Curhat

"Romi ajak kamu makan siang." Vita bicara pada Felix melalui sambungan teleponnya.

"Pasti ada maunya." Felix terkekeh menanggapinya.

"Begitulah, kamu bisa?" tanya Vita lagi.

"Suruh Romi telepon aku, enak saja mau minta tolong pakai sekretaris." gerutu Felix membuat Vita tertawa. Romi dan Felix memang bersahabat tapi kadang seperti Tom and Jerry. Ribut saja kerjanya.

Vita menyampaikan apa yang Felix mau pada Romi, membuat Romi mau tidak mau menghubungi Felix sahabatnya.

"Susah sekali ajak Elu makan siang ya." gerutunya kesal karena Felix jual mahal.

"Lu kira semua bisa diatur lewat sekretaris ya? Mau apa ajak gue makan siang?"

"Anggita bagaimana ini? dikirimi bunga tiap hari masih judes saja."

"Malasnya membahas masalah percintaan yang tidak jelas itu. Tanya saja sama Naka, Anggita tergila-gila sama Naka itu kenapa?" kata Felix yang juga teman kuliah Naka.

"Sudah jelas dia terobsesi bukannya jatuh cinta." Romi langsung saja sewot.

"Nah kenapa bisa terobsesi?" Felix kembali mentertawakan Romi.

"Mana gue tahu. Nanti makan siang kita bahas ya." Bujuk Romi pada Felix.

"Percuma ganteng, mengejar wanita saja mesti keluar modal banyak." Felix terus mentertawakan Romi yang setiap hari mengirimi Anggita bunga berbagai jenis dengan harga yang paling mahal, tetap saja sampai sekarang Anggita jual mahal.

"Sialan." Romi menutup sambungan teleponnya. Ia menghubungi Vita untuk bersiap, mereka akan segera menuju hotel tempat pertemuannya dengan Mr.Lee, sebelumnya bertemu Felix dulu di restaurant dekat hotel tersebut.

"Ini Moza, boss." Vita memperkenalkan Moza bagian marketing pada Romi.

"Nanti kamu yang presentasi ya." kata Romi pada Moza dan segera menaiki mobilnya dibangku penumpang depan, sementara Vita dan Moza duduk dibangku belakang. Untuk urusan kantor Romi lebih suka disetiri, lebih efisien bisa langsung turun dilobby sementara pak supir mencari parkir.

"Iya Pak." jawab Moza sopan. Ini pertama Kali Moza melihat langsung anak dari pemilik perusahaan, Romi yang sekarang menjabat sebagai Marketing Director, diperusahaan keluarganya.

Selama dalam perjalanan ada saja yang ditanya Romi terkait materi yang akan disampaikan pada Mr. Lee, Moza cukup kelabakan menjawabnya. Tidak menyangka, boss nya yang paling sering digosipi rekan kerjanya, yang menurut mereka suka flirting dengan sekretaris sendiri padahal memiliki tunangan, bisa sedetail itu soal pekerjaan. Syukurnya Romi puas dengan penjelasan Moza, padahal Moza gugupnya bukan main, menjelaskan pada Romi lebih mendebarkan dibandingkan pada Mr. Lee nantinya.

"Ok Moza, sebaiknya saat presentasi nanti kamu menggunakan bahasa saja. Tidak usah pakai Bahasa Inggris." kata Romi setelah mendengar Moza bicara dalam bahasa Inggris via telepon dengan calon klien.

"Bahasa Inggris saya jelek ya pak?" tanya Moza pada Romi.

"Bukan, Mr. Lee sedang giat belajar bahasa Indonesia. Dia akan lebih senang mendengar presentasi dalam bahasa." jawab Vita pada Moza.

"Baik Pak." jawab Moza kemudian menganggukkan kepalanya pada Vita.

"Hubungi Felix, Vit. Sudah dimana?" perintah Romi pada Vita kemudian.

"Sudah sampai, sudah duduk manis." jawab Vita yang sedari tadi chat dengan Felix.

"Ok kalian nanti duduk dimeja yang terpisah dulu, karena aku ada bisnis dengan Felix." kata Romi membuat Moza bingung karena Romi tidak memintanya untuk presentasi dihadapan Felix, sementara Vita tersenyum simpul.

Vita segera mengajak Moza duduk dibangku yang terpisah, sebelumnya ia menghampiri Felix dan memeluk kekasihnya, Hal itu membuat Moza tambah bingung saja, mereka bertiga terlihat akrab, tapi Moza memilih diam saja tidak berani bertanya lebih lanjut.

"Mau konsul apa?" tanya Felix pada Romi, sementara Vita dan Moza asik ngobrol berdua dimeja yang lain.

"Papaku sudah tahu, tadi waktu kubilang Anggita siap-siap untuk dilamar dia malah sewot." Romi curhat pada Felix yang tertawa mendengarnya.

"Lu serius mau putusin Lembayung?" tanya Felix lagi dengan wajah serius.

"Kami tidak saling cinta, lu tahu kan Steve cinta sama Lembayung seperti apa. Bahkan Lembayung juga begitu. Mereka sudah tak terpisahkan." kata Romi pada Felix.

"Gue capek main petak umpet, tiap kali Steve mau jalan sama Lembayung, gue terus yang jemput Lembayung dan ijin sama Mama Papanya." kata Romi lagi sementara Felix terbahak dibuatnya.

"Lu tuh konyol ya." kata Felix disela tawanya.

"Habis bagaimana lagi? tapi tadi gue ngaku sama Papa. Papa sih tidak masalah, malah bilang gue urus sendiri. Membayangkan muka jutek nyokap gue kok jadi merinding disco ya. Belum lagi status gue sama Anggita yang belum jelas, menurut lu bagaimana?"

"Pastikan dulu sama Anggita deh." kata Felix pada Romi.

"Tapi gue akan bilang sama Mama. Anggita urusan belakangan." kata Romi kemudian.

"Nanti kalau Anggita tidak mau sama elu bagaimana?" tanya Felix serius.

"Yah, mau apa tidak, kan tetap saja gue harus bilang Mama kalau Lembayung dan anak gantengnya ini tidak saling mencintai. Mama harus terima itu." tegas Romi.

"Kalau sudah tahu begitu, kenapa curhat?" tanya Felix terkekeh.

"Gue cuma butuh teman untuk berkeluh kesah." Romi ikut terkekeh.

"Otak gue jadi tempat sampah kisah cinta elu." gerutu Felix memandang ke arah Vita pujaan hatinya.

"Hei masih jam kantor, Vita masih harus bekerja." kata Romi pada Felix yang terus memanggil Vita.

"Kangen gue." kata Felix bikin Romi iri saja. Sementara Vita hanya tersenyum tanpa mendekat ke meja Romi dan Felix. Ia asik menikmati sop buntut pesanannya yang baru saja datang.

"Kalian kapan nikah sih? tanya Romi pada Felix.

"Beberapa bulan kedepan, siapkan sekretaris baru, karena Vita akan berhenti setelah kami menikah." kata Felix pada Romi.

"Serius lu Fel?" tanya Romi setengah percaya.

"Tentu. Gue masih sanggup biayai istri gue." jawab Felix sombong.

"Sombongnya, gue bagaimana ini tidak ada Vita." Romi mulai khawatir, bukan masalah pekerjaan yang dikhawatirkan tapi urusan pribadinya yang biasa dihandel Vita.

"Itu staff lu yang sama Vita bisa lu jadikan sekretaris sepertinya." Felix menunjuk Moza.

"Repot lagi, tambah banyak saja yang tahu urusan gue, masalahnya hanya Vita yang mengerti urusan percintaan gue, Fel." Romi sedikit memelas, ia ingin agar Felix tidak meminta Vita berhenti bekerja nantinya.

"Maka itu cepat selesaikan. Seorang Romi tidak bisa taklukkan Anggita? Tidak akan ada yang percaya." dengus Felix membuat Romi sedikit kesal, tapi pikir Felix bagaimana bisa Romi lamban sekali menghadapi Anggita, mestinya sekelas Romi sih untuk dapati hati seorang wanita tidak perlu pakai trik begitu banyak seperti saat ini, cukup ungkapi apa yang dirasakan saja harusnya sudah selesai, kenapa juga Anggita tidak mau sama Romi. Kalau Anggita merepotkan cari saja yang lain.

"Anggita tidak mau dianggap sebagai perusak hubungan orang, Padahal sudah gue bilang Lembayung pacarnya Steve, bahkan dia sudah lihat sendiri Lembayung dan Steve selalu bersama." Romi menghela nafas panjang.

"Mungkin karena urusan dengan orang tua kalian juga belum beres." kata Felix mulai menikmati makanan yang dipesannya.

"Mungkin juga, berarti gue harus bilang Mama secepatnya ya?" kata Romi sedikit bergidik ngeri, Felix tertawa melihat ekspresi Romi lalu mendorong makanan yang Romi belum sentuh sedari tadi.

"Makan yang benar, dekati Anggita butuh energi toh." kata Felix terkekeh, Romi jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian mulai menikmati makanan yang dipesannya.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

ok Thor.. masih setia melanjutkan nya... keren.. semoga Romi berhasil menaklukkan Anggita ,

2021-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!