"Setelah ini apa jadwalnya Vit?" tanya Romi pada Vita dalam perjalanan kembali keruangan
"Survey gedung tidak terawat." jawab Vita pada Romi.
"Coba panggil Fuad dan Ari keruangan." pinta Romi kemudian meninggalkan Vita masuk kedalam ruangannya. Ia mulai memeriksa berkas yang harus ditanda-tangani, terlihat sudah menumpuk di meja kerjanya, padahal baru saja setengah hari di tinggal meeting, ada saja staff yang menambah pekerjaan Romi setiap saat.
Pintu ruangannya diketuk, tak lama muncul Fuad Dan Ari, Romi mempersilahkan mereka duduk dengan gerakan tangannya, kemudian melanjutkan memeriksa satu berkas yg sudah setengah dibacanya.
"Sebentar ya, lima menit." katanya pada Fuad dan Ari. Setelah selesai, Romi meletakkan pulpennya.
"Ada gedung yang tidak terawat menurut Ari, kita survey sekarang." tegas Romi pada Ari dan Fuad.
"Maaf pak, saya harus menemui klien satu jam lagi." kata Ari pada Romi.
"Gedung mana yang kamu maksud tidak terawat dari delapan tower yang kita miliki?" tanya Fuad pada Ari.
"Tower I pak." jawab Ari, Fuad mengernyitkan dahinya heran.
"Kami selalu melakukan pengecekan rutin, mana ada gedung yang tidak terawat Pak Ari." kata Fuad tidak terima.
"Makanya saya ajak Ari untuk survey bersama, susah juga kalau Ari sendiri tidak bisa ikut, sementara yang tahu titik yang dianggap tidak terawat itu hanya Ari." kata Romi menatap Ari tajam, Ari hanya menunduk saja, menyesali diri karena ia tadi mencari pembenaran.
"Lagi pula Ari, gedung yang kamu katakan tidak terawat itu sudah disewa sebanyak Lima lantai oleh Mr. Lee, perusahaannya akan berkantor di sana mulai bulan depan dan dari delapan lantai yang tersedia, hanya tinggal satu lantai yang masih kosong dan bisa kamu pasarkan pada klien kamu hari ini, dan ini kesempatan terakhir kamu. Saya tidak suka karyawan yang bicara tidak sesuai fakta dilapangan." tegas Romi pada Ari.
"Iya pak." jawab Ari melemah.
"Kendala kamu sebenarnya dimana sih? apa perlu saya dampingi supaya kamu bisa deal siang ini?" Romi menawarkan.
"Saya akan usaha sendiri, Pak." jawab Ari menolak tawaran Romi.
"Minta Moza dampingi kamu, kalian harus membawa kabar baik hari ini." tegas Romi menyudahi pertemuannya dengan Ari dan Fuad.
Sore hari Romi pulang ke rumah tepat waktu, hari kedua tidak memikirkan Anggita, tidak menanyakan kabarnya, tidak menjemput Anggita ke kantor, tapi masih mengirim hampers karena Romi lupa menginformasikan pada Vita.
Baru saja Romi tiba dirumah, Raymond menghubunginya.
"Ray, gue baru sampai rumah." kata Romi membuka bajunya bersiap untuk mandi.
"Balik lagi lah, gue lagi sama Steve dan Arkana ditempat biasa." Raymond meminta Romi untuk bergabung.
"Arkana tidak ke rumah sakit kah?" tanya Romi, bisa-bisanya tuh anak ikut kumpul sementara Ame sedang dirawat.
"Kesini dulu lah nanti tanya langsung saja."
"Gue mandi dulu." kata Romi menyetujui, menutup sambungan teleponnya dan bergegas untuk mandi.
"Mama mana, Bi?" tanya Romi pada Bi Tika asisten rumah tangga.
"Tadi pergi sama Non Sosa, Mas." jawab Bi Tika pada Romi.
"Oh iya lupa, aku keluar dulu Bi." pamit Romi pada Bi Tika.
Hanya setengah jam saja dari rumah tempat Romi berkumpul bersama rekan-rekannya, di mana lagi kalau bukan Warung Elite, di pojokan tempat duduk pavorite mereka.
"Wih datang juga dia, gue kira tidak akan datang karena sudah di rumah." kata Steve menyambut kedatangan Romi.
"Datanglah, sudah jarang-jarang kumpul kan, Lu kenapa disini, Ame tungguin tuh." tegur Romi pada Arkana.
"Gue lagi nunggu Sarah, kita janjian disini." jawab Arkana mesem-mesem.
"Siapa Sarah? pacar baru kah?" tanya Romi penasaran, sementara Raymond dan Steve terkekeh.
"Calon istri lah, kena deadline gue janji sama Ame akan ajak Sarah menikah." kata Arkana tertawa.
"Baru dengar Sarah, anak mana?" tanya Romi penasaran.
"Dokter yang merawat Ame, hahaha." Arkana langsung saja terbahak. Semua menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Arkana.
"Ame yang minta, kebetulan gue juga suka." Arkana menjelaskan.
"Jadi kita kesini supaya kawal elu kencan?" sungut Romi pada Arkana.
"Hu uh." Raymond ikut bersungut sementara Steve dan Arkana cengengesan.
"Kenapa lu ikut cengengesan?" tanya Romi pada Steve.
"Nanti Ayu menyusul." jawab Steve senang.
"Terus? Lu juga Ray, Roma menyusul?" tanya Romi mulai sewot. Ia saja yang tidak bisa mengajak pujaan hatinya.
"Tidak, tenang saja. Ah Roma kenapa lagi marah-marah terus sama gue, Rom?" keluh Raymond pada Romi.
"Yeah yang jalan sama Roma elu, nanya kenapa dia marah sama gue." sungut Romi lagi.
"Elu kan sepupunya, nyong."
"Adek gue marah sama Naka saja, gue tidak tahu, bagaimana Roma yang beda rumah." Romi melempar gumpalan tisu yang dipegangnya sedari tadi pada Raymond.
"Ya kali, Roma curhat sama Bang Romi."
"Curhatnya sama Sosa kali, bukan sama gue." Romi terkekeh melihat ekspresi Raymond yang tampak kurang bersemangat.
"Makanya nikah, kelamaan pacaran sih." kata Arkana lagi mentertawakan Raymond. Raymond hanya mencebikkan bibirnya.
"Kenapa begitu ekspresinya?" tanya Steve pada Raymond.
"PR sekali ini ya, syarat Roma kalau mau nikah, gue mesti stop aktifitas yang berhubungan dengan komik." kata Raymond lemas.
"Hahaha pilihan yang sulit sepertinya." Romi terbahak.
"Lu bayangin saja, itu cita-cita gue dari kecil, jadi komikus." kata Raymond lagi.
"Cita-cita lu dari kecil juga kan jadi suami Roma." kata Arkana lagi kembali terbahak, semua ikut mentertawakan Raymond.
"Eh Rom, Ayu ajak Anggita loh." kata Steve tiba-tiba setelah membaca pesan pada handphonenya.
"Beneran? mau dia?" tanya Romi tidak percaya.
"Ini, mereka sudah dijalan." Steve memperlihatkan foto selvie ayu bersama Anggita.
"Sue, gue sendiri nih? sementara kalian nge date. Gue balik lah." Raymond langsung kesal saja.
"Aih jangan begitu lah, gue telepon Roma sekarang suruh datang ya." kata Romi pada Raymond.
"Dia lagi marah, mana mau datang." kata Raymond pada Romi.
"Ih, gue yang ajak, mana bisa menolak." kata Romi pada sahabatnya.
"Coba saja." Raymond setengah bersungut.
Romi segera menghubungi Roma sepupunya untuk bergabung di Warung Elite. Tanpa banyak tanya Roma langsung menuruti ajakan Romi.
"Tuh mau kan?" kata Romi ketika menutup sambungan teleponnya.
"Roma tidak tahu kan gue ada disini? Jelas saja mau." gerutu Raymond pada Romi.
"Memang gue tidak kasih tahu sih. Tapi status gue ada foto elu, nyong. Jadi dia tahu." kata Romi lagi ikut kesal karena Raymond dari tadi cemberut saja.
"Jadi bagaimana pilih Roma atau Komik?" tanya Arkana lagi.
"Mau dua-duanya." kata Raymond dengan suara dibuat se'imut mungkin. Semua terbahak mendengarnya.
"Mana calon istri lu?" tanya Romi pada Arkana.
"Sebentar lagi sampai, awas jangan ada yang naksir ya." ancam Arkana pada sahabatnya.
"Aih, kita semua ini sedang berjuang untuk pujaan hati, mana kepikiran naksir sama calon lu itu." kata Steve terkekeh.
"Dipikir-pikir sepertinya yang enak, Naka saja ya? tidak pakai berjuang, langsung bisa menikah sama Sosa." kata Raymond pada yang lain.
"Hahaha Sosa yang berjuang, berapa kali minta ganti calon suami." kata Romi terbahak membayangkan adiknya Sosa yang begitu sebalnya karena Naka jika sudah berkecimpung dengan hobbynya bisa lupa segalanya, Naka pasti hanya menghubungi Papa Anto dan Popo Erwin saja, yang lain jangan berharap.
"Iya konyol tuh Sosa, minta ganti calon suaminya, gue atau Chico. Dia kira kita cowok apaan." dengus Arkana dengan gaya melambai, kembali mereka semua terbahak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
auliasiamatir
keren banget deh pokoknya thorr..
2021-11-19
2