"Barang-barang sudah saya taruh di kamar Non..." Kata Pak Purbo pria paruh baya yang wajahnya sedikit rusak.
"Ba-baik... Terimakasih." Jawab Nindya gagap dan gugup serta bergegas pergi meninggalkan dapur.
Nindya merasa tidak nyaman berada di rumah yang mewah namun terasa sangat sepi. Apalagi Dirga sedang ada urusan dan tidak berniat untuk pulang.
Malam semakin larut, hujan turun dengan sangat lebat, apalagi kilat dan juga petir terus saja menyambar, Nindya tidur di atas ranjang, sesekali bahunya bergoyang karena terkejut dengan suara petir.
Kamar Nindya gelap karena gadis itu memang lebih suka tidur tanpa penerangan.
"GLODEK!!!"
Terdengar suara barang yang jatuh dan membuat Nindya terkejut dalam tidurnya, alam bawah sadarnya spontan bersiaga. Nindya bangun dan perlahan menuruni ranjang memakai alas kaki sendal berbulu yang ada di bawah ranjangnya.
Gadis itu keluar dari kamar dan menuruni tangga yang cukup gelap, hanya cahaya yang masuk melalui kilatan langit dan membuat Nindya bergidik ngeri.
Nindya menyalakan lampu dan terlihat Dirga ambruk di dekat sofa.
“Tuan Dirga!!!" Teriak Nindya.
Pria itu mabuk parah, dan Nindya mengangkat tubuh Dirga masuk ke dalam kamar, terlihat Pak Purbo pun berlari tergopoh untuk membantu.
"Tadi saya sedang menutup gerbang Non..." Kata Pak Purbo.
"Iya, Tidak apa-apa Pak Purbo."
Mereka kemudian menuntun Dirga masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh berotot Dirga di atas ranjang.
"Katanya ada urusan, dan tidak tidur di rumah, kok balik kesini?"
Nindya hanya membatin dengan sewot namun juga lega karena kini ada yang menemaninya, jari lentik Nindya mencoba membuka dasi serta sepatu milik Dirga.
"Apa dia mobilnya sendiri dalam keadaan mabuk begini?"
Nindya masih membereskan jas dan sepatu milik Dirga.
Namun ketika Nindya hendak membetulkan tubuh Dirga, pria itu menarik Nindya masuk ke dalam pelukannya, membuat tubuh mungil Nindya jatuh ke atas tubuh Dirga.
"Alexa..." Kata Dirga mengigau.
"Alexa?" Nindya mengerutkan keningnya.
Dirga membuka matanya dan memutar tubuh Nindya hingga pria itu berada di atas tubuh Nindya.
"Cantik..." Kata Dirga.
"Tu-tuan..." Ucap Nindya lirih.
"Siapa yang dia maksud cantik? Aku atau Alexa?"
Namun dengan cepat Dirga melumaat bibir mungil Nindya, dengan penuh kehangatan dan penuh dengan gerakan yang sensual. Menyesap setiap bibir Nindya hingga menimbulkan bunyi, lidah Dirga masuk melengsak, pelan Nindya pun membalasnya meski ia sangat amatir memainkan lidahnya hanya mengikuti ritme gerakan lidah Dirga. Tak sampai di sana, semua wajah Nindya pun tak luput di cium habis oleh Dirga.
Tangan Dirga merayap perlahan menurunkan gaun tidur milik Nindya, hingga tubuh Nindya kini telah polos.
Dirga menikmati setiap inci tubuh ciptaan Tuhan yang maha sempurna, tubuh mulus yang sedikit berisi milik Nindya, gadis itu pun memejamkan matanya karena sentuhan lembut Dirga yang membuat nya melayang dan tiba-tiba tanpa sadar Nindya mengeluarkan suara nya yang mirip dengan desahann penuh gairah.
Gadis itu mencengkram sprei dan menggigit bibirnya, ketika Dirga mempermainkan dadanya.
Nindya juga menjerit nyaring tatkala Dirga berada jauh di bawah sana, gadis itu juga dengan berani mencekram rambut Dirga, meremas dengan kekuatan tangan mungilnya hingga Nindya menjerit. Ruangan kamar Dirga menjadi saksi bagaimana suara Nindya menggema memenuhi setiap detik jarum jam yang berputar.
Dirga yang melihat istrinya melengkungkan tubuh mungilnya dan di susul tubuh bergetar Nindya, pria itu tahu pertanda istrinya telah mencapai puncak kenikmatan kemudian dengan tubuh kekar yang gagah, Dirga membuka seluruh bajunya, dan membuka paha istrinya jauh lebih lebar, pria itu membenamkan sesuatu yang hanya dengan sekali hentakan.
"Aaakh!!!" Nindya menjerit kesakitan, air matanya mengucur di pelipisnya. Jemarinya meremas sprei namun Dirga mengarahkan tangan Nindya untuk memeluknya.
"Rileks..." Kata Dirga membelai kepala Nindya.
"Sakiit..."
"Sebentar nanti tidak akan sakit lagi..." Kata Dirga.
Setelah cukup lama, Dirga mengatur ritme pergerakan dan permainannya,dari pelan hingga akhirnya pria itu membelai kesana dan kemari, membuat istrinya bergairah.
Permainan tak cukup sebentar, Dirga benar-benar melampiaskan segala hasratnya yang ada di dalam tubuh dan urat syarafnya. Pria itu masih melakukannya hingga pagi, Nindya memohon dan merintih namun Dirga tidak memperdulikan suara permohonan Nindya.
Hingga akhirnya Dirga pun merasakan sesuatu yang hebat seakan siap menjebol segala pertahanan dirinya, melepaskan semua yang terbendung hingga jauh melesak ke dalam, menyiram seluruh kehangatan di dalam rahim Nindya.
Pria itu menggeram dan melenguh merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan, pria itu menjaga gen pewarisnya dengan sangat baik.
Dirga tidur di samping Nindya yang sudah sejak beberapa jam lalu sudah pingsan, pria itu memeluk tubuh mungil Nindya dalam dekapannya.
Dalam ingatan Dirga, sesaat yang lalu pria itu menemui Alexa dan mengatur makan malam yang sangat romantis di hotel berbintang 5.
Makan malam yang mungkin adalah paling romantis dan juga bentuk lamaran yang tentu juga sangat mewah. Dimana Dirga sudah menyewa seluruh hotel hanya untuk agar Alexa terkesan.
Namun ketika Dirga menyodorkan cincin berlian yang sangat mahal, tidak pernah Dirga sangka sebelumnya jika Alexa justru menolaknya.
Wanita itu tersenyum ketika melihat wajah pucat Dirga, tubuh pria itu kaku dan sangat tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi.
"Kita sudah lama menjalin hubungan Dirga, dan aku senang kamu melamarku, tapi aku belum siap menjadi istri mu..." Kata Alexa dengan tersenyum.
Setelah kepergian Alexa, Dirga meminum alkohol nya dan menyandarkan punggung besarnya di kursi yang masih ia duduki dengan setia tanpa beranjak sedikitpun.
Pria itu meremas cincin yang ada di tangannya, dan membuangnya jauh, melempar melalui jendela besar hotel yang terbuka.
"Dia memandang tinggi dirinya..." Kata Dirga menyeringai.
Hingga akhirnya kesadarannya sedikit berkurang karena mabuk, Felix akhirnya mengantarnya pulang, namun sebelum Felix mengantar hingga masuk ke dalam rumah, Dirga menyuruh Felix untuk pergi mengurus sesuatu di catatan sipil.
***
Pagi telah datang, dan Pak Purbo sudah mulai menyirami tanaman serta membersihkan halaman. Nindya mendengar sesuatu bergetar yang itu adalah sebuah hape di atas meja.
Gadis itu sedikit demi sedikit membuka matanya, dan telihat Dirga sedang merantainya dengan tangan kekar milik Dirga.
Nindya mulai mengingat bait demi bait ingatan yang ada di memori otaknya, membuka lagi rekaman bagaimana suara rintihan dan desahannnya menggema di seluruh ruangan kamar milik Dirga.
Spontan Nindya menjitak kepala nya sendiri. Namun ia juga berfikir ini sudah menjadi kewajibannya dan ia memenuhi hak suaminya.
Nindya mencoba melepaskan dirinya dari tangan kekar yang merantainya, gadis itu turun dari ranjang dan memungut beberapa gaun tidurnya yang berserakan di atas lantai.
"Aakk..." Nindya meringis ketika di bagian antara paha nya terasa nyeri, sangat nyeri bahkan kaki nya terasa lemas dan gemetaran.
Nindya ambruk di atas lantai, tidak kuat berdiri. Sedangkan Dorga juga merasa ada sesuatu yang hilang dari sampingnya, pria itu membuka mata dan menyapu seluruh ruangan dan terlihat Nindya yang berada di bawah ranjang terduduk dengan tubuh polos.
"Kamu sedang apa di situ?" Tanya Dirga masih dengan mata sayu.
"Sa... Saya... Mau mandi..."
Dirga hanya mengerutkan kening, melihat ekspresi malu Nindya yang terus menunduk. Tak berapa lama pria itu memakai celana boxer nya dan mengangkat tubuh Nindya.
"Tuan Dirga..." Nindya terkejut ketika Dirga menggendongnya.
"Kamu tidak bisa jalan dan aku membantumu ke kamar mandi." Kata Dirga tanpa melihat ke arah Nindya.
Pria itu kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan kini Nindya sudah berada di bathup. Dirga menyalakan air hangat dan meninggalkan Nindya tanpa sepatah kata.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
pat_pat
bagus Nindya
2021-10-21
0
Nonie Fidding
si dirga jadi keg orang gak sabaran
2021-10-15
0
idawati
liat dino bawaannya adem. gak kek Dirga panas muluuuu😡😡😡😡
2021-10-15
0