NovelToon NovelToon

Never Say Never

Anggita

Kalian pernah jatuh cinta pada saudara sendiri? Disaat saudaramu menikah dengan tunangannya kamu harus menangis dipojokan. Sementara tamu yang lain menangis haru, disudut suatu ruangan, seorang gadis menangis karena pujaan hatinya menikah dengan gadis idamannya. Ya itulah Anggita yang sedari kecil selalu berusaha menarik perhatian Naka, sepupunya sendiri. Akan tetapi yang ada Naka malah mengacuhkannya dan malah menganggap Anggita sebagai gadis rese yang menyebalkan.

Semua yang menyaksikan pernikahan Naka dan Sosa baik yang didalam ruang rawat karena Ame Enji begitu Naka biasa memanggil Ibunya yang sedang sakit, yang hadir diluar pun menyaksikan dari jendela kamar, mereka mengeluarkan air mata, terharu karena kondisi Ame Enji yang setengah sadar meminta Naka putranya segera menikah, Anggita pun ikut menangis, tapi ia menangis pilu karena pada akhirnya Naka tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Patah hati?" seseorang pria menepuk bahu Anggita. Anggita menoleh pada pria yang tidak kalah tampan dengan Naka.

"Terharu." jawab Anggita berbohong. Romi kakak Sosa istri Naka, yang akhir-akhir ini menempel pada Anggita terkekeh, ia tahu dari dulu Anggita selalu menginginkan Naka yang tidak mungkin dimilikinya karena mereka bersaudara satu buyut. Walaupun adat dikeluarga lain ada yang memperbolehkan perjodohan garis keturunan tapi tidak dikeluarga Emily Oma Naka dan Aluna Oma Anggita, Oma Naka dan Oma Anggita beradik kakak.

"Sudah jangan ditangisi, Naka bukan jodohmu. Sadar tidak kalau jodohmu itu adalah aku yang sekarang didepan matamu." kata Romi masih tersenyum memandang Anggita, ia menyerahkan tissue ditangannya pada gadis yang sedari tadi sibuk menghisap ingusnya agak tidak jatuh.

"Dari pada kamu mengurusi aku, lebih baik kamu mengurusi calon istrimu yang dari tadi berduaan terus dengan Steve sahabat kalian." ketus Anggita pada Romi, mengambil tissue dari tangan Romi dengan kasar, karena ia membutuhkannya.

"Memang kenapa kalau mereka berduaan, aku juga kan berduaan sama kamu." jawab Romi santai.

"Kalau calon istrimu beralih pada Steve, kamu yang menangis dipojokan, nanti baru tahu rasa." Anggita menatap Romi dengan kesal.

"Hahaha seperti kamu sekarang? tidak akan terjadi karena dari awal aku mau nikahnya sama kamu, bukan sama Lembayung." Romi malah mentertawakan Anggita, tidak terganggu dengan perkataan Anggita. Ia kemudian merangkul Anggita dengan santainya, tidak takut dilihat kedua orang tuanya dan yang lainnya.

Tamu-tamu sudah mulai bubar, tidak diperbolehkan berlama-lama di rumah sakit karena Enji harus melakukan pengobatan lebih lanjut, Romi juga sudah di panggil oleh Papanya Anto melalui sambungan teleponnya sedari tadi.

"Sayang, aku dipanggil Papa. Jangan menangisi Naka, aku cemburu." kata Romi pada Anggita sambil mengecup dahinya.

"Romi!!!" Anggita membesarkan kedua bola matanya kesal, khawatir dilihat orang. Sementara Romi terkekeh meninggalkan Anggita yang masih sibuk menghapus air matanya.

"Kenapa Rom?" tanya Sosa simempelai wanita saat melihat Abangnya tertawa sendiri.

"Senang lihat kamu menikah." jawab Romi tanpa menjelaskan pada Sosa kenapa dia tertawa.

"Pasti bukan itu yang bikin tertawa, kamu cari masalah lagi dengan Anggita?" tanya Sosa ingin tahu apa yang dilakukan Abangnya yang kalem cenderung tidak jahil.

"Bukan urusan kamu." jawab Romi memonyongkan bibirnya pada Sosa.

"Menyebalkan! Aku kasih tahu Papa ya kalau kamu pacaran dengan Anggita." dengus Sosa mengancam abangnya. Romi menjulurkan lidahnya pada Sosa.

"Selesaikan dulu urusan kamu dengan Lembayung, Rom." Sosa memperingati Abangnya.

"Iya Sosia, kamu kan tahu aku dan Ayu sudah tidak ada urusan."

"Kalian sudah kasih tahu Papa dan Mama belum?" tanya Sosa. Romi menggelengkan kepalanya.

"Mau aku yang kasih tahu?" tanya Sosa, Romi gelengkan kepalanya.

"Jangan, aku pastikan hubunganku dengan Anggita dulu." bisik Romi ketika Anto mendekat kearah mereka.

"Papa sudah tunggu dari tadi di parkiran ternyata kamu masih disini." tegur Anto pada sulungnya.

"Aku menemani Sosa dulu." jawab Romi mencari alasan.

"Sosa sudah ada suaminya, biarkan saja disini, ayo kita pulang." ajak Anto.

"Ok Pa, selamat jadi istri adikku." Romi mengacak anak rambut adik kesayangannya sambil tersenyum.

"Ayu mana Rom, tidak ikut kita?" tanya Anto menanyakan Lembayung tunangan anaknya.

"Sama Papa Andi." jawab Romi asal sebut jika Ayu bersama Papanya sendiri.

"Papa Andi sudah pulang dari tadi, kamu bagaimana sih tidak perhatian sama calon istri." Omel Anto pada Romi.

"Mama mana, Pa?" tanya Romi mengalihkan perhatian Papa, supaya Papa tidak rewel tanyakan Ayu lagi.

"Mama sudah pulang sama Tante Monik." jawab Anto.

"Kita langsung ke kantor kan Pa? Ayu bisa ikut pulang dengan yang lain." Romi beritahukan Anto. Anto menganggukkan kepalanya lalu mereka berjalan menuju mobil. Hari ini gunakan satu Mobil karena pernikahan mendesak Naka dan Sosa.

"Sebenarnya bagaimana hubungan kamu sama Lembayung, Rom?" tanya Anto curigai Romi.

"Apa boleh aku jujur Pa, aku tidak pernah cinta Ayu, Ayu juga begitu Pa." jawab Romi jujur apa adanya. Anto menghela nafas panjang.

"Papa tidak akan memaksa kalau kamu harus bersama Ayu, tapi Papa minta selesaikan urusan kalian dengan baik. Kamu tahu persahabatan kami para orangtua kan? Jangan rusak persahabatan Papa dan Mama dengan Papa Andi dan Mama Pipit." kata Anto menepuk bahu Romi, lalu masuki mobil yang sudah dibuka Romi.

"Iya Pa." jawab Romi, mulai nyalakan kendaraannya, melaju perlahan menuju ke kantor, mereka kembali bekerja.

Anto bukannya tidak tahu, jika hubungan Romi dan Lembayung tidak berjalan sebagai mana mestinya, Tadi Anto melihat Romi mengecup dahi Anggita dan Lembayung bergandeng tangan dengan mesra bersama Steve anak Mario sahabat mereka juga. Anak-anak mulai terang-terangan seperti tanpa beban.

"Pa, aku harus bilang apa sama Mama. Aku khawatir Mama marah kalau aku jujur bilang tidak cinta Lembayung." Romi buyarkan lamunan Anto yang masih tampak tampan, mantan Model dan pembalap ini lumayan terkenal disaat muda dulu.

"Katakan saja kamu mencintai Anggita. Apa Anggita juga mencintai kamu, Rom?" tanya Anto.

"Aku bisa buat Anggita mencintaiku, Pa." jawab Romi yakin.

"Kalau Anggita tidak mencintai kamu, kenapa memaksakan diri?"

"Belum cinta bukan tidak cinta kan Pa? Aku mencintai Anggita dan tidak pernah mencintai Ayu." jawab Romi menghela nafas.

"Apa Andi dan Pipit tahu keadaan kalian?" tanya Anto penasaran, ia melihat Romi seperti dirinya saat mengejar Intan dulu, dulu pun Anto tidak mau dijodohkan dengan wanita pilihan Mamanya.

"Ayu dan Steve itu sejak lama saling mencintai, Pa. Jauh sebelum aku jatuh cinta sama Anggita, kebetulan aku juga tidak berminat jadikan Ayu Istriku, aku menolak perjodohan sejak kecil."

"Jelaskan saja seperti itu pada Mama, begitu juga Papa Andi dan Mama Pipit. Jangan biarkan berlarut-larut." kata Anto, Romi anggukan kepalanya sambil fokus menatap kedepan.

Satu jam perjalanan dari rumah sakit tempat Ame Enji dirawat menuju kantor, setidaknya Anto mengerti apa yang dirasakan Romi anaknya, ia berharap istrinya nanti tidak akan membesarkan masalah perjodohan ini nantinya. Bukankah semua sepakat jika perjodohan ini flexible dan tidak memaksa. Bagaimanapun yang akan menjalani nanti Romi dan istrinya bukan mereka.

Hari ini Anto sangat bahagia karena Sosa putri bungsunya menikah dengan Naka sesuai perjodohan semasa kecil, Naka menantu idamannya, yang sedari kecil selalu Anto jaga dan didik hingga menjadi pembalap juga seperti Anto.

Hubungan Anto dengan Naka tidak beda jauh dengan Romi, sudah seperti anaknya sendiri. Hal yang membahagiakan bagi Anto, Naka benar-benar sudah menjadi bagian keluarganya saat ini.

"Sudah sampai, Pa." Romi kembali membuyarkan lamunan Anto.

"Papa duluan." langsung saja Anto keluar dari mobil meninggalkan Romi yang masih berbenah. Client sudah menunggu, Anto harus buru-buru. Pertemuan tidak bisa digeser ke hari lain membuat Anto harus kembali ke kantor untuk bekerja.

Romi

Siap-siap kulamar, Papaku sudah tahu tentang kita.

Romi mengirim pesan pada Anggita, tampak pesan sudah dibaca.

Siapa yang mau dilamar kamu sih, Rom. Jangan macam-macam.

Romi tertawa membaca pesan balasan dari Anggita. Entah kenapa setiap kali Anggita sewot malah terkesan menggemaskan dimata Romi.

Aku kerja dulu cari uang untuk kamu dan anak kita nanti. I Love you.

I don't care!

balas Anggita kembali membuat Romi terbahak. Jual mahal sekali, kamu pasti jadi milikku Anggita, gumam Romi dengan senyum tipis dibibirnya. Kemudian turun menyusul Anto keruangannya.

Kadang hati memang lucu, perkenalan Romy dengan Anggita justru saat ia terpaksa mengantar Lembayung ke acara keluarga Naka disuatu hotel, saat itu Anggita juga hadir bersama keluarganya. Kalian percaya jatuh cinta pada pandangan pertama? itulah yang Romi rasakan saat melihat Anggita saat itu.

Tanpa malu-malu Romi minta Lembayung mengenalkannya pada Anggita. Hanya saja saat itu status Lembayung sebagai tunangan Romi, tunangan yang tidak saling mencintai, yang punya komitmen untuk bebaskan diri menjalin hubungan dengan orang lain. Romi dan Lembayung saling mendukung dengan pilihan masing-masing karena memang mereka tidak pernah saling mencintai, mereka lebih cocok sebagai sahabat.

Lembayung kenalkan Anggita sepupu Naka dan biarkan Anggita ngobrol berdua dengan Romi, sempat sebentar ngobrol bertiga kemudian Lembayung hilir mudik bersama sahabat lainnya, yang juga diundang hadir.

Stop mengenang saat kenalan dengan Anggita, saatnya bekerja tapi tetap pikirkan pujaan hatinya. Setelah duduk manis di kursi kebesarannya, Romi kembali mengeluarkan handphone.

Aku sudah bilang Papaku tentang kita, Kamu dan Steve urus bagian kalian, secepatnya.

Romi mengirim pesan pada Lembayung.

Bagaimana tanggapan Papa Anto? *Lembayung.

So far so good. Pesannya jangan rusak persahabatan mereka, hanya aku sedang mencari cara bicara pada Mama. Cepatlah bergerak, aku sudah tidak sabar. *Romi

Iya nanti ya sabar dulu sebentar, Steve lagi cari waktu yang tepat. Kamu kan tahu urusan Steve bukan hanya soal kita, tapi juga keyakinannya. *Lembayung.

Steve harus cepat bilang kalau sudah pindah keyakinan sejak lama, itu juga bukan karena kamu. *Romi

Iya itu kan harus dijelaskan pada Papi dan Maminya juga, apa kubilang saja kamu selingkuh dengan Anggita? *Lembayung.

Terus namamu saja yang bagus dimata mereka? padahal kamu yang lebih dulu pacaran dengan Steve. Sebenarnya kan aku tunangan yang diselingkuhi. *Romi

Dasar Mak.Comblang. Kamu yang membuat Steve berani mendekati aku padahal. *Lembayung.

Hahaha Cepat ya sayang selesaikan urusan kalian, aku tidak mau Anggita diambil orang. *Romi

Bodo amat my dear❤️ *Lembayung.

Romi terbahak membaca tulisan dari Lembayung yang berstatus tunangannya tapi berpacaran dengan orang lain, memang Romi mak comblangnya dulu, konyol sekali.

Baiklah kembali bekerja, Romi kemudian memanggil sekretarisnya untuk menanyakan apa saja jadwalnya hari ini. Rencananya hari ini Romi tidak mau masuk, ia ingin menghabiskan harinya bersama Anggita, apa lah daya Papa mengajaknya kembali Ke kantor setelah acara pernikahan adiknya, Sosa dan Naka.

"Yess Rom?" Vita teman kuliah Romi yang menjadi sekretarisnya tampak menghampiri Romi, gadis muda multitalenta ini andalan Romi, ia juga pemegang semua rahasia Romi.

"Hari ini sudah kirim bunga untuk Anggita, Vit?" tanya Romi pada Vita.

"Hari ini bukannya kalian bertemu, apa tetap harus Kirim bunga juga?" tanya Vita pada Romi.

"Bertemu juga cuma sebentar, kirim saja tiap hari walau hanya 1 tangkai." kata Romi membuat Vita menganggukkan kepalanya, tak ingin membantah tapi mencibirkan bibirnya.

"Nikahi saja, pemborosan sekali tiap hari Kirim bunga." kata Vita menggerutu, Romi terkekeh.

"Memang akan kunikahi, tapi banyak hal yang harus diberesi lebih dulu, Vit." Romi menghela nafas.

"Sudah punya tunangan malah mencintai gadis lain." Omel Vita pada sahabatnya.

"Sama saja Ayu juga mencintai pria lain, tidak sehat jika kami teruskan. Kami tidak pernah saling cinta." jawab Romi.

"Sekarang bagaimana, belum ada perkembangan?"

"Tadi aku sudah jujur pada Papa." jawab Romi, hubungan Romi dengan Vita sangat dekat. Banyak yang mengira Romi mendekati Vita padahal Romi banyak minta saran pada Vita dan Vita juga sudah bertunangan dengan sahabat Romi saat kuliah dulu. Mereka bertiga satu kampus.

"Papamu tidak masalah ya. Terlihat saat datang air mukanya biasa saja."

"Tentu saja tidak masalah. Papa juga tahu kalau dijodohkan dengan orang yang tidak dicintai itu tidak enak." kata Romi dengan wajah berbinar, kemudian berpikir bagaimana menjelaskan dengan Mamanya nanti. Vita tertawa melihat ekspresi wajah Romi.

"Ok jadwal kamu hari ini, meeting tadi pagi sudah kugeser setelah makan siang. Investor dari Singapore tetap mau bertemu hari ini. Setelah itu rapat internal jam empat sore. Materi sudah kukirim via email, tinggal kamu pelajari. Ada yang mau ditanyakan Bapak Romi?" Vita mulai membacakan kegiatan Romi hari ini, jika sudah membahas pekerjaan, Vita sangat professional, Maka itu Romi rela menggaji Vita diatas pasaran sekretaris pada umumnya. Padahal Vita bukan kuliah jurusan sekretaris.

"Investor dari Singapore?" tanya Romi bingung.

"Pikiranmu Anggita saja sih, Kemarin kan sudah kubilang Mr. Lee ingin bertemu dengan kamu. Pak Anto juga sudah tahu."

"Ok, aku lupa hahaha. Nanti siapa yang mendampingi aku bertemu Mr. Lee?" tanya Romi.

"Moza bagian marketing." jawab Vita. Romi mengernyitkan dahinya mengingat Moza yang mana.

"Tidak pernah hafal dengan karyawan sendiri." dengus Vita kesal.

"Kamu ikut juga Vit." perintah Romi yang pasti tidak mungkin Vita tolak.

"Memangnya kenapa kalau hanya berdua Moza?"

"Aku belum ingat orangnya yang mana, Orang baru ya?"

"Sudah beberapa bulan."

"Oh, baru berarti. Ya sudah berarti nanti kamu dan Moza yang dampingi aku. Karena kalau kuminta Moza keruanganku sekarang akan memakan waktu, Sementara aku juga harus mempelajari materi yang baru kamu Kirim." kata Romi pada Vita.

"Nanti yang presentasi Moza." kata Vita pada Romi.

"Iya paling tidak aku tetap harus tahu detilnya." tegas Romi pada Vita.

"Oke, Rom. Nanti didepan Moza aku harus panggil kamu Bapak atau santai saja?" tanya Vita pada Romi.

"Apa adanya saja, supaya tidak ada gossip lagi. Kasihan kamunya."

"Kasihan aku atau kasihan kamu?"

"Aku sih laki-laki dibilang playboy tidak masalah, tapi kamu dibilang penggoda itu kan merusak image, belum lagi kalau didengar calon mertua kamu." kata Romi memikirkan nama baik Vita.

"Iya betul juga kamu Rom, untung saja Felix tidak banyak protes." Vita terkekeh.

"Vit, ajak Felix makan siang bersama, setelah itu kita bertemu Mr. Lee. Ajak saja Moza sekalian jalan." Romi memberi ide. Ada yang harus ia bicarakan juga dengan Felix.

"Kamu mau apa bertemu Felix?" tanya Vita curiga, selalu saja Romi memberi tugas yang aneh-aneh pada tunangannya.

"Mau minta tolong lah, mana pernah tidak ada urusan sih kalau bertemu Felix." Romi bicara apa adanya. Vita terkekeh, Romi selalu saja mengandalkan Felix tunangannya.

Curhat

"Romi ajak kamu makan siang." Vita bicara pada Felix melalui sambungan teleponnya.

"Pasti ada maunya." Felix terkekeh menanggapinya.

"Begitulah, kamu bisa?" tanya Vita lagi.

"Suruh Romi telepon aku, enak saja mau minta tolong pakai sekretaris." gerutu Felix membuat Vita tertawa. Romi dan Felix memang bersahabat tapi kadang seperti Tom and Jerry. Ribut saja kerjanya.

Vita menyampaikan apa yang Felix mau pada Romi, membuat Romi mau tidak mau menghubungi Felix sahabatnya.

"Susah sekali ajak Elu makan siang ya." gerutunya kesal karena Felix jual mahal.

"Lu kira semua bisa diatur lewat sekretaris ya? Mau apa ajak gue makan siang?"

"Anggita bagaimana ini? dikirimi bunga tiap hari masih judes saja."

"Malasnya membahas masalah percintaan yang tidak jelas itu. Tanya saja sama Naka, Anggita tergila-gila sama Naka itu kenapa?" kata Felix yang juga teman kuliah Naka.

"Sudah jelas dia terobsesi bukannya jatuh cinta." Romi langsung saja sewot.

"Nah kenapa bisa terobsesi?" Felix kembali mentertawakan Romi.

"Mana gue tahu. Nanti makan siang kita bahas ya." Bujuk Romi pada Felix.

"Percuma ganteng, mengejar wanita saja mesti keluar modal banyak." Felix terus mentertawakan Romi yang setiap hari mengirimi Anggita bunga berbagai jenis dengan harga yang paling mahal, tetap saja sampai sekarang Anggita jual mahal.

"Sialan." Romi menutup sambungan teleponnya. Ia menghubungi Vita untuk bersiap, mereka akan segera menuju hotel tempat pertemuannya dengan Mr.Lee, sebelumnya bertemu Felix dulu di restaurant dekat hotel tersebut.

"Ini Moza, boss." Vita memperkenalkan Moza bagian marketing pada Romi.

"Nanti kamu yang presentasi ya." kata Romi pada Moza dan segera menaiki mobilnya dibangku penumpang depan, sementara Vita dan Moza duduk dibangku belakang. Untuk urusan kantor Romi lebih suka disetiri, lebih efisien bisa langsung turun dilobby sementara pak supir mencari parkir.

"Iya Pak." jawab Moza sopan. Ini pertama Kali Moza melihat langsung anak dari pemilik perusahaan, Romi yang sekarang menjabat sebagai Marketing Director, diperusahaan keluarganya.

Selama dalam perjalanan ada saja yang ditanya Romi terkait materi yang akan disampaikan pada Mr. Lee, Moza cukup kelabakan menjawabnya. Tidak menyangka, boss nya yang paling sering digosipi rekan kerjanya, yang menurut mereka suka flirting dengan sekretaris sendiri padahal memiliki tunangan, bisa sedetail itu soal pekerjaan. Syukurnya Romi puas dengan penjelasan Moza, padahal Moza gugupnya bukan main, menjelaskan pada Romi lebih mendebarkan dibandingkan pada Mr. Lee nantinya.

"Ok Moza, sebaiknya saat presentasi nanti kamu menggunakan bahasa saja. Tidak usah pakai Bahasa Inggris." kata Romi setelah mendengar Moza bicara dalam bahasa Inggris via telepon dengan calon klien.

"Bahasa Inggris saya jelek ya pak?" tanya Moza pada Romi.

"Bukan, Mr. Lee sedang giat belajar bahasa Indonesia. Dia akan lebih senang mendengar presentasi dalam bahasa." jawab Vita pada Moza.

"Baik Pak." jawab Moza kemudian menganggukkan kepalanya pada Vita.

"Hubungi Felix, Vit. Sudah dimana?" perintah Romi pada Vita kemudian.

"Sudah sampai, sudah duduk manis." jawab Vita yang sedari tadi chat dengan Felix.

"Ok kalian nanti duduk dimeja yang terpisah dulu, karena aku ada bisnis dengan Felix." kata Romi membuat Moza bingung karena Romi tidak memintanya untuk presentasi dihadapan Felix, sementara Vita tersenyum simpul.

Vita segera mengajak Moza duduk dibangku yang terpisah, sebelumnya ia menghampiri Felix dan memeluk kekasihnya, Hal itu membuat Moza tambah bingung saja, mereka bertiga terlihat akrab, tapi Moza memilih diam saja tidak berani bertanya lebih lanjut.

"Mau konsul apa?" tanya Felix pada Romi, sementara Vita dan Moza asik ngobrol berdua dimeja yang lain.

"Papaku sudah tahu, tadi waktu kubilang Anggita siap-siap untuk dilamar dia malah sewot." Romi curhat pada Felix yang tertawa mendengarnya.

"Lu serius mau putusin Lembayung?" tanya Felix lagi dengan wajah serius.

"Kami tidak saling cinta, lu tahu kan Steve cinta sama Lembayung seperti apa. Bahkan Lembayung juga begitu. Mereka sudah tak terpisahkan." kata Romi pada Felix.

"Gue capek main petak umpet, tiap kali Steve mau jalan sama Lembayung, gue terus yang jemput Lembayung dan ijin sama Mama Papanya." kata Romi lagi sementara Felix terbahak dibuatnya.

"Lu tuh konyol ya." kata Felix disela tawanya.

"Habis bagaimana lagi? tapi tadi gue ngaku sama Papa. Papa sih tidak masalah, malah bilang gue urus sendiri. Membayangkan muka jutek nyokap gue kok jadi merinding disco ya. Belum lagi status gue sama Anggita yang belum jelas, menurut lu bagaimana?"

"Pastikan dulu sama Anggita deh." kata Felix pada Romi.

"Tapi gue akan bilang sama Mama. Anggita urusan belakangan." kata Romi kemudian.

"Nanti kalau Anggita tidak mau sama elu bagaimana?" tanya Felix serius.

"Yah, mau apa tidak, kan tetap saja gue harus bilang Mama kalau Lembayung dan anak gantengnya ini tidak saling mencintai. Mama harus terima itu." tegas Romi.

"Kalau sudah tahu begitu, kenapa curhat?" tanya Felix terkekeh.

"Gue cuma butuh teman untuk berkeluh kesah." Romi ikut terkekeh.

"Otak gue jadi tempat sampah kisah cinta elu." gerutu Felix memandang ke arah Vita pujaan hatinya.

"Hei masih jam kantor, Vita masih harus bekerja." kata Romi pada Felix yang terus memanggil Vita.

"Kangen gue." kata Felix bikin Romi iri saja. Sementara Vita hanya tersenyum tanpa mendekat ke meja Romi dan Felix. Ia asik menikmati sop buntut pesanannya yang baru saja datang.

"Kalian kapan nikah sih? tanya Romi pada Felix.

"Beberapa bulan kedepan, siapkan sekretaris baru, karena Vita akan berhenti setelah kami menikah." kata Felix pada Romi.

"Serius lu Fel?" tanya Romi setengah percaya.

"Tentu. Gue masih sanggup biayai istri gue." jawab Felix sombong.

"Sombongnya, gue bagaimana ini tidak ada Vita." Romi mulai khawatir, bukan masalah pekerjaan yang dikhawatirkan tapi urusan pribadinya yang biasa dihandel Vita.

"Itu staff lu yang sama Vita bisa lu jadikan sekretaris sepertinya." Felix menunjuk Moza.

"Repot lagi, tambah banyak saja yang tahu urusan gue, masalahnya hanya Vita yang mengerti urusan percintaan gue, Fel." Romi sedikit memelas, ia ingin agar Felix tidak meminta Vita berhenti bekerja nantinya.

"Maka itu cepat selesaikan. Seorang Romi tidak bisa taklukkan Anggita? Tidak akan ada yang percaya." dengus Felix membuat Romi sedikit kesal, tapi pikir Felix bagaimana bisa Romi lamban sekali menghadapi Anggita, mestinya sekelas Romi sih untuk dapati hati seorang wanita tidak perlu pakai trik begitu banyak seperti saat ini, cukup ungkapi apa yang dirasakan saja harusnya sudah selesai, kenapa juga Anggita tidak mau sama Romi. Kalau Anggita merepotkan cari saja yang lain.

"Anggita tidak mau dianggap sebagai perusak hubungan orang, Padahal sudah gue bilang Lembayung pacarnya Steve, bahkan dia sudah lihat sendiri Lembayung dan Steve selalu bersama." Romi menghela nafas panjang.

"Mungkin karena urusan dengan orang tua kalian juga belum beres." kata Felix mulai menikmati makanan yang dipesannya.

"Mungkin juga, berarti gue harus bilang Mama secepatnya ya?" kata Romi sedikit bergidik ngeri, Felix tertawa melihat ekspresi Romi lalu mendorong makanan yang Romi belum sentuh sedari tadi.

"Makan yang benar, dekati Anggita butuh energi toh." kata Felix terkekeh, Romi jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian mulai menikmati makanan yang dipesannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!