Sore ini sesuai janjinya, Romi mengantar Vita ke kantor Felix, tadi dipikirnya pertemuan dengan Mr. Lee akan memakan waktu lama, tapi ternyata selesai jauh lebih cepat sehingga mereka tidak bisa langsung pulang.
"Mestinya kamu biarkan saja Felix yang menjemput aku ke kantor." kata Vita kasihan Karena Romi harus memutar jalan.
"Tidak apa, kantor Felix dekat kantor Anggita." Romi menyeringai.
"Kamu mau jemput Anggita." Vita mencibir, pantas saja memaksa mengantar, rupanya mau menjemput Anggita.
"Hu uh. Aku mau ikuti gaya Mr. Lee, gerak cepat." kata Romi tersenyum jahil.
"Telepon dulu Anggita, nanti keburu ada cowok lain yang jemput, gigit jari lu." Vita tertawa membayangkan Romi gigit jari dengan imutnya.
"Apanya yang lucu." Romi mencibir.
"Lucu membayangkan seorang Romi gigit jari. Kalau kejadian bagaimana hayo?"
"Kejadian apa?"
"Kejadian Anggita digaet cowok lain."
"Cari yang lain." jawab Romi santai.
"Secepat itu?" Vita mencibir tidak percaya
"Hahaha gue juga belum tahu, belum kejadian toh, jangan sampai lah." kata Romi lagi menepuk bahu Vita karena mengajaknya berhayal yang tidak-tidak.
"Sakit nyong." kata Vita membuat Romi terkekeh. Ia berhenti tepat dilobby kantor Felix, setelah sebelumnya menghubungi Felix mengatakan bahwa ia tidak ikut naik ke ruangan Felix.
"Thank you Rom, besok mau bunga apa?" tanya Vita menanyakan bunga yang akan dikirim untuk Anggita besok.
"Vit, Kirim hampers lucu kali ya, bisa dipakai. Bunga terus pasti ujungnya dibuang." kata Romi lagi pada Vita.
"Terserah elu ya, gue sih ikuti arahan."
"Iya hampers saja, cari yang bagus dan kekinian, jangan yang kampungan.
"Masalahnya gue mana tahu selera Anggita." keluh Vita menarik nafas panjang, sudah sesore ini baru bilang belikan hampers, Vita terpaksa browsing kalau begini ceritanya.
"Semangat Vita." kekeh Romi sebelum melajukan kendaraannya.
"Ribet lu, tinggal tanya mau jadi istri lu apa tidak, kalau tidak mau ya tinggalkan." kata Vita sedikit kesal.
"Iya nanti gue tanya." kata Romi mengikuti arahan Vita.
"Jangan patah hati ya. Masih ada Moza.
"Jangan pernah sodorkan cewek lain ke gue. Anggita tidak akan tergantikan.
"We'll see." Vita mengedikkan bahunya
"Never be replaced." jawab Romi menjulurkan lidahnya.
"Buktikanlah." Vita tertawa melihat ekspresi Romi. Romi baru melajukan kendaraannya ketika Mobil dibelakang menyalakan klaksonnya karena mereka terlalu lama ngobrol. Setelah melajukan kendaraannya, Romi segera menghubungi Anggita.
"Pulang jam berapa?" tanya Romi pada Anggita begitu telepon diangkatnya.
"Kenapa memangnya?"
"Aku dikantor kamu, ayo pulang." ajak Romi pada Anggita.
"Mau ke Mal dulu." jawab Anggita malas.
"Ya sudah ayo aku antar." Romi menawarkan.
"Tidak mau."
"Anggita, ayo lah, aku sudah di lobby." bujuk Romi agar Anggita mau pulang dengannya, memelas sekali, sebenarnya Romi tidak suka melakukan itu, tapi demi mendapatkan cintanya, Romi harus usaha semaksimal mungkin.
"Tunggu setengah jam." jawab Anggita akhirnya.
"Oke aku putar-putar gedung saja ya. Malas parkir." kata Romi, membuat Anggita tidak tega.
"Aku turun sekarang." katanya membuat Romi menarik nafas lega. Benar saja tidak berapa lama Anggita muncul dan langsung masuk kedalam mobil Romi yang ia sudah sangat hafal nomor polisinya.
"Cantik sekali." puji Romi pada pujaan hatinya.
"Cantikkan tunangan kamu kan." Anggita mencibir.
"Tentu tapi jauh lebih cantik calon istri aku." kata Romi sambil melajukan kendaraannya.
"Siapa calon istri kamu?"
"Kamulah, Anggita Leana Lusinto." jawab Romi mengacak anak rambut Anggita.
"Mata kamu bengkak, seharian menangisi Naka?" tanya Romi melihat wajah Anggita tampak bengap seperti habis menangis seharian.
"Sok tahu." Anggita memalingkan wajahnya, tidak mau Romi melihat lebih detail.
"Naka itu adik Ipar aku. Jadi kamu jangan pernah mengharapkan Naka lagi." tegas Romi pada Anggita.
"Tidak bisa melihat aku ya, yang tulus sayang sama kamu?" tanya Romi lagi dengan lembutnya, membuat Anggita berdesir.
"Siapa yang menangisi Naka sih." kata Anggita kesal.
"Habis menangisi siapa?" tanya Romi ingin tahu.
"Tidak menangisi siapa-siapa." jawab Anggita.
"Bohong!"
"Rom, please jangan sebut-sebut Naka deh, mood gue bisa rusak." tegas Anggita pada Romi.
"Habis kamunya begitu. Masih tidak bisa buka hati ya untuk aku?" tanya Romi meraih jemari Anggita. Tidak ada penolakan dari Anggita.
"Rom, kamu itu sudah punya tunangan. Jangan bikin sulit, urusan kamu saja masih kusut, mau bikin masalah sama orang tua ya, jangan durhaka."
"Kalau mamaku menyetujui, bagaimana?" Romi menaikkan alisnya.
"Ya lihat saja nanti."
"Angie, terlepas dari kamu terima aku apa tidak, aku pasti tidak akan menikah dengan Lembayung." kata Romi mengecup punggung tangan Anggita.
"Terus?"
"Ya kamu sabar sebentar, aku selesaikan semua urusanku, jadi kamu masuk kekeluargaku enak." janji Romi pada Anggita.
"Mestinya kamu selesaikan dulu semuanya, baru kamu temui aku." kata Anggita menghela nafas panjang.
"Tapi aku maunya dekat kamu terus, bagaimana dong?"
"Jadilah aku di cap perusak hubungan orang." Anggita memonyongkan bibirnya.
"Ini yang terakhir kita bertemu ya Rom, jangan temui aku, jangan Kirim apapun, selama urusan kamu belum beres. Aku kasih waktu kamu satu bulan, kalau tidak bisa selesai juga, jangan salahkan aku menerima cowok lain." tegas Anggita pada Romi.
"Kalau sebulan selesai, kamu terima aku?"
"Tergantung."
"Tergantung apa?"
"Orang tua aku setuju apa tidak?" kata Anggita tegas.
"Kalau orang tua kamu setuju, kita langsung menikah ya?" bujuk Romi memandang wajah Anggita dalam, mumpung lagi lampu merah.
"Adik kamu baru saja menikah, masa kamu juga mau menikah tahun ini."
"Ya tidak apa, lagi pula dari pada pacaran kelamaan, aku takut khilaf kalau dekat kamu." Romi terkekeh sementara Anggita tertawa.
Duh cantik betul kalau tertawa, batin Romi yang jadi senyum sendiri memandang Anggita.
"Jalan, sudah lampu hijau." Anggita menunjuk lampu merah yang berubah menjadi hijau. Romi terkekeh menjalankan kendaraannya.
"Jadi mau kan menikah dengan aku?" tanya Romi lagi pada Anggita.
"Jawabnya nanti saja kalau urusan kamu dengan Lembayung dan orang tua kalian sudah selesai." Anggita menatap tajam pada Romi.
"Oke sayang, aku selesaikan sebelum deadline yang kamu berikan." Romi kembali mengecup punggung tangan Anggita.
"Angie please jangan jadikan aku pelarian." kata Romi kemudian, ia tiba-tiba saja teringat Naka.
"Pelarian bagaimana?"
"Kamu merasa ditinggalkan Naka, jadi aku jadi tempat kamu melupakan Naka." Romi tampak tidak percaya diri.
"Kamu kira aku menangisi Naka ya? aku tuh menangisi nasibku yang harus berhubungan dengan kamu, yang semua orang tahu kalian sudah dijodohkan sedari kecil. Aku juga tidak bodoh terus mengharapkan Naka, sudah jelas kami tidak mungkin menikah, sekalipun Naka tidak dijodohkan dengan Sosa." cerocos Anggita membuat Romi terdiam. Ia jadi mengerti posisi Anggita saat ini. Pasti tidak akan menyenangkan jika disebut perusak hubungan orang.
"Akan aku selesaikan sebelum satu bulan." janji Romi pada Anggita yang sekarang matanya kembali memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
auliasiamatir
Thor aku kok kurang sreg ya sama karakter nya Anggita
2021-11-11
1
Mimi
jadinya Sama Siapa Nih Romi, anggita apa Moza?
2021-09-01
1