Telapak tangan Nindya yang sedang mengecek tenunan mulai berkeringat dingin dan sangat basah.
Setidaknya ada 3 pria yang datang, mereka semua masih muda dan tentunya dengan wajah tampan, bertubuh tinggi dan kekar dengan berat badan ideal, sangat sempurna bak model luar negeri.
Tak berapa lama ada sosok pria yang berdiri di dekat Nindya, gadis itu semakin menundukkan kepalanya tak berani melihat.
"Leher kamu akan pegal kalau posisi kepala kamu nunduk terus begitu." Kata seorang pria dengan tersenyum penuh kegelian.
Nindya kemudian mendongak melihat wajah dan suara yang tidak asing baginya. Kemudian Nindya tersenyum canggung dengan tubuh gemetar.
"Kenapa?" Tanya seorang pria lagi dengan bahasa korea.
"Tidak ada apa-apa..." Sahut Dino membalas dengan bahasa korea pula.
Kemudian sang supervisor mengumumkan agar para pekerja berhenti sejenak.
"Semuanya minta perhatiannya!!!" Kata Marni sang supervisor.
Semua karyawan berhenti dan menatap pada supervisor, di samping nya ada 3 pria yang tampan bak model luar negeri, yang memiliki tubuh tinggi dan berkulit putih.
"Saya akan memperkenalkan pemilik baru pabrik kita beliau adalah Pak Dirga Hartono Putra Jaelani, di samping beliau adalah adiknya, Pak Dino Arman Putra Jaelani, lalu yang paling ujung beliau adalah investor dari Korea, Mr. Park.
Seketika dada Nindya terasa sesak dan benar-benar merasa sedang terlibat permasalahan yang sangat pelik serta berbahaya.
"Aku tidak tahu itu wajar saja, apalagi dia baru saja menjabat dan membeli pabrik ini kan." Kata Nindya membela dirinya sendiri.
"Saya mengakuisisi pabrik ini dan akan membuatnya di kenal dunia dengan produk asli Indonesia, jadi mohon kerja samanya!!!" Kata Dirga dengan tegas.
Para karyawan wanita berdecak kagum, semuanya menebar pesona dengan manggut-manggut dan tersenyum seolah mengerti apa yang di katakan Dirga, bagaimana bisa para pria yang masih terlihat muda sudah memiliki kesuksesan yang besar, apalagi wajah mereka sungguh tampan.
Sedangkan pandangan Dino selalu terpusat pada Nindya, bagaimana pria itu kini mempermainkan perasaan takut Nindya.
Setelah perkenalan selesai para pria pergi namun tidak dengan Dino, pria itu justru berteriak pada sang supervisor.
"Marni panggil semua QC ke dalam kantorku." Teriak Dino dengan tegas.
Sedangkan Dirga dan Mr. Park pergi ke ruangan meeting.
"Matilah aku..." Nindya mengigit bibirnya dan meremas tangannya sendiri.
Setelah itu semua QC sudah berada di ruangan Dino, sedang Nindya memilih untuk berada di bagian belakang sembunyi dari balik tubuh teman-temannya.
"Di sini saya hanya ingin sampaikan bahwa mulai saat ini akan ada perubahan pengecekan, kalian harus bekerja dengan teliti, karena pengeksporan tidak hanya ke Korea dan Jepang, kita akan merambah ke USA." Kata Dino tegas, pria itu berdiri sembari menyedekapkan tangannya.
"Kalian boleh pergi kecuali satu nama yang saya sebutkan." Dino berpura-pura mengambil berkas dan menyebut nama seorang karyawan.
"Nindya Ayu Sukmawati." Kata Dino berpura-pura melihat berkas yang ia pegang.
Semua karyawan pergi dan kini tinggal lah Nindya sendirian di ruangan itu, menundukkan kepala, dan meremas tangannya, gadis itu menggengam kedua tangannya sendiri yang dingin dan berkeringat.
Pendingin ruangan yang kala itu di stel 25 derajat celcius tidak bisa membuat tubuh Nindya sejuk, namun justru semakin membuat keringat dinginnya mengucur di punggung dan mengalir di dada nya bak air sungai.
Dino mendekat dan memandang nanar pada Nindya.
"Tadi punggungku di dorong dengan kasar." Kata Dino.
"Lalu ada seorang karyawan mengatai aku otak Jongkok, IQ rendah." Kata Dino lagi melanjutkan dengan nada ketus dan sinis.
Nindya gemetar, ia tidak mau kehilangan pekerjaannya, tiba-tiba air hangat meleleh di kedua pipinya. Nindya tidak bisa membayangkan jika ia kehilangan pekerjaan, bagaimana ia bisa membantu kedua orang tuanya, dan pasti keributan-keributan di dalam rumah akan sering terjadi.
Nindya masih menundukkan kepala, ia benar-benar tidak berfikir bagaimana Dino bisa masuk ke dalam wilayah Pabrik. Air mata nya meleleh di kedua pipi.
"Sa-saya tidak tahu a-anda pemilik..." Suara Nindya tercekat dan terbata karena menahan air matanya.
Dino terkejut melihat Nindya yang ternyata menangis, dengan cepat pria itu mendongakkan wajah gadis itu, tangan kekarnya meraih pipi Nindya, mata Dino menatap air yang mengalir di pipi Nindya.
"Nindya kamu menangis?" Dino membelalakkan matanya.
"Aku hanya bercanda Nindya... Maaf." Tiba-tiba Dino memeluk tubuh Nindya.
Dengan cepat Nindya pun mendorong tubuh Dino menjauh darinya.
"Kenapa anda memeluk saya?"
Dino gelagapan.
"Aku khawatir, aku tidak ada maksud membuat kamu sedih apalagi sampai menangis, aku cuma bercanda Nin, dan aku reflek meluk kamu." Kata Dino kalang kabut mencari tisu.
Dino kebingungan melihat wajah putih dan cantik milik Nindya berubah menjadi seperti wajah bayi yang hidung, mata, dan bibirnya berubah menjadi merah karena menangis.
Pria itu kemudian mengambil kotak tisu dan mengarahkan Nindya untuk duduk di kursi, sedangkan Dino duduk di atas meja nya berhadapan dengan Nindya sembari dino masih membawa kotak tisu, dan sesekali memberikan tisu nya pada Nindya.
"Saya tidak ingin kehilangan pekerjaan Tuan Dino..." Kata Nindya canggung sembari mengelap air matanya.
"Aku bercanda Nin, jangan panggil Tuan, aneh rasanya. Aku tidak akan memecat kamu." Sahut Dino.
Tak berapa lama Dirga pun masuk, pria tampan bertubuh tinggi sekita 195cm, wajah yang di dominasi dengan keturunan arab.
Melihat ada yang datang sontak membuat Nindya terkejut, ia mendongak ke arah Dirga dan ingin berdiri namun Dino menahan bahu Nindya agar tetap duduk.
"Kalian sedang apa." Tanya Dirga sembari mengambil laptop nya yang tertinggal di ruangan Dino.
"Tidak ada. Dia teman SMA ku..." Kata Dino belum selesai dengan kalimatnya.
"Aku tidak menanyakan siapa dia, ini jam kerja kenapa ada karyawan menangis di sini, memangnya ini tempat pengaduan dan tempat curhat." Sambar Dirga dengan tegas.
"Saya akan kembali ke tempat kerja." Kata Nindya menunduk dan kalap karena takut, dengan gerakan tubuhnya yang panik, membuatnya justru menabrak Dirga.
"Hati-hati Nin..." Kata Dino berdiri dan ingin mengejar tapi Nindya sudah pergi meninggalkan kantornya.
"Kamu masih mau main-main!" Dirga menatap kesal dan dingin.
"Masih belum cukup kamu menghancurkan keluarga Hartono? Dan sekarang kamu mau main-main di pabrik juga?!" Serang Dirga lagi.
"Kamu salah faham." Sahut Dino.
"Ingat Dino, kita bukan satu ibu dan jangan pernah melewati batas kesabaranku, sudah cukup kamu main-main, kalau kamu tidak siap dengan jabatan ini, kamu bisa bilang ke papa biar aku handle sendiri pabrik ini." Dirga meninggalkan ruangan dengan kesal dan marah hingga pria itu menutup pintu dengan cukup keras.
Sedangkan Dino yang tidak sempat membela dirinya hanya terdiam kaku berdiri di dalam ruangannya.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
KumiKimut
semangat kak, udah ku like n fav
2021-10-17
2
Nonie Fidding
mulai seru dan semakin penasaran.
2021-10-15
0
Lexiana
ya ampun lieeer ax..
2021-10-13
0