"Sayang sabar ya, kita tidak bertemu dulu untuk sementara waktu." bujuk Steve pada Lembayung.
"Sampai kapan, Steve?" tanya Lembayung yang tak ingin jauh dari Steve.
"Sampai kamu siap, kita buat pengakuan didepan orang tua kamu." sahut Romi sedikit kesal. Masalahnya sekarang ada pada Lembayung, ia tidak siap menghadapi kedua orang tuanya.
"Jangan sampai kita di nikah paksa ya, Yu. Aku bisa marah sekali sama kamu." dengus Romi setengah mengancam.
"Siapa juga yang mau menikah sama kamu sih Rom, mending aku kawin lari sama Steve." sahut Lembayung, sekarang mereka beradu mulut. Steve menenangkan Lembayung sambil menggenggam tangannya.
"Mengaku saja lah kalian, susah betul." celutuk Naka ikut kesal pada Lembayung, sebenarnya saat ini waktu yang tepat, kedua orang tua mereka berkumpul semua.
"Iya, tapi jangan sekarang." jawab Lembayung melemah, ah payah sekali, pikir Romi.
"Gue di kasih deadline cuma sebulan nih sama Anggie, sekarang sudah masuk minggu kedua, Steve mau diungsikan pula. Yang antar jemput kamu siapa, Nyong." kesal Romi menjadi-jadi.
"Huhu Naka tolong." wajah Lembayung tampak memelas.
"Ih aku sibuk mondar-mandir rumah sakit, belum lagi antar jemput Nyonya." Naka melirik ke arah Sosa saat menyebut kata Nyonya. Sosa hanya mencebik.
"Pakai supir saja ya. Jangan sama Romi." tegas Steve menatap Romi sambil terbahak.
"Gue juga tidak mau antar jemput Ayu, nanti Papa, Mama Salah sangka. Belum lagi Mami Regina." kata Romi sewot.
"Sabar ya Rom, ini proses perjuangan kita." Steve kembali terkekeh.
"Pejuang Empat Lima saja tidak serumit kalian." goda Naka terkekeh, mereka semua tersenyum miris, hanya Sosa yang tersenyum geli.
"Ini gue terlihat tertawa tapi hati gue sebenarnya menangis." kata Steve lagi membuat mereka jadi terbahak. Ada saja bahasan mereka, dalam keadaan kusut pun masih sempat-sempatnya bercanda.
"Son!" panggil Mario pada Steve, ia melambaikan tangannya meminta Steve mendekat.
"Wah sepertinya Papi setuju." Steve segera berlari menghampiri Papi sementara sahabatnya terbahak dibuatnya.
"Ya, Pi."
"Sepertinya besok kamu harus ke S'pore, baru saja Opa telepon minta kamu urus pekerjaan disana." kata Mario pada Steve, ia memperlihatkan handphonenya.
"Berapa lama, Pi?" tanya Steve lagi.
"Papi kurang jelas, coba saja kamu hubungi Opa." Mario memberikan handphonenya pada Steve agar menghubungi Opa.
Tambah jauh saja dengan Lembayung, batin Steve. Tapi setidaknya, tidak merasa diasingkan, bukan kali ini saja Steve mengurus pekerjaan di S'pore atas keinginan Opa dan biasanya bisa sebulan dua bulan disana.
"Tidak usah, Pi. Jam berapa besok?" tanya Steve santai, setidaknya kalau di S'pore ia tidak merasa berdosa menghubungi Lembayung.
"Jam delapan dari sini. Berarti nanti malam kamu tidak usah di rumah Opa." tegas Mario lagi. Steve menganggukkan kepalanya sambil memandang Mami yang hanya menatap Steve penuh arti.
"Rere ikut kawal Steve?" tanya Intan pada Regina.
"Ah Steve sudah besar, lebih baik kawal Papinya." jawab Regina membuat semua tertawa. Steve juga ikut tertawa meskipun hatinya menangis.
"Aku kesana lagi." ijin Steve pada Papi dan semua yang ada disana.
"Iya, sebentar lagi kita pulang bilang yang lain." jawab Intan pada Steve.
"Siap Mama." jawab Steve tersenyum manis.
"Selamat berjuang ya Steve, kamu dan Romi." Intan terkekeh menggoda Steve, membuat wajahnya jadi memerah. Mau jawab apa perkataan Mama Intan membuat Steve merasa tersindir.
"Mohon doa restu, Mama." jawab Steve akhirnya, wajah jahilnya mulai muncul lagi. Sedikit lega karena sepertinya Mama Intan bisa membuat Mami mengerti. Tinggal pendekatan pada Mama Pipit saja.
"Kamu seperti apa saja minta direstui." Andi jadi terkekeh dibuatnya.
"Ganteng ya calon menantu." sahut Anto terkekeh.
"Iya jadikan calon menantu siapa ya, sayang betul kalau lepas ke orang." jawab Andi terkekeh. Mario ikut terkekeh dibuatnya, sementara Steve sudah berjalan menghampiri rombongannya.
Steve kembali duduk di bangkunya sambil menyugar rambutnya.
"Dapat restu?" tanya Romi tertawa.
"Dapat tugas, besok pagi gue mesti ke S'pore." jawab Steve manyun.
"Tambah jauh saja kita sayang. Kamu weekend susul aku ya?" pinta Steve pada Lembayung.
"Wah boleh juga tuh, sudah lama tidak kesana." Lembayung tampak semangat, lupa kalau mereka masih ada kerikil didepan mata hingga jalan cinta mereka belum mulus.
"Gue ikut, ajak Anggie, Yu." Romi ikutan punya ide.
"Ish kalian ini, uraikan dulu benang kusutnya." Naka menggelengkan kepalanya sambil bersedekap.
'Iya ih pusing." kata Ayu pada Naka.
"Pusing dibikin sendiri." Naka terkekeh.
"Ih Kamu sih enak memang saling cinta dengan Sosa." Ayu memberengut memandang Naka.
"Karena memang aku fokus sama Sosia saja, kamu kan main mata sama Steve." jawab Naka jahil.
"Tidak seperti itu ceritanya, iya kan Rom?" Ayu meminta suaka pada Romi.
"Iya." jawab Romi singkat.
"Iya saja, apanya yang iya?" tanya Sosa.
"Ayu tidak main mata sama Steve, mereka saling suka dari kelas tujuh. Steve curhat terus sama aku kalau dia suka Ayu. Kita kan belum tahu kalau kita dijodohkan." Romi terkekeh.
"Setelah gue bilang suka sama Ayu, Romi langsung saja jodoh-jodohin gue sama Ayu." sahut Steve ikut terkekeh.
"Iya Norak deh, setiap kali Romi selalu bilang ke gue kalau Steve Kirim salam cinta." Ayu ikutan bercerita.
"Norak bagaimana? tiap kali dapat salam dari Steve, kamu langsung kasih aku coklat. Baik betul sama Mak Comblang."
"Itu coklat padahal aku titip untuk Steve loh Rom." protes Lembayung pada Romi.
"Ups tidak ada pemberitahuan jadi sorry, jujur saja coklat itu tidak pernah sampai pada Steve, selalu habis kumakan. Kamu tidak bilang sih itu untuk Steve. Untuk Steve hanya coklat ayam?" Romi memajukan bibirnya beberapa senti.
"Enak saja coklat ayam, itu coklat termahal, lumayan menguras isi dompet seorang anak kelas tujuh, apa lagi Kirim salam tiap hari." kata Lembayung pada Romi, semua jadi terbahak mendengarnya.
"Dikasih tahu dijodohkan menjelang kuliah dan aku sudah ilfill sama Ayu hahaha " sambung Romi lagi.
"Kenapa ilfill?" tanya Steve sambil terkekeh.
"Pacar lu, gue juga yang jadi mak comblangnya. Terus mesti jadi istri gue gitu? Oh tidak bisa." Romi tertawa sendiri.
"Rese lu Rom." Lembayung melempar Romi dengan gulungan tissue di tangannya.
"Kamu jangan ilfil ya Steve?" katanya lagi bergelayut manja pada Steve.
"Eh kamu tidak sadar itu mata Mama dan Mami dari tadi melihat kemeja kita, Yu." desis Sosa pada Ayu dengan mata membelalak.
"Duh bagaimana ini?" Lembayung mengangkat kepalanya perlahan, berlagak acuh sementara wajahnya tampak panik. Romi terbahak melihatnya.
"Memang kalau belum halal sih begitu, serba salah." Naka terkekeh membelai rambut Sosa yang duduk disebelahnya.
"Iya juga ya, seperti Naka barusan enak tanpa beban." Steve tampak iri, ingin saja menikahi Lembayung secepatnya.
"Ayo sayang, kumpulkan keberanian kamu kita menikah secepatnya." kata Steve lagi pada Lembayung dengan tatapan berharap. Lembayung langsung saja meleleh melihat tatapan mesra dari Steve.
"Ganteng betul calon suami gue ya?" katanya pada yang lain. Romi menggelengkan kepalanya sementara Naka dan Sosa terbahak melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
auliasiamatir
mudah mudahan papah Andi dan mama Pipit merestui ayu dan Steve yah
2021-11-27
0