Abu-abu

"Nanti pulang sama aku kan?" tanya Romi pada Anggita.

"Sama Ayu." jawab Anggita tegas.

"Ayo dong sayang, mereka juga mau berduaan." Romi menaikkan alisnya pada Steve, Anggita menatap Ayu bingung, tadi saat pergi tidak kepikiran mau bahas pulang dengan siapa, di pikir Anggita ia akan pulang bersama Ayu. Tapi melihat wajah Steve yang memelas seakan meminta pengertian Anggita membuat Anggita jadi tidak enak hati.

"Bagaimana?" desak Romi pada Anggita

"Ya sudah." jawab Anggita pasrah, tentu saja Romi bersorak senang.

Setelah makan mereka pulang dengan pasangan masing-masing, hanya Roma yang wajahnya tidak ceria, rasa kesalnya pada Raymond menjadi-jadi.

"Aku pulang sama kamu ya Rom." pintanya pada Romi, tentu saja Romi keberatan karena ia ingin menghabiskan waktunya bersama Anggita.

"Ray, antar Roma kan?" katanya pada Raymond.

"Pastilah." jawab Raymond terkekeh.

"Kamu yang nyetir ya Rom?" pintanya pada Roma, membuat Roma bertambah kesal saja, tapi mau tidak mau menerima kunci Mobil yang diberikan Raymond kepadanya.

"Kalau tahu tadi supir tidak kusuruh pulang." katanya tidak menutupi kekesalannya. Raymond terkekeh saja melihat Roma yang terus saja kesal padanya.

"Lu sebaiknya pikirkan serius maunya Roma, kalau lihat begini dia bisa minta putus, gue yakin." bisik Romi pada Raymond.

"Tidak akan." jawab Raymond lebih yakin lagi.

"Never Say Never, Nyong." kata Romi pada Raymond. Raymond jadi tertawa miris.

"Kita mau kemana, masih ada waktu dua jam." kata Romi pada Anggita sambil melihat pergelangan tangannya. Memulangkan Anggita pukul sebelas rasanya tidak terlalu malam. Apalagi Mommy dan Daddy, Anggita bukanlah orangtua yang kolot.

"Pulang saja ya." pinta Anggita pada Romi begitu mereka sudah didalam mobil.

"Kamu tuh tidak ada kangen-kangennya ya sama aku." dengus Romi setengah merajuk.

"Keadaan yang bikin aku seperti ini, Rom." jawab Anggita membuat Romi terkekeh mencium punggung tangannya.

"Sabar ya sayang, sedikit lagi. Hanya menunggu Steve dan Lembayung mengaku pada orang tuanya." kata Romi kembali mengecup jemari Anggita. Anggita mengangguk saja.

"Dua hari ini kamu pulang kerja sama siapa?" tanya Romi menyelidik, ingin tahu Anggita dijemput pria lain apa tidak.

"Supir." jawab Anggita santai.

"Tidak bohong kan?" tanya Romi memastikan.

"Please deh Rom, kalau diantar cowok juga kamu belum ada hak marah sama aku." ketus Anggita membuat Romi kesal.

"Anggie, aku tuh tidak main-main dengan perasaanku. Kamu sepertinya tidak percaya ya?"

"Percaya."

"Terus kenapa sekejam ini sama aku?" tanya Romi kesal.

"Bukan kejam, menurut aku semua masih abu-abu. Aku belum mendapat kejelasan, kedepannya nasibku seperti apa jika aku bertahan menjalani seperti yang kamu mau." Kata Anggita pada Romi, ia berharap Romi mau mengerti.

"Apa masih kurang jelas? tadi saja Ayu sudah menceritakan semuanya. Mau kejelasan yang bagaimana lagi sih?" Romi jadi frustasi sendiri.

"Rom, kamu sama Ayu memang sudah memutuskan untuk jalan dengan pilihan kalian. Tapi kalau orang tua Ayu bersikeras kalian harus menikah bagaimana? sementara Papa kamu saja sudah pesan jangan sampai merusak hubungan persahabatan mereka. Belum lagi Steve dan Ayu beda keyakinan. Kamu harusnya mengerti posisi aku." Anggita menjelaskan dengan hati-hati agar Romi mengerti.

"Papa Andi dan Mama Pipit tidak se-ekstreem itu. Apalagi jika tahu Ayu dan Romi sudah menjalin hubungan lebih dulu. Papa Andi tidak akan mendesak, aku yakin itu." kata Romi kembali meyakinkan Anggita.

"Itu kan menurut kamu, Rom. Pokoknya kalau masih abu-abu aku tidak bisa memastikan bahwa aku akan menunggu kamu." tegas Anggita tidak mau dibantah.

"Anggie please satu bulan. Kalau satu bulan masih belum jelas juga kamu boleh memilih yang lain dan tidak menunggu aku, walaupun sudah bisa kupastikan aku akan patah hati. Doakan saja semoga saja aku kuat, kalau kamu memilih tidak bersamaku." kata Romi tidak lagi mendesak Anggita. Ia berusaha mengerti ketidak nyamanan yang Anggita rasakan. Kecuali Papa bisa bantu bicara pada Papa Andi dan Mama Pipit. Ah apa Papa dan Mama mau ya? Romi jadi sibuk memikirkan langkah apa yang akan diambilnya.

"Apa aku saja yang maju bicara pada Papa Andi, ya?" gumam Andi nyaris tak terdengar.

"Biar saja Steve dan Lembayung yang urus, kamu tidak mau kehilangan sahabat kan?" Anggita mengingatkan Romi agar tidak terburu-buru.

"Tentu saja tidak." jawab Romi tersenyum.

"Ya sudah sabar saja, aku mau kok tunggu satu bulan, hanya satu bulan ya, tidak lebih." kata Anggita terkekeh. Romi pun tersenyum lebar, kepalanya serasa penuh dengan PR yang masih belum selesai.

Romi menurunkan Anggita didepan rumahnya, mereka tidak jadi berlama-lama berduaan seperti keinginan Romi.

"Salaam buat Mommy dan Daddy dari calon menantu." kata Romi terkekeh.

"Mau turun?" tanya Anggita menawarkan.

"Boleh." jawab Romi hendak membuka safety belt.

"Nanti saja kalau sudah jelas." kata Anggita menahan tangan Romi.

"Kamu memberi harapan palsu." dengus Romi kesal, Anggita terkekeh dibuatnya.

"Paling tidak, tidak menggantung seperti nasibku sebulan ini." jawab Anggita setengah menyindir.

"Sayang, jangan begitu. Apa kita kawin lari saja?" tanya Romi tertawa.

"Tidak mau, capek." jawab Anggita ikut tertawa.

Tanpa kissing, Romi pun meninggalkan rumah Anggita, setelah memastikan kekasihnya masuk kedalam rumah dengan selamat, tanpa kurang satu apapun. Bibir pun utuh tidak dibuat lecet, Walaupun Romi ingin sekali mencium Anggita, tapi ia tidak berani berbuat ekstreem hingga membuat Anggita menangis lagi.

Romi tiba dirumah pukul sepuluh malam, Mama masih tampak menonton drama Korea ditemani Papa disampingnya. Sementara Naka dan Sosa juga duduk didekat Mama dan Papa.

"Dari mana?" tanya Mama pada Romi.

"Warung Elite bersama yang lain." jawab Romi pada Mama jujur. Mama mengangguk saja tidak bertanya lebih lanjut.

"Jahat ih, kumpul-kumpul tidak ajak kita." dengus Sosa kesal.

"Kamu dan Naka menjaga Ame bukan? tadi sih ada Arkana dan Sarah." kata Romi menjelaskan.

"Wih sudah bergerak dia ya." Naka tertawa mengomentari saudara kembarnya.

"Sudah dong. Aku juga sudah bergerak." kata Romi tersenyum lebar.

"Kalian kencan kuartet tadi ya." kata Sosa pada Abangnya.

"Yess, kuartet atau apalah, yang pasti tadi kami empat pasang." jawab Romi senang.

"Kamu sama Ayu, Rom?" tanya Mama kepo.

"Ayu juga ada tadi sama pasangannya." jawab Romi terkekeh.

"Romi, jangan main-main." Mama membesarkan bola matanya.

"Ck...Pa." desis Romi pada Papanya. Anto terkekeh menepuk bahu istrinya.

"Papa, jangan bela Romi terus." dengus Mama kesal.

"Bagaimana sih sebentar iya sebentar tidak, kamu kenapa jadi labil. Tadi ngobrol apa di Rumah Sakit?" tanya Anto pada Intan, ia tahu pasti Intan kembali terpengaruh pada lawan bicaranya.

"Ngobrol biasa saja." jawab Intan pada Anto.

"Ngobrol biasa tuh sama siapa? Enji pasti belum banyak bicara. Ada siapa tadi?" desak Anto pada Intan.

"Hanya Sosa dan Pipit." jawab Intan membuat Anto terbahak dan Romi menghela nafas panjang. Naka dan Sosa tertawa saja melihatnya.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

romi idola baru ku.

2021-11-23

1

Mimi

Mimi

Anto tau banget Intan yee

2021-09-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!