Sudah seminggu ini Steve berada di S'pore. Tentu saja Lembayung merasa sangat kesepian, hari-harinya terasa hampa. Selama ini selalu mengandalkan Steve. Biasanya jika Steve beberapa bulan di S'pore, Lembayung tidak pernah merasa sesepi ini, karena ada Naka, Chico dan Arkana yang akan menemaninya. Tetapi sekarang Ame sedang sakit, mereka fokus pada Ame.
Berita hari ini yang Lembayung dengar Arkana akan menikah dengan Sarah. What??? mereka baru saja saling mengenal, kenapa jalan mereka begitu mudah, iri sekali Lembayung mendengarnya, tanpa disadarinya air matanya menetes. Lembayung sudah tidak sabar lagi ingin mengadu pada Mama dan Papa. Tapi apa mereka mau menerima Steve?
Steve memang rajin menghubungi Lembayung, bahkan ia membawa kabar yang melegakan bagi Lembayung, dibantu oleh Opa Santoso dan Om Lani adik Opa, Steve sudah mengucapkan dua kalimat sahadat di Salah satu mesjid di S'pore. Tanpa sepengatahuan Papi, tapi Mami tahu. Sebenarnya Steve ingin sekali memberi tahu Papinya, tapi Mami sepertinya belum siap. Ia masih saja kaku sejak peristiwa di Mobil saat itu, bahkan jarang sekali menghubungi Steve, biasanya hampir setiap hari mereka Video Call jika sedang berjauhan. Kasihan Steve, mungkin Mami merasa kecewa. Lembayung jadi merasa bersalah.
Tekad Lembayung sudah bulat, ia akan mengaku pada Mama dan Papa hari ini, saat keluar kamar dilihatnya Papa sedang sibuk membahas pernikahan Arkana dan Sarah, bahkan Chico segera menyusul. Ah Chico yang tidak pernah pacaran saja akan menikah juga.
"Sayang, sepupu kamu sudah akan menikah semua, mereka begitu ingin membahagiakan Ame." kata Pipit begitu melihat Lembayung bergabung diantara mereka.
"Senang ya, mereka cepat sekali mendapat jodoh." kata Lembayung takjub, ia ikut bahagia walaupun iri kisah cintanya tidak semulus sepupunya.
"Siapa calon istri Chico, Ma?" tanya Lembayung karena ia sudah berkenalan dengan Sarah.
"Namanya Risa, itu loh staffnya Ame." jawab Pipit semangat.
"Oh aku belum kenal." jawab Lembayung jujur.
"Kamu kapan menikah dengan Romi?" tanya Andi membuat Lembayung mengedikkan bahunya.
"Kenapa tidak bersemangat?" tanya Pipit heran.
"Biarkan Arkana dan Chico dulu." jawab Lembayung pada Mama dan Papanya.
"Papa aku weekend mau ke S'pore, boleh ya." pinta Lembayung kemudian, ia sangat merindukan Steve.
"Mau apa disana?" tanya Andi pada Putri semata wayangnya.
"Aku kesepian tidak ada Steve, selama ini selalu jalan sama dia. Rencananya mau janjian sama Romi dan Anggita juga." kata Lembayung apa adanya.
"Kamu mau menjodohkan Steve dengan Anggita ya?" tanya Pipit tersenyum jahil. Lembayung menggelengkan kepalanya. Mana mungkin Mama, Steve hanya untuk aku, batinnya.
"Tidak bisa sayang, Arkana menikah akhir minggu ini." jawab Andi tidak mengijinkan. Langsung saja Lembayung memonyongkan bibirnya. Sudah berada diantara Mama dan Papa kenapa sulit sekali mengaku jika ia berpacaran dengan Steve. Lembayung menghela nafas panjang.
"Minggu depan ya boleh?" Lembayung membujuk Papa.
"Segitunya rindu sama Steve, herannya Romi membiarkan saja kamu begitu dekat dengan Steve. Apa dia tidak cemburu?" tanya Andi pada Lembayung.
"Tidak tuh, aku juga tidak cemburu kalau Romi dekat dengan cewek." jawab Lembayung gamblang.
"Belum saja, kalau sudah jadi suami yang ada kamu tidak bisa tidur kalau dia tidak menghubungi kamu." kata Pipit mencibir.
"Yah siapapun suami aku nanti, pasti aku cemburu lah." jawab Lembayung terkekeh.
"Siapapun? seperti ada calon lain saja." Andi terkekeh.
"Kan tidak tahu kedepannya, Pa. Jodoh itu rahasia Allah." jawab Lembayung bijaksana.
"Kamu benar sayang." Pipit mengacak anak rambut putrinya.
"Iya Ma, belum tentu juga aku menikah sama Romi." pancing Lembayung ingin tahu reaksi Mama dan Papanya. Andi mengedikkan bahunya.
"Siapa pun itu yang penting se Iman dan Romi sudah sempurna dimata Papa." jawab Andi.
"Steve juga sempurna sih, tapi beda keyakinan." Pipit terkekeh. Mama belum tahu saja kalau Steve sekarang Muslim, batin Lembayung.
"Aku ke rumah Mami Regina dulu ya." ijin Lembayung pada Papa dan Mama.
"Mau apa kesana, Mama ikut." kata Pipit pada Lembayung, ah gagal deh kalau Mama ikut, Lembayung mau melakukan pendekatan pada Mami, supaya tidak mengacuhkan Steve.
"Ayo." ajak Lembayung.
"Ck...kalian ini, bisa-bisanya Papa ditinggal sendiri." dengus Andi kesal.
"Ayo Bunch, kamu juga ikut. Bosan juga dirumah saja." kata Pipit pada Andi, hari ini mereka tidak berencana kemanapun.
"Lagi malas keluar. Dirumah sajalah Bunch, temani aku." bujuk Andi pada istrinya. Mama dan Papa memang punya panggilan sayang sendiri. Bunch, entah apa artinya, setiap ditanya mereka selalu terbahak enggan menjelaskan. Sepertinya hanya mereka berdua yang boleh tahu.
"Jadi Ayu saja yang kerumah Mami ya?" ijin Ayu pada Mama dan Papa.
"Kamu dirumah saja, Papa masih kangen ngobrol bertiga seperti ini. Kalau ada Steve, kamu jarang sekali ada dirumah, banyak betul acara kalian." tukas Andi, membuat Lembayung kembali duduk diantara Mama dan Papanya.
"Papa..." Lembayung memeluk Papa yang duduk disebelahnya.
"Ada maunya pasti." Andi terkekeh mengusap bahu Lembayung.
"Mau cerita tapi bingung." kata Lembayung lagi.
"Anak Mama galau nih, Ma." kata Andi pada Pipit.
"Kenapa sih?" tanya Pipit dengan suara cemprengnya, tidak ada lembut-lembutnya jadi Mama, kecuali kalau sedang khilaf. Harap maklum Mama Pipit cenderung tomboy. Lembayung jadi mengekeret mendengar pertanyaan Mamanya.
"Cerita saja, lama sekali ih ribet deh." kata Mama lagi, ampun deh Lembayung jadi bingung.
"Mama mengganggu konsentrasi." dengus Lembayung sedikit kesal.
"Habisnya, Papa..." Pipit menirukan gaya Lembayung membuat Andi terbahak.
"Aku tidak mau menikah sama Romi." kata Lembayung akhirnya, ia menarik nafas lega sudah mengeluarkan kalimat itu.
"Kalian lagi berantem? lagi putus?" tanya Pipit terkekeh, Lembayung menggelengkan kepalanya.
"Pikirkan yang betul, jangan emosi." Andi menepuk bahu Lembayung.
"Ayu tidak emosi, biarkan Ayu menikah dengan pilihan Ayu. Tidak mau dijodohkan. Mama, Papa, Please." Ayu setengah merengek.
"Kemarin kemana saja, kenapa baru sekarang?" tanya Pipit kesal.
"Ini keputusan Ayu dan Romi. Bukan hanya Ayu yang memutuskan." Lembayung menjelaskan.
"Kamu selingkuh sama Steve ya?" Mama membesarkan bola matanya.
"Ish siapa yang selingkuh sih. Pokoknya begitu tidak mau sama Romi."
"Apa sih kurang ya Romi, dia sempurna loh." Pipit jadi heran.
"Ih Mama, mana ada manusia yang sempurna sih." dengus Lembayung kesal.
"Iya-Iya, nyaris sempurna."
"Sayang, kamu istikharah dulu ya. Papa tidak akan memaksakan. Tapi jangan ambil keputusan karena emosi sesaat." kata Andi santai saja.
"Bunch, aku tidak enak sama Intan dong, sudah jelas dulu aku yang minta Intan agar menjodohkan anaknya dengan anak kita." Pipit langsung saja sengit.
"Mereka yang menjalankan nantinya, bukan kita." jawab Andi bijaksana, sementara Pipit langsung saja sakit kepala, kenapa juga Lembayung jadi menolak untuk dijodohkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments