"Bagaimana kondisi Ame, Nak?" tanya Romi pada Naka setelah dua hari Naka dan Sosa tidak pulang, mereka menginap di hotel dekat rumah sakit tempat Ame dirawat karena harus mondar-mandir menemani Ame.
"Setelah cuci darah pertama kali, sudah semakin membaik." jawab Naka, wajahnya terlihat lelah, sementara Sosa sibuk meladeni Naka. Romi tersenyum dibuatnya, bisa juga adiknya menjadi istri yang baik.
"Kalian baru datang?" sapa Mama yang baru saja bergabung saat melihat Naka dan Sosa, wajah Mama tampak sumringah. Papa menyusul dari belakang, sudah rapi dengan setelan jas nya. Papa memang selalu terlihat tampan. Mantan Model dan pembalap yang masih saja memiliki penggemar fanatik dan Naka lah sekarang yang menjadi penerus Papa, pembalap terkenal yang di gandrungi banyak wanita, untung saja Papa dan Naka bukan Casanova.
"Dari semalam, Ma. Saat kami pulang semua sudah pada tidur." jawab Sosa memeluk Mama, rindu sekali rupanya.
"Dua hari ini energi Mama seperti habis, jadi Mama lebih cepat tidur." kata Mama sambil melirik Romi. Papa santai saja tertawa mendengarnya.
"Pa, berangkat sama aku apa sama supir?" tanya Romi pada Papa yang mulai menikmati sarapannya, mengabaikan sindiran Mama. Kalau Romi tanggapi Mama bisa emosi, lebih baik cepat berangkat ke kantor.
"Kamu tidak ada yang mau dijemput?" tanya Anto serius, mungkin saja Romi ingin menjemput gadis yang dicintainya, pikir Anto.
"Tidak, aku langsung ke kantor." jawab Romi pada Papanya.
"Ya sudah, kita berangkat bersama." jawab Anto, Romi pun mengangguk, berarti harus lebih lama duduk bersama Mama dimeja makan. Sosa melihat sesuatu yang aneh, Mama dan Romi seperti berjarak, biasanya ada saja yang mereka bahas.
"Rom..." Sosa menyodorkan roti yang sudah diolahnya pada Romi, sambil menaikkan alis dan melirik pada Mama. Romi mengambil roti yang dibuat Sosa dan balas tersenyum menaikkan alisnya juga, mulai memakannya. Mungkin Romi sudah mengaku pada Mama, pikir Sosa.
"Apa sih kalian kode-kode." suara Judes Mama mulai keluar, menatap tajam pada Romi dan Sosa.
"Kode apa sih Mama sayang?" Sosa tersenyum manis pada Mama.
"Kamu bekerja sama dengan Romi ya, Sos?" sepertinya Mama menyadari kelakuan kedua anaknya ini.
"Kerja sama apa? Sosa dua hari tidak komunikasi dengan Romi." jawab Sosa jujur. Ia memang tidak menghubungi abangnya setelah menikah.
"Abangmu bikin ulah, bikin energi Mama terkuras, kamu tahu?" tanya Mama menatap Sosa tajam.
"Ulah apa Rom?" tanya Sosa tersenyum pada Abangnya. Naka dan Anto hanya menyimak, keduanya memiliki sifat yang hampir sama, selalu santai menghadapi apapun.
"Itu bukan ulah Mama. Hanya kebetulan saat ini kita belum sejalan." jawab Romi pada Mama.
"Sudah pintar jawab sekarang." dengus Intan membuat Romi mencebikkan mulutnya, tidak berani jawab lagi kalau sudah begini.
"Sudahlah, ini lagi suasana bahagia, karena Naka sudah utuh menjadi bagian keluarga kita. Harusnya kita semua bahagia menyambut kedatangan Sosa dan Naka." kata Anto berusaha meredam emosi istrinya. Padahal Intan sudah setuju dengan perkataan Anto, entah kenapa pagi ini tersulut lagi.
"Habis Romi..."
"Sayang. Stop it." tegas Anto tersenyum pada istrinya, Intan pun akhirnya diam.
Entah kenapa pagi ini kesal lagi lihat Romi. Padahal ia tahu, seperti yang Anto bilang dijodohkan dengan orang yang tidak kita cintai rasanya tidak enak. Semalam juga Anto menjelaskan bagaimana ia mempertahankan Intan dulu dan menolak gadis pilihan Mamanya. Sekarang terulang kembali pada Romi, Anto minta Intan menerima apapun keputusan Romi. Intan sudah setuju, tapi melihat Sosa dan Naka tampak bahagia, Intan jadi kecewa lagi.
"Jodoh itu Allah yang atur, walaupun sudah kita rencanakan, jika Allah tidak mengijinkan tidak akan terjadi." bisik Anto pada istrinya, kemudian menyuapi Intan buah yang ada dipiringnya.
"Nanti Mama mau ikut besuk Ame ke rumah sakit?" tanya Sosa berusaha mencairkan suasana.
"Kalian ke rumah sakit hari ini?" tanya Intan masih mengunyah buah yang disuapi Anto.
"Sosa saja, Ma. Naka ke kantor dulu." jawab Naka pada Intan.
"Kamu tidak ambil cuti, Nak?" tanya Intan pada menantunya.
"Sudah kemarin dua hari." jawab Naka tersenyum, ia sengaja tidak banyak mengambil libur, karena hanya di Jakarta saja bersama Sosa, lagi pula Ame kondisinya masih dirawat, meskipun sudah semakin membaik. Kesadarannya sudah kembali. Diajak ngobrol sudah nyambung, kata dokter beberapa hari ke depan sudah boleh pulang.
"Baiklah, nanti Mama akan menemani Sosa kerumah sakit." kata Mama tersenyum manis pada Naka. Romi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Mama sedang bersikap tidak adil saat ini. Bagaimana bisa semanis itu pada Naka tapi seperti ingin menerkam jika bicara pada Romi.
"Iri bilang bos." Sosa terkekeh menatap wajah Abangnya.
"Tidak adil." dengus Romi ikut terkekeh.
"Apa?" tanya Intan melotot pada Romi.
"Mama sama Naka semanis itu, coba lihat Pa, sama Romi judesnya bukan main." Romi mengadu pada Papa yang terbahak melihat keduanya.
"Kalian ini, selalu saja bikin Papa tertawa." jawab Papa mengabaikan aduan putra sulungnya.
"Romi pindah saja kalau begini." kata Romi pura-pura merajuk.
"Awas saja, kalau berani." ancam Mama membuat Romi terbahak.
"Kalau sayang bilang sayang dong Mama. Jual mahal sekali sama anak sendiri." Romi mengecup pipi Mamanya setelah beranjak dari kursi makan.
"Romi jalan dulu Mama sayang." katanya lagi pada Mama. Intan diam saja menahan tawa. Masih jaim didepan putranya, mempertahankan wajah judesnya.
"Naka, kamu jalan sekarang apa nanti?" tanya Romi, sementara Papa Anto ikut beranjak dari kursi makannya setelah mengecup dahi Mama Intan.
"Berangkat sekarang ." jawab Naka meneguk air putih kemudian ikut beranjak dari kursinya.
"Aku jalan dulu sayang." katanya ikut mengecup dahi Sosa. Duh Mama Intan jadi senyum-senyum sendiri melihatnya. Bahagia sekali melihat kemesraan anak menantunya.
"Mama, Naka jalan dulu." pamitnya menyalami Intan dan mencium punggung tangannya.
"Hati-hati sayang, kalau lelah sebaiknya kamu pakai supir untuk sementara, karena kamu masih mondar-mandir rumah sakit, pasti kurang tidur." kata Intan pada Naka dengan manisnya.
"Iya Ma, Naka pakai supir kok, jadi bisa tidur di Mobil." jawab Naka pada Intan. Romi menggelengkan kepalanya, lagi-lagi Mama berbuat tidak adil. Sengaja betul melancarkan aksi ngambeknya dengan memanas-manasi Romi, memberi perhatian lebih pada Naka. Anto tertawa saja dibuatnya.
"Sabar, Boy." katanya terkekeh pada Romi.
"Pasti Papa." jawabnya ikut terkekeh.
"Kalian bicarakan Mama ya?" protes Intan sensitif.
"Bicarakan apa? aku cuma bilang Romi supaya sabar." jawab Anto masih terkekeh.
"Sabar kenapa?" tanya Intan membesarkan kedua bola matanya.
"Sabar menghadapi Mama yang masih emosi kalau melihat Romi." jawab Anto tertawa.
"Papa, kamu memihak Romi ya?" protes Intan setengah tertawa.
"Yess Mama." jawab Anto menyeringai, kemudian masuk kedalam mobil dengan mulut seakan mengecup Intan dari jauh. Naka jadi tertawa melihat kedua mertuanya, ia menatap Sosa yang ikut mentertawakan Mama dan Papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
auliasiamatir
suka banget sama Romi
2021-11-18
0
Mimi
visualnya dong thor, jadi penasaran penampakannya, setelah Bikin Aku jatuh cinta Sama Mas Kenan
2021-09-02
1
Phina
Yess mama, kok suka Anto bilang gitu sih
2021-09-02
1