Never Say Never
Kalian pernah jatuh cinta pada saudara sendiri? Disaat saudaramu menikah dengan tunangannya kamu harus menangis dipojokan. Sementara tamu yang lain menangis haru, disudut suatu ruangan, seorang gadis menangis karena pujaan hatinya menikah dengan gadis idamannya. Ya itulah Anggita yang sedari kecil selalu berusaha menarik perhatian Naka, sepupunya sendiri. Akan tetapi yang ada Naka malah mengacuhkannya dan malah menganggap Anggita sebagai gadis rese yang menyebalkan.
Semua yang menyaksikan pernikahan Naka dan Sosa baik yang didalam ruang rawat karena Ame Enji begitu Naka biasa memanggil Ibunya yang sedang sakit, yang hadir diluar pun menyaksikan dari jendela kamar, mereka mengeluarkan air mata, terharu karena kondisi Ame Enji yang setengah sadar meminta Naka putranya segera menikah, Anggita pun ikut menangis, tapi ia menangis pilu karena pada akhirnya Naka tidak akan pernah menjadi miliknya.
"Patah hati?" seseorang pria menepuk bahu Anggita. Anggita menoleh pada pria yang tidak kalah tampan dengan Naka.
"Terharu." jawab Anggita berbohong. Romi kakak Sosa istri Naka, yang akhir-akhir ini menempel pada Anggita terkekeh, ia tahu dari dulu Anggita selalu menginginkan Naka yang tidak mungkin dimilikinya karena mereka bersaudara satu buyut. Walaupun adat dikeluarga lain ada yang memperbolehkan perjodohan garis keturunan tapi tidak dikeluarga Emily Oma Naka dan Aluna Oma Anggita, Oma Naka dan Oma Anggita beradik kakak.
"Sudah jangan ditangisi, Naka bukan jodohmu. Sadar tidak kalau jodohmu itu adalah aku yang sekarang didepan matamu." kata Romi masih tersenyum memandang Anggita, ia menyerahkan tissue ditangannya pada gadis yang sedari tadi sibuk menghisap ingusnya agak tidak jatuh.
"Dari pada kamu mengurusi aku, lebih baik kamu mengurusi calon istrimu yang dari tadi berduaan terus dengan Steve sahabat kalian." ketus Anggita pada Romi, mengambil tissue dari tangan Romi dengan kasar, karena ia membutuhkannya.
"Memang kenapa kalau mereka berduaan, aku juga kan berduaan sama kamu." jawab Romi santai.
"Kalau calon istrimu beralih pada Steve, kamu yang menangis dipojokan, nanti baru tahu rasa." Anggita menatap Romi dengan kesal.
"Hahaha seperti kamu sekarang? tidak akan terjadi karena dari awal aku mau nikahnya sama kamu, bukan sama Lembayung." Romi malah mentertawakan Anggita, tidak terganggu dengan perkataan Anggita. Ia kemudian merangkul Anggita dengan santainya, tidak takut dilihat kedua orang tuanya dan yang lainnya.
Tamu-tamu sudah mulai bubar, tidak diperbolehkan berlama-lama di rumah sakit karena Enji harus melakukan pengobatan lebih lanjut, Romi juga sudah di panggil oleh Papanya Anto melalui sambungan teleponnya sedari tadi.
"Sayang, aku dipanggil Papa. Jangan menangisi Naka, aku cemburu." kata Romi pada Anggita sambil mengecup dahinya.
"Romi!!!" Anggita membesarkan kedua bola matanya kesal, khawatir dilihat orang. Sementara Romi terkekeh meninggalkan Anggita yang masih sibuk menghapus air matanya.
"Kenapa Rom?" tanya Sosa simempelai wanita saat melihat Abangnya tertawa sendiri.
"Senang lihat kamu menikah." jawab Romi tanpa menjelaskan pada Sosa kenapa dia tertawa.
"Pasti bukan itu yang bikin tertawa, kamu cari masalah lagi dengan Anggita?" tanya Sosa ingin tahu apa yang dilakukan Abangnya yang kalem cenderung tidak jahil.
"Bukan urusan kamu." jawab Romi memonyongkan bibirnya pada Sosa.
"Menyebalkan! Aku kasih tahu Papa ya kalau kamu pacaran dengan Anggita." dengus Sosa mengancam abangnya. Romi menjulurkan lidahnya pada Sosa.
"Selesaikan dulu urusan kamu dengan Lembayung, Rom." Sosa memperingati Abangnya.
"Iya Sosia, kamu kan tahu aku dan Ayu sudah tidak ada urusan."
"Kalian sudah kasih tahu Papa dan Mama belum?" tanya Sosa. Romi menggelengkan kepalanya.
"Mau aku yang kasih tahu?" tanya Sosa, Romi gelengkan kepalanya.
"Jangan, aku pastikan hubunganku dengan Anggita dulu." bisik Romi ketika Anto mendekat kearah mereka.
"Papa sudah tunggu dari tadi di parkiran ternyata kamu masih disini." tegur Anto pada sulungnya.
"Aku menemani Sosa dulu." jawab Romi mencari alasan.
"Sosa sudah ada suaminya, biarkan saja disini, ayo kita pulang." ajak Anto.
"Ok Pa, selamat jadi istri adikku." Romi mengacak anak rambut adik kesayangannya sambil tersenyum.
"Ayu mana Rom, tidak ikut kita?" tanya Anto menanyakan Lembayung tunangan anaknya.
"Sama Papa Andi." jawab Romi asal sebut jika Ayu bersama Papanya sendiri.
"Papa Andi sudah pulang dari tadi, kamu bagaimana sih tidak perhatian sama calon istri." Omel Anto pada Romi.
"Mama mana, Pa?" tanya Romi mengalihkan perhatian Papa, supaya Papa tidak rewel tanyakan Ayu lagi.
"Mama sudah pulang sama Tante Monik." jawab Anto.
"Kita langsung ke kantor kan Pa? Ayu bisa ikut pulang dengan yang lain." Romi beritahukan Anto. Anto menganggukkan kepalanya lalu mereka berjalan menuju mobil. Hari ini gunakan satu Mobil karena pernikahan mendesak Naka dan Sosa.
"Sebenarnya bagaimana hubungan kamu sama Lembayung, Rom?" tanya Anto curigai Romi.
"Apa boleh aku jujur Pa, aku tidak pernah cinta Ayu, Ayu juga begitu Pa." jawab Romi jujur apa adanya. Anto menghela nafas panjang.
"Papa tidak akan memaksa kalau kamu harus bersama Ayu, tapi Papa minta selesaikan urusan kalian dengan baik. Kamu tahu persahabatan kami para orangtua kan? Jangan rusak persahabatan Papa dan Mama dengan Papa Andi dan Mama Pipit." kata Anto menepuk bahu Romi, lalu masuki mobil yang sudah dibuka Romi.
"Iya Pa." jawab Romi, mulai nyalakan kendaraannya, melaju perlahan menuju ke kantor, mereka kembali bekerja.
Anto bukannya tidak tahu, jika hubungan Romi dan Lembayung tidak berjalan sebagai mana mestinya, Tadi Anto melihat Romi mengecup dahi Anggita dan Lembayung bergandeng tangan dengan mesra bersama Steve anak Mario sahabat mereka juga. Anak-anak mulai terang-terangan seperti tanpa beban.
"Pa, aku harus bilang apa sama Mama. Aku khawatir Mama marah kalau aku jujur bilang tidak cinta Lembayung." Romi buyarkan lamunan Anto yang masih tampak tampan, mantan Model dan pembalap ini lumayan terkenal disaat muda dulu.
"Katakan saja kamu mencintai Anggita. Apa Anggita juga mencintai kamu, Rom?" tanya Anto.
"Aku bisa buat Anggita mencintaiku, Pa." jawab Romi yakin.
"Kalau Anggita tidak mencintai kamu, kenapa memaksakan diri?"
"Belum cinta bukan tidak cinta kan Pa? Aku mencintai Anggita dan tidak pernah mencintai Ayu." jawab Romi menghela nafas.
"Apa Andi dan Pipit tahu keadaan kalian?" tanya Anto penasaran, ia melihat Romi seperti dirinya saat mengejar Intan dulu, dulu pun Anto tidak mau dijodohkan dengan wanita pilihan Mamanya.
"Ayu dan Steve itu sejak lama saling mencintai, Pa. Jauh sebelum aku jatuh cinta sama Anggita, kebetulan aku juga tidak berminat jadikan Ayu Istriku, aku menolak perjodohan sejak kecil."
"Jelaskan saja seperti itu pada Mama, begitu juga Papa Andi dan Mama Pipit. Jangan biarkan berlarut-larut." kata Anto, Romi anggukan kepalanya sambil fokus menatap kedepan.
Satu jam perjalanan dari rumah sakit tempat Ame Enji dirawat menuju kantor, setidaknya Anto mengerti apa yang dirasakan Romi anaknya, ia berharap istrinya nanti tidak akan membesarkan masalah perjodohan ini nantinya. Bukankah semua sepakat jika perjodohan ini flexible dan tidak memaksa. Bagaimanapun yang akan menjalani nanti Romi dan istrinya bukan mereka.
Hari ini Anto sangat bahagia karena Sosa putri bungsunya menikah dengan Naka sesuai perjodohan semasa kecil, Naka menantu idamannya, yang sedari kecil selalu Anto jaga dan didik hingga menjadi pembalap juga seperti Anto.
Hubungan Anto dengan Naka tidak beda jauh dengan Romi, sudah seperti anaknya sendiri. Hal yang membahagiakan bagi Anto, Naka benar-benar sudah menjadi bagian keluarganya saat ini.
"Sudah sampai, Pa." Romi kembali membuyarkan lamunan Anto.
"Papa duluan." langsung saja Anto keluar dari mobil meninggalkan Romi yang masih berbenah. Client sudah menunggu, Anto harus buru-buru. Pertemuan tidak bisa digeser ke hari lain membuat Anto harus kembali ke kantor untuk bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
auliasiamatir
Thor . ini kisah anak anak nya, di dear anjela yah
2021-11-11
2