Lebih Seru

Menjelang sore Regina diperbolehkan pulang. Tidak banyak yang dibicarakan Steve selama di Mobil, ia hanya akan menjawab bila ditanya. Pikirannya kembali berkecamuk, Mami meminta Steve menjauh dari Lembayung, bagaimana ini? bahkan rela berpisah rumah dengan putra semata wayangnya. Steve merasa sedang mendapatkan hukuman dari Mami.

"Kapan kamu mulai pindah, Steve?" tanya Mario pada Steve.

"Steve hanya mengantar kita, setelah itu dia langsung ke rumah Papa." jawab Regina cepat.

"Mendadak sekali, ada apa ini?" tanya Mario curiga.

"Memang sudah dia rencanakan, itulah kenapa Steve menjemput kita hari ini." jawab Regina lagi, sementara Steve diam saja.

"Kenapa tidak besok saja, Son?" tanya Mario pada Steve.

"Sekarang saja, Pi. Besok takut berubah pikiran lagi." jawab Steve berusaha menyembunyikan kekecewaannya. Mami menjauhkan Steve bukan hanya dengan Ayu, tapi dengan kedua orang tuanya.

"Kalau sudah punya mau, langsung saja semuanya. Seperti Mami betul kamu, Steve?" Mario menggoda Regina yang hanya tertawa saja mendengarnya. Ups memang maunya Mami, Pi. Teriak Steve dalam hati.

"Kalau begitu kita makan dulu, kalian berdua belum makan dari tadi." kata Mario kemudian.

"Makan dimana, Pi?" tanya Steve pada Mario.

"Papa Andi sekeluarga lagi di Warung Elite, kita kesana saja." ajak Mario pada anak istrinya.

"Kita makan ditempat lain saja." pinta Regina pada Mario.

"Ada Anto dan Intan juga, enak kan bisa kumpul." tawar Mario pada Regina. Mau tidak mau Regina pun mengikuti. Steve menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Apa Romi ikut juga, Pi?" tanya Steve pada Mario.

"Tidak tahu, coba kamu tanya." jawab Mario.

"Nanti saja, disana." jawab Steve kembali fokus mengendarai kendaraannya. Benar saja saat diparkiran Steve melihat Mobil Papa Andi dan juga Papa Anto. Segera saja Steve menghubungi Romi, Sementara Mami dan Papi sudah masuk lebih dulu.

"Dimana lu?" tanya Steve begitu Romi mengangkat sambungan teleponnya.

"Di Warung Elite, sini masuk." jawab Romi, Steve menarik nafas lega, ia bisa menyampaikan masalahnya pada Romi dan Ayu hari ini juga.

"Steve..." Panggil Ayu saat melihat pujaan hatinya masuk, rupanya anak berpisah meja dengan orang tua, tidak hanya Romi dan Ayu tapi Naka dan Sosa pun ada disana.

"Kalian tumben kumpul, ada apa ini? membicarakan pertunangan kalian kah?" tanya Steve khawatir.

"Cemburu?" dengus Romi membuat yang lain terbahak. Steve duduk di sebelah Ayu, sepertinya sahabatnya sudah mengatur posisi duduk mereka.

"Kacau nih gue, sudah mengaku sama Mami, malah diminta pindah ke rumah Opa biar tidak merusak hubungan kalian." Steve langsung saja melapor sambil mengacak rambutnya.

"Duh Mami kemana saja, hubungan gue sudah dirusak sejak lama ini." celoteh Romi membuat Steve bertambah kesal. Langsung saja menimpuk Romi dengan asbak kaleng yang ada dimeja tersebut.

"Abang lu Rese, Sos. Bilang gue yang rusak lagi, tunangan tidak ada akhlak." dengus Steve memandang Sosa.

"Kalian sih bikin pusing, jadi bagaimana solusinya? kamu pindah ke rumah Opa?" tanya Sosa terkekeh, Naka pun ikut terkekeh.

"Iya mulai hari ini, tidak boleh berhubungan dengan Ayu lagi." Steve memandang Ayu yang duduk disebelahnya.

"Huhu bagaimana ini, Rom?" Ayu mulai panik. Romi menggelengkan kepalanya, kalau macet di Steve, ia dan Anggita akan terancam.

"Kita maju saja sekarang bikin pengakuan?" ajak Steve pada Romi dan Ayu.

"Yuk..." jawab Romi cepat.

"Jangan, terlalu mendadak aku belum siap." jawab Ayu panik.

"Mau kapan lagi, Yu?" tanya Steve kesal, ia tidak sabar. Naka memandang Sosa sambil tersenyum, ia boleh lega hubungannya dengan Sosa tidak serumit sahabatnya.

"Jadi ikut pusing." Sosa bersandar pada Naka.

"Kenapa ikut pusing, dengarkan saja. Tidak usah ikut berpikir." kata Naka pada istrinya.

"Ini lebih seru dari Drama Korea Mama." bisik Naka tertawa pada Sosa, Sosa jadi ikut tertawa.

"Kalian mentertawakan kami, konyol sekali." dengus Ayu sedikit kesal. Naka terbahak, sepupunya ini betul-betul terlihat kusut.

Regina memperhatikan Steve dengan Romi, mereka tampak baik-baik saja, ia juga memperhatikan Ayu, terlihat sekali bahasa tubuhnya lebih mendekat pada Steve. Ah kenapa bisa tidak sadar selama ini, pikir Regina. Ia memandang Intan dan juga Pipit, apa mereka sudah tahu? pikir Regina.

Regina melihat Steve menggenggam tangan Ayu seperti menenangkan, Romi juga sibuk menjelaskan sesuatu pada Ayu, apa yang sedang mereka bicarakan? Regina jadi penasaran. Benar kata Steve, hubungannya dengan Romi baik-baik saja, malah Romi dan Ayu ikutan kusut bersama Steve.

Regina memperhatikan sahabatnya satu persatu, rupanya Anto juga sedang memperhatikan Romi, sepertinya Anto sudah tahu, batin Regina. Sementara Andi dan Pipit asik berbicara dengan Mario, mereka membahas bisnis di Singapore yang ditawarkan Papinya Mario untuk mereka garap. Terlihat Intan sesekali menoleh ke meja anak-anak mereka. Mungkin Intan juga sudah tahu, karena ia melakukan Hal yang sama seperti yang Regina lakukan, mengawasi anak mereka. Apa Intan setuju? Regina sibuk bertanya dalam hati.

"Honey, Pipit ingin tahu lokasi yang Papi tawarkan apa nama daerahnya aku lupa?" tanya Mario menghentikan lamunan Regina.

"Yang mana Properti?" tanya Regina.

"Hu uh."

Regina pun menyebutkan nama salah satu wilayah di S'pore.

"Itu arah ke Johor Baru?" tanya Andi memastikan. Regina menganggukkan kepalanya. Kemudian Mario dan Andi kembali serius. Regina menarik nafas lega bisa kembali mengawasi Steve, Romi dan Lembayung. Tampak kelimanya termasuk Naka Dan Sosa tertawa-tawa, seperti tidak ada beban saya tiga krucil pembuat Ulah ini, batin Regina, ingin sekali menjewer kuping mereka.

"Makan dulu, honey. Kamu banyak diam dari tadi, apa masih limbung?" tanya Mario lagi-lagi membiarkan konsentrasi Regina.

"Sudah jauh lebih baik." jawab Regina langsung menyendokkan nasi dihadapannya, sementara yang lain sudah mulai makan.

"Re, antar aku ke toilet." kata Intan pada Regina, sementara Pipit masih asik diskusi dengan Andi dan Mario. Mereka serius sekali, sementara Anto sesekali menimpali.

"Ayo." jawab Regina cepat, kesempatan menanyakan langsung pada Intan.

"Kalian jangan lama-lama." Anto terkekeh sudah tahu maksud Intan.

"Ish belum juga sampai toilet sudah bilang begitu." dengus Intan membuat Anto terbahak.

"Kuat tidak jalan ke toilet?" tanya Mario khawatir, karena istrinya masih belum bersemangat.

"Kuat, honey." jawab Regina menepuk bahu suaminya sambil berdiri.

"Sebenarnya aku tidak mau ke Toilet." kata Intan setelah menjauh dari meja mereka.

"Jadi?"

"Ada yang ingin kubahas mengenai anak-anak kita. Aku rasa kamu sudah tahu."

"Iya dan aku pingsan mendengarnya." jawab Regina jujur.

"Aku hanya sakit kepala, karena sampai sekarang aku bingung mau bilang apa sama Pipit dan Andi." kata Intan seraya menghela nafas.

"Menurut kamu bagaimana?" tanya Regina.

"Anto sih tidak masalah, hanya minta Romi menyelesaikannya sebaik mungkin. Tapi bagaimana Andi dan Pipit." Intan tampak bingung.

"Iya aku pun bingung, Steve sudah kuminta menjauhi Lembayung supaya tidak merusak hubungannya dengan Romi." Regina menjelaskan.

"Romi dan Ayu sudah lama berpisah, Steve yang mencintai Ayu bukan Romi."

"Maafkan Steve, Intan.'

"Bukan salah Steve, Ayu dan Steve saling mencintai. Biarkan saja mereka menyelesaikannya, kita memantau saja."

"Iya, jadi ingin tahu siapa wanita yang dicintai Romi?" tanya Regina pada Intan.

"Anggita anak Leana." jawab Intan terkekeh.

"Oh my god, empat orang ini ingin sekali kujewer kupingnya." desis Regina membuat Intan terbahak tanpa beban. Intan saja santai, kenapa aku setegang ini, pikir Regina jadi kesal sendiri.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

jangan salahin mereka, kalian sendiri masa udahvdi zaman gini masih main jodoh jodohin.. heh

2021-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!