orang dengan tingkat kebodohan akut yang mau dengan lelaki itu!" Umpat Kirana dengan kesal setengah mati. Rupanya gadis ini masih kesal dengan sikap lelaki yang menjadi pujaan kaum hawa tersebut.
"Bagaimana ya? Aku susah berkomentarnya," Luna mengangkat bahunya. "Dua lelaki dan satu temannya lagi adalah trio single yang selalu menjadi trendsetter para gadis atau wanita. Jika beruntung kau bisa menjumpainya di cafe tempatku bekerja. Mungkin minus dengan Kazuto Hoshi yang merupakan tunangannya Park Ha Neul. Selebihnya merupakan makhluk brengsek yang hanya memikirkan ego mereka bagaimana caranya setiap wanita yang menjadi incarannya bertekuk lutut kepada mereka."
"Terserahlah," Kirana memutar kedua bola matanya bosan. Ia menghentikan aktifitas konyolnya dan ikut menatap sosok Akio Fujiwara dari atas lantai dua gedung perkuliahannya. Ia akui bahwa lelaki itu memang merupakan salah satu makhluk ciptaan sempurna dari Yang Mahakuasa. Tentu minus sikap playboy dan arogannya. Jika lelaki itu berpikir kekayaan dan kekuasaan bisa membuatnya bertekuk lutut itu SALAH BESAR! Ia bahkan memiliki kekayaan dan kekuasaan yang lebih besar jika ia ingin menggunakannya. Namun sayangnya ia memilih untuk menanggalkannya.
lelaki itu menyukaimu Kirana-chan!
Sontak ia teringat ucapan kakak tercintanya yang membuatnya tak dapat tidur nyenyak semalaman. Ia segera menggelengkan kepalanya untuk memastikan bahwa ucapan kakaknya itu hanyalah omong kosong. Kalau memang lelaki dihadapannya ini menyukainya, seharusnya caranya tidak seperti itu! Tapi kenapa juga ia harus dipusingkan dengan perasaaan seperti itu? Bukankah dirinya sendiri sudah memutuskan tidak akan terlibat urusan percintaan sebelum dirinya lulus kuliah?
"Dalam mimpi!" Kirana mendengus kesal dan menutup pintu loker dengan keras.
"Apa maksudmu dalam mimpi?" Luna mengernyitkan dahinya bingung.
"Bukan apa-apa," Kirana menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Bagaimana jika setelah kuliah kita jalan-jalan? Ke taman bermain misalnya? Hari ini aku sudah mantap untuk melarikan diri dari hukuman Pak Pelatih. Hitung-hitung sebagai pengganti tidak menemaniku kemarin."
"Sepertinya ide yang bagus," Luna merangkul pundak Kirana. "Hari ini juga aku free dari job-ku, kita harus mengajak anak-anak lainnya.
"Setuju!"
Kirana dan Luna pun memasuki kelas bersama.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments