Luna keluar dari cafe melalui pintu belakang setelah setengah jam ia berada di ruangan ganti seragam pelayan menjadi pakaian sehari-hari. Hari ini adalah jadwalnya menutup cafe. Setelah meyakinkan diri bahwa cafe telah aman terkunci ia pun dapat bernapas lega. Ia menyempatkan melakukan peregangan untuk tubuhnya yang kelelahan. Dipandanginya jam tangan sporty warna biru yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 22.30 malam. Pekerjaannya sebagai barista semakin sibuk sejak cafe ini masuk kedalam salah satu acara televisi yang menayangkan cafe-cafe yang direkomendasikan untuk didatangi dengan menyediakan menu makanan dan minuman lezat serta nikmat.
"Akhirnya aku punya waktu berdua denganmu Luna," Suara yang tak asing di telinga Luna membuatnya menoleh kearah pemilik suara tersebut, Daichi Matsumoto!
Mau apa lagi orang ini denganku? Dengus Luna dalam hati. Tak cukupkah keusilan-keusilan yang dilakukannya untuk menggangguku?
"Tidak perlu berbasa-basi lagi," Daichi meringsek maju kearah Luna dan mengurung sang gadis sehingga membuatnya terpojok membentur tembok. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Daichi untuk mengunci pergerakan Luna untuk tidak melarikan diri. Sudah cukup kesabarannya menghadapi gadis sok dingin dan jutek seperti dirinya. Padahal selama ini ia berusaha dengan berbagai cara halus untuk mendekatinya namun gadis ini terus saja menolaknya. "Berapa hargamu sehingga aku dapat menyelesaikan rasa penasaranku padamu yang sok jual mahal itu?"
"A..apa maksudmu?" Luna berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi Daichi. Hembusan napas beratnya di wajah Luna membuat jantungnya berdetak kencang dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Samar-samar ia mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut Daichi. Lelaki ini mabuk!
"Aku sudah bersikap lembut dan perhatian padamu bahkan aku akan membelikanmu dan akan memberikanmu apapun yang kau mau untuk bisa one night stand denganku," Ucapan Daichi terdengar lembut namun penuh penekanan. "Karena aku sudah muak dengan kau yang sangat jual mahal padahal kau sama saja dengan perempuan lainnya!"
Mata Luna membelalak sempurna. Ia yang tak terima ucapan dari lelaki yang sering mengganggu hidupnya ketika bekerja di cafe berusaha mendorong tubuh besar Daichi kemudian secepat kilat ia menampar pipi kiri Daichi sekuat tenaga dengan telapak tangan kananya yang mungil. Mimpi apa semalam sehingga ia harus menghadapi ucapan kurang ajar dari lelaki yang menurut orang-orang memiliki martabat tinggi dan terkenal dengan sopan santunnya.
"Tarik kata-katamu Tuan," Tubuh Luna bergetar menahan amarah. "Tarik!"
"Cih," Daichi membuang air ludahnya dan mengusap aliran darah yang mengalir akibat tamparan dari Luna. "Kau berani-beraninya kau menamparku?! Tak tahukah kau berhadapan dengan siapa di sini?!"
"Aku tahu!" Balas Luna dengan menguatkan tekad. Sabar Luna, kau tak boleh terpancing dengan ulahnya. Ingat, lelaki ini sedang mabuk sehingga apa yang diucapkan ngawur. "Kau hanyalah lelaki pecundang yang bisanya hanya memaksakan kehendak untuk mendapatkan keinginannya dengan menggunakan kekuasaan dan harta yang kau miliki. Tapi kau salah jika hal tersebut kau paksakan kepadaku! Masih banyak gadis-gadis lain yang rela antri untuk melakukan permintaan menjijikan yang kau lontarkan kepadaku tadi. Tapi maaf, hal itu tidak berlaku untukku. Aku...sama...sekali...tidak tertarik padamu! Kau dengar itu?!"
"Kenapa?" Wajah garang Daichi mendadak menjadi menunduk seolah memohon kepada Luna. "Padahal masih banyak gadis yang mengantri dan memohon untuk mendapatkanku, tapi kenapa hanya kau yang selalu mengganggu hari-hariku di pikiranku? Kenapa hanya engkau yang kuinginkan?!"
Luna menatap nanar kearah Daichi. Sosok yang biasa ia lihat begitu berkuasa dan berwibawa seolah runtuh di hadapannya saat ini. Ia tak menapik pesona dari Daichi Matsumoto sangat kuat bahkan cukup mempengaruhi dirinya yang telah memutuskan untuk menutup diri dari makhluk yang bernama lelaki. Ia normal, sangat normal, tapi bayangan kebencian terhadap papanya membuatnya takut untuk jatuh cinta. Terlebih lagi pada lelaki tersebut. Daichi begitu mirip dengan papanya. Pria sibuk, playboy, dan tidak punya hati. Bagaimana mungkin ia rela membuka dan menyerahkan hatinya untuk orang seperti itu. Ia tak mau berakhir seperti mamanya yang meninggal karena sakit hati pada sang papa terulang pada dirinya atau mungkin lebih buruk dari itu.
"Carilah wanita lain yang menginginkanmu Daichi," Luna tersenyum lemah sambil mengusap wajah Daichi yang terkena tamparan dari tangan kanannya. Daichi begitu terkejut karena ini pertama kalinya Luna memanggil nama kecilnya dan memberlakukan dirinya begitu lembut. Ia pun terbuai dengan sentuhannya dan mulai menciumi telapak tangan Luna sepenuh hati. Getaran tak kasat mata memenuhi relung hati Luna. "Kau tampan, kaya dan berkuasa, aku hanyalah orang biasa yang tak punya apa-apa dan tak sanggup mencinta karena hatiku sejak dulu telah terluka dan mati."
Luna meninggalkan Daichi yang terdiam tak berdaya. Ia mencengkeram dada bagian kirinya. Beginikah rasanya ditolak oleh orang yang sangat kau inginkan? Rasanya sesak dan sakit. ia terkekeh mengingat sumpah serapah Kazuto. Ia benar-benar kena karma karena hal itu. Tapi bukan Daichi Matsumoto namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia pastikan dapat memiliki Luna secara keseluruhan baik jiwa dan raganya. Senyuman lebar tercetak di wajah Daichi. Tunggu saja Luna, akan kubuat kau tak bisa kabur lagi dan menolakku!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments