Sejak insiden perselisihan yang terjadi antara dirinya dengan Akio Fujiwara di hari pertamanya kuliah, nama Kirana menjadi trendsetter di kalangan para mahasiswa Universitas Tokyo. Ada yang membencinya karena telah berani menantang Akio Fujiwara. Sebutlah mereka sebagai fans girl pewaris tunggal Fujiwara tersebut.
Namun, setidak sukanya mereka kepada Kirana, mereka tidak ada yang berani mendekati Kirana setelah mengetahui bahwa salah satu dari mereka hampir menerima tendangan maut jurus karate yang dikuasai oleh gadis itu ketika mereka berniat untuk mem-bully-nya.
Ada pula yang menyanjung dan mengaguminya karena telah berani menantang salah satu orang yang paling ditakuti seantero Universitas Tokyo jika tak mau perusahaan keluarga mereka bermasalah dalam keuangan atau karir mereka terhambat, mereka adalah para mahasiswa yang merasa menemukan sosok dewi perang untuk melawan rezim Akio Fujiwara di Universitas Tokyo.
ZRAAAKK!
Kirana melesakkan bola basket dengan lay up indah andalannya.
"Nice Shoot Kirana-chan!"
"Nice body Kirana-chan!!"
Kirana hanya melambaikan tangannya kearah para mahasiswa lelaki yang meneriakinya seraya mengucapkan terima kasih atas dukungannya. Setelah itu ia kembali fokus dengan latihan basketnya.
"Kirana-chan cantik ya?"
"Kau benar, tak hanya itu, lihat saja tubuh langsing-nya," Salah satu murid pria itu membentuk kelukan tubuh Kirana yang bak biola dengan kedua tangannya. "Mantap!"
"Aku ingin jadi kekasihnya!"
"Aku juga!"
Rupanya mereka tidak menyadari ada aura gelap yang sejak tadi berada dibelakang mereka. Akio yang saat ini diam dan menenangkan diri setelah sesi latihannya tak tahan mendengar ucapan yang cenderung mesum mengenai Kirana. Ia menggelutukkan giginya keras. Entah mengapa hatinya panas dan kesal setiap kali mereka meneriakkan atau hanya sekedar menyebutkan nama Kirana.
BUKK!
Sebuah bola basket mengenai salah satu punggung para kerumunan mahasiswa pria yang sedang berkasak-kusuk tentang Kirana.
"Aduh, siapa yang berani melempar bola kepadaku?!" Teriak salah satu anggota tim basket yang merupakan fans dari Kirana.
"Aku, memangnya kenapa?!" Sepasang mata tajamnya mengintimidasi para penggemar Kirana sehingga membuat mereka terdiam tak bergerak dan tak berani melawan. Siapa yang berani melawan pewaris Fujiwara Interprise jika tidak ingin hidup mereka menderita. Lebih baik mengalah dan diam. Ah, hampir lupa, hanya satu orang yang berani melawan Akio, dia adalah Kirana. Gadis yang sejak awal telah menarik perhatiannya sejak di Indonesia.
Setelah memastikan membuat mereka terdiam, Akio berjalan ke tengah lapangan menghampiri objek yang sejak tadi menjadi topik pembicaraan. Tanpa mengindahkan teriakan sang pelatih yang memarahinya karena mengganggu latihan tim putri, ia menarik lengan kanan Kirana dan menyeretnya keluar dari lapangan atau tepatnya keluar aula basket yang tentu saja disertai protes pemilik lengan itu.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" Akio tetap saja bungkam hingga ia memastikan bahwa tidak ada orang lain yang akan ikut campur dalam urusannya. Ia melepaskan genggaman lengan kecil Kirana seraya membanting tubuh langsing Kirana ke tembok di salah satu sisi penyangga aula basket dan tentu saja Kirana meringis menahan benturan itu.
"Sakit tahu!" Kirana mengelus-elus bagian punggungnya yang dirasakannya sakit. Kenapa orang yang satu ini sikapnya kasar sekali? Sepertinya tidak ada pengecualian gender sama sekali dimatanya. Menyebalkan! Keluhnya dalam hati. "Apa sih maumu?"
"Mauku?" Akio menatap intens kearah Kirana yang tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun kepadanya.
"Iya, cepat katakan, aku malas berurusan denganmu!" Kirana membuang muka berusaha mengacuhkan pandangan yang penuh intimidasi itu. Entah mengapa perasaannya selalu tidak enak jika harus berhadapan langsung dengan sepasang bola mata kelam itu seolah mata itu akan menelannya dan tak membiarkannya keluar lagi.
Tanpa Kirana sadari, tergurat senyum tipis di bibir Akio.
BRAK!
Hentakan telapak tangan kanan Akio ke tembok tepat berada di samping Kirana membuat sang gadis ini terdiam.
"Aku juga malas berurusan denganmu gadis jelek!"
"Aa..apa? kau mengataiku jelek?" Merasa tidak terima dengan ucapan Akio, mau tak mau membuat Kirana menatap kembali kearah Akio. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang mengucapkan kata jelek padanya. Meskipun terdengar terlalu percaya diri, seluruh orang yang melihat dirinya pasti mengakuinya bahwa ia gadis yang cukup cantik kecuali jika orang itu mengalami kelainan. Ya, Akio Fujiwara mengalami kelainan! Batinnya mengambil kesimpulan mantap.
"Iya, apakah kau tidak menyadari seluruh tatapan para lelaki di tim basket memandangmu dengan mesum? Dengan wajah cantikmu yang tersenyum, dadamu yang berukuran 32D, tubuh langsing semampai dan sepasang kaki yang indah dan jenjang membuatku muak ketika hampir seluruh lelaki di kampus ini membicarakanmu!"
Kirana ternganga tidak percaya dengan pendengarannya. Bukankah semua yang diucapkan oleh lelaki dihadapannya tadi adalah kelebihan yang dimilikinya? Mengapa justru lelaki ini mengatakan muak padanya? Memang apa salahnya ia dianugerahi semua itu? Ia sungguh bersyukur karena perpaduan gen yang sempurna dari kedua orang tuanya yang memiliki penampilan di atas rata-rata itu sehingga tidak harus mengikuti trend operasi plastik hanya demi mendapatkan kesempurnaan meskipun ia tahu bahwa tidak akan pernah ada manusia yang sempurna di dunia ini.
"Intinya aku tidak suka!"
Sungguh luar biasa, ia bisa mengucapkan kalimat luar biasa panjang itu. Mengapa sejak kedatangan gadis ini membuat dirinya yang biasanya terkontrol menjadi lepas kendali seolah menjungkirbalikan seluruh hidupnya yang serba terencana? Apakah karena hanya gadis ini satu-satunya orang yang dengan frontal mengatakan bahwa ia tidak suka dan tidak ingin berurusan dengannya? Ia pun malas berurusan dengan gadis ini seandainya saja..., seandainya apa? Akio menjadi bingung dengan dirinya sendiri. Namun ia berusaha menutupinya dengan tatapan datar andalannya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya.
"Apa hakmu untuk melarangku?"
Pertanyaan Kirana menyadarkan Akio dari berbagai asumsi yang hinggap dikepalanya.
"Karena kau telah mengganggu hidupku!"
"Mengganggu?" Kirana tersenyum sinis. "Yang merasa terganggu itu justru aku Tuan Muda. Untuk apa kau mengurusi orang biasa sepertiku? Urusilah urusanmu sendiri!"
"Jangan pernah memerintahku! Kau akan menyesal telah melakukan itu!"
"Justru aku akan menyesal jika tidak mengatakannya! Aku tak suka setiap kali aku melakukan sesuatu selalu saja kau ganggu. Bisakah kau tidak ikut campur dengan hidupku? Aku sudah cukup pusing akibat ulahku sendiri sehingga membuat kedua orang tuaku bersedih dan merepotkan kakakku disini. Jangan ditambah lagi dengan keegoisanmu Fujiwara-san. Aku hanya ingin hidup tenang menjalani masa kuliah tanpa ada gangguan sedikitpun dari orang sepertimu."
Akio terdiam, sepertinya ia teringat sesuatu.
"Akio, aku dapat kabar bagus nih dari Ha Neul!" Lelaki yang bernama Kazuto Hoshi berteriak penuh semangat semangat. Ia memberikan cengiran polos tak berdosanya dan hal tersebut semakin membuat Akio jengah. Seluruh penghuni di kelas itu hanya bisa menatap dalam diam kearahnya. mereka tidak berani atau segan menegur kedua pemuda harapan bangsa tersebut. "Kudengar Mahasiswi baru yang akan masuk kesini kualitasnya bagus-bagus semua!"
"Terus apa hubungannya denganku Kazuto no Baka?" Akio mendengus kesal. Akhirnya ia memaksakan diri untuk menatap lawan bicaranya.
"Bukankah kau biasanya akan bersemangat untuk menaklukkan mereka?"
"Aku tidak tertarik." Ujar Akio pendek.
"Ayolah, aku yakin kali ini kau akan tertarik." Bujuk Kazuto. "Kata Ha Neul ada anak-anak baru dari Indonesia dan mereka cantik-cantik semua!"
"Mendokusai," (Merepotkan) Akio memotong pembicaraan Kazuto dan mendengus serta menahan kesal dengan sikap cerewet sahabat yang telah menemaninya sejak kecil itu. Ia menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana cargonya. "Memangnya ulah siapa yang melaporkan kelakuanku kepada Kakek sehingga beliau memutuskan untuk menjadikanku CEO tetap dalam usiaku semuda ini dan semakin menjejaliku dengan berbagai pekerjaan di kantor? Bisa kau bayangkan, pekerjaan kantor dan tugas kuliah? Mana sempat untuk melirik perempuan!"
"Sembarangan kalau ngomong ya!" Kazuto memukul kepala Akio dengan tangan kanannya. "Bagaimana tidak kulaporkan, gadis yang kau incar itu adik dari Ha Neul, tunanganku! Kau mau membuatku putus dengannya ya?"
"Aduh," Akio meringis menahan sakit sambil mengusap kepalanya yang dipukul Kazuto. "Kenapa kau justru memukul kepalaku?!"
"Kusumpahi untuk kedua kalinya kau kena karma jatuh cinta pada gadis yang tidak tertarik padamu baru tahu rasa!"
"Terserah sajalah, kurasa sumpahmu tak akan berlaku untukku," Akio memilih untuk tidak menanggapi sahabat berisiknya itu. "Buktinya mereka dengan sukarela mengejarku. Mana ada perempuan yang menolak kharismaku," Lanjutnya narsis.
Ia memijit dahinya yang tegang. Rupanya ia teringat sumpah serapah yang diucapkan oleh Kazuto kepadanya. Apakah karma itu sekarang mulai menjangkitinya? Dengan gadis keras kepala nan cuek padanya ini? Apa tidak salah? Bagaimana bisa kemampuan menaklukkan wanitanya mendadak luntur ketika berhadapan dengan Kirana?
"Jika tak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku akan pergi, permisi!" Kirana berjalan melewati Akio yang masih sibuk dengan dirinya sendiri. bagaimana pula ia yang selalu memerintah orang lain dengan mudahnya tak dapat berkutik dihadapan Kirana? Entah mengapa ia merasa gadis ini bukanlah gadis biasa. Aura yang terpancar seolah ia sejajar dengan dirinya sehingga membuatnya merasa segan untuk menggunakan kekuasaan miliknya. Akh, sungguh mengesalkan! Ia harus memaksa Kazuto mencari tahu tentang gadis itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments