2-1

Hembusan angin sepoi-sepoi menyeruak di antara celah-celah langit biru yang cerah. Pepohonan maple perlahan merubah warnanya dari hijau menjadi kuning keorenan. Saat ini telah masuk bulan September, permulaan musim gugur dan dimulainya semester dua untuk kelas reguler.

Di sebuah ruangan dengan fasilitasnya yang sangat lengkap milik Universitas Tokyo, universitas ternama nomor wahid di Jepang, tampak dua lelaki tampan sedang sibuk berkutat dengan laptop masing-masing dihadapannya.

"Ne, Akio," Panggil lelaki berambut spike berwarna coklat terang menghentikan ketikan laptop miliknya. Ia memutar tubuhnya kearah belakang memanggil sahabatnya.

"Hn," Jawab sang pemuda di hadapannya dengan malas-malasan. Wajahnya yang datar dan tetap fokus pada laptop miliknya menunjukkan sikapnya yang dingin dan acuh tak acuh.

"Akio...," Lelaki berambut coklat itu menutup laptop-nya kemudian menggoyang-goyangkan tubuh proposional lelaki berambut raven berlayer itu seolah merengek kepada sahabatnya itu.

"Berisik Kazuto, aku masih sibuk mengamati pergerakan saham perusahaanku," Terlihat kerutan di alisnya. Ia mendengus kesal tanpa memperhatikan panggilan Kazuto. "Aku tak mau terjadi missing hanya gara-gara ulah bodohmu itu!"

"Akio, aku dapat kabar bagus dari Ha Neul!" Lelaki yang bernama Kazuto Hoshi berteriak penuh semangat semangat. Ia memberikan cengiran polos tak berdosanya dan hal tersebut semakin membuat Akio jengah. Seluruh penghuni di kelas itu hanya bisa menatap dalam diam kearah kedua sahabat berbeda karakter tersebut. Mereka tidak berani atau segan menegur kedua pemuda harapan bangsa tersebut. "Kudengar mahasiswi baru yang akan masuk ke sini kualitasnya bagus-bagus semua!"

"Terus apa hubungannya denganku Kazuto no Baka?" Akio mendengus kesal. Akhirnya ia memaksakan diri untuk menatap lawan bicaranya. Dikira para mahasiswi itu barang apa hingga berbicara terkait kualitas? Apakah otak Hoshi dengan bermasalah?

"Bukankah kau biasanya akan bersemangat untuk menaklukkan mereka?"

"Aku tidak tertarik," Ujar Akio pendek.

"Ayolah, aku yakin kali ini kau akan lebih tertarik." Bujuk Kazuto. "Kata Ha Neul, di kelasnya ada anak-anak baru dari Indonesia dan mereka cantik-cantik semua!"

"Mendokusai na," (Merepotkan) Akio memotong pembicaraan Kazuto dan mendengus serta menahan kesal dengan sikap cerewet sahabat yang telah menemaninya sejak kecil itu. Ia menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana cargo-nya. "Memangnya ulah siapa yang melaporkan kelakuanku kepada Kakek sehingga beliau memutuskan untuk menjadikanku CEO tetap dalam usiaku semuda ini dan semakin menjejaliku dengan berbagai pekerjaan di kantor? Bisa kau bayangkan, pekerjaan kantor dan tugas kuliah? Mana sempat untuk melirik wanita! Masih untung proposal perjodohan dengan anak gadis antah-berantah belum diluncurkan olehnya. Jika sampai diluncurkan tamat riwayatku! Jadi Biarawan saja sekalian!"

"Sembarangan kalau ngomong!" Kazuto memukul kepala Akio dengan tangan kanannya. "Bagaimana tidak kulaporkan, gadis yang kau incar itu adik sepupu Ha Neul, tunanganku! Kau mau membuatku putus dengannya ya?"

"Aduh," Akio meringis menahan sakit sambil mengusap kepalanya yang dipukul Kazuto. "Kenapa kau justru memukul kepalaku?!"

"Kusumpahi untuk kedua kalinya kau kena karma jatuh cinta pada gadis yang tidak tertarik padamu baru tahu rasa!"

"Terserah sajalah, kurasa sumpahmu tak akan berlaku untukku," Akio memilih untuk tidak menanggapi sahabat berisiknya itu. "Buktinya mereka masih dengan sukarela mengejarku. Mana ada perempuan yang menolak kharismaku," Lanjutnya narsis.

"Hoshi-san dan Fujiwara-san," Panggil sang dosen yang sedang mengajar mata kuliah Business Management di kelas mereka saat ini membuat mereka menghentikan pembicaraan mereka dan fokus menatap dosen tersebut. "Berhubung kalian berdua sejak tadi tidak memperhatikan pelajaran yang saya berikan dan hanya sibuk mengobrol, saya akan memberikan tugas lebih banyak dimulai dari halaman 129 sampai dengan 300 untuk masing-masing dari kalian dan harus dikumpulkan minggu depan!"

"Brengsek kau Kazuto, menambah kerjaanku saja!" Geram Akio. Ia menjatuhkan wajahnya tepat di depan laptop miliknya.

"Siap Sensei, dengan senang hati!" Kazuto berdiri dari tempat duduknya dan dengan semangat menjawab permintaan dari dosennya. Ia benar-benar mengutuk sikap ceria yang dimiliki sahabat bodohnya itu!

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!