"Tidak usah Dino... Aku sedang tidak dirumah, anu... Aku di rumah... Tante ku." Kata Nindya sedikit lama berfikir dengan menutup matanya.
Dirga melihat ekspresi kalut Nindya dan merebut handphone tersebut dari tangan mungil Nindya, kemudian menekan tombol Lodspeaker.
"Apa kamu masih marah Nindya, karena semalam aku mencium bibirmu..."
Dirga meremas ponsel itu, melihat ke arah Nindya dengan tatapan dingin dan kemudian melempar ponsel itu pada Nindya lagi meski tidak dengan kekuatannya namun cukup membuat gadis itu kelabakan menerimanya, hingga ia berusaha memeluk ponselnya agar tidak jatuh.
Dirga kemudian memakai t-shirt polos berwarna putih, baju yang semalam Felix bawakan untuknya dan ia juga hanya memakai boxer, kemudian Dirga merebahkan dirinya ke atas tempat tidur.
"Jangan bahas itu lagi Dino. A... Aku mau istirahat dan jangan coba-coba datang ke rumah, atau aku akan benar-benar marah sama kamu." Kata Nindya sembari menutup hapenya dengan gemetar.
Nindya masih berat dan tidak ingin Dino tahu jika dirinya saat ini sudah menjadi suami dari kakaknya, yang pasti gadis itu belum siap dan masih sangat sulit mengakui itu semua.
Sedangkan Dino masih kebingungan, semalaman pria itu tidak pulang dan memilih untuk tidur di kantor, menyesali perbuatannya, pria itu berfikir bahwa Nindya sakit karenanya, Nindya terpaksa pulang menerobos hujan yang lebat dan sekarang pasti dia terkena demam.
Di sisi yang lain tepatnya dalam hotel mewah Nindya hanya duduk tenggelam di sofa yang empuk dan tidak tahu harus berbuat apa, gadis itu masih memakai pakaian pengantin sederhananya, ia sudah mulai gerah dan tidak nyaman tapi ia juga tidak memiliki pakaian ganti, saat pergi dari rumah gadis itu tidak membawa satu helai baju pun.
Nindya masih sangat canggung, bahkan ia tidak berani menggerakkan tubuhnya, gadis itu melirik ke arah Dirga, pria itu tidur terlentang hanya memakai t-shir polos berwarna putih dan boxer.
"Kamu tidak risih pakai pakaian itu terus? Tidak mau mandi?" Kata Dirga tiba-tiba memecah keheningan suasana.
"Sa... Saya ingin mandi tapi saya tidak punya pakaian ganti." Kata Nindya.
Dirga melenguhkan nafas nya kasar.
"Pakai saja handuk kimono." Dirga asal menjawab.
Nindya menundukkan kepala nya.
"Pakai itu dulu, sebentar lagi Felix datang membawakan perlengkapan mu." Kata Dirga sembari meraih hape nya untuk memberitahu pada Felix.
Nindya pun menurut dan pergi menuju kamar mandi, gadis itu menikmati waktu mandi nya, menenangkan dirinya dan ingin melepaskan segala penatnya hingga 30 menit kemudian ia selesai.
"Segarnya... Sehabis mandi pikiranku jadi sedikit lebih tenang." Nindya memakai kimono handuknya, ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju sofanya, untuk duduk kembali.
Masih dalam keadaan yang sama, gadis itu masih sangat canggung dan memilih untuk kembali duduk di sofa, tentu saja tubuh nya seperti robot yang kaku, salah tingkah dan sangat tidak nyaman dengan handuk kimono yang cukup seksi pada bagian pahanya.
"Sementara ini kita tidur sini dulu, baru setelah Felix mendapatkan rumah untuk kita, kita bisa pindah, tapi jangan berharap lebih, jangan pernah membayangkan aku jadi sosok suami yang baik dan memberikan kehangatan." Kata Dirga ketus.
"Maaf sebelumnya Tuan Dirga. Maksud anda bagaimana?" Tanya Nindya tidak mengerti.
"Meski kita sudah menikah jangan sok berperan menjadi istriku, mengatur ini dan itu, jangan mengharapkan lebih dariku dan jangan sok manja apalagi merengek minta ini itu. Aku paling tidak suka wanita yang sering menuntut, dan yang paling penting jangan pernah ikut campur dengan urusanku. Ingat statusmu hanya istri siri, tidak perlu sok sok an bermain peran suami istri dan rumah-rumahan."
Dirga berbaring di atas ranjang berbicara dengan ketus dan memejamkan matanya.
"Maaf Tuan Dirga yang terhormat... Apa anda sedang berfikir kalau saya menikmati ini semua? Apa anda berfikir saya bahagia dan bersyukur dengan pernikahan ini? Apa anda sedang merasa dan memposisikan diri anda adalah korbannya?" Sindir Nindya kesal.
Seketika Dirga membuka matanya dan duduk di atas ranjang, menatap tajam Nindya. Pria itu tak percaya Nindya gadis desa yang polos melontarkan kalimat panas.
"Kalau anda tidak melakukan itu pada saya dan berhenti ketika saya bilang berhenti, semua ini tidak akan pernah terjadi, jika anda tidak mengganggu saya pun semua ini tidak akan menjadi seperti ini, jadi menurut anda siapa yang salah? Saya bahkan belum genap berusia 23 tahun, menjadi tulang punggung keluarga, hingga di usir dari desa saya sendiri, dan anda meminta saya untuk bersikap bagaimana lagi?"
Dirga merasa jengkel ketika ada seorang wanita yang seolah lebih pintar dan mendiktenya. Pria itu berdiri dan mendekati Nindya, membuat gadis itu mendongak dan menelan ludahnya.
"Kamu merasa sangat berharga ya? Aku bisa menyewa wanita yang lebih cantik dan menggoda, jangan memandang tinggi dirimu sendiri, semua orang dari kalangan bawah selalu sok jual mahal, sok suci dan sombong."
"Ya, sekarang saya tahu bagaimana anda memandang saya, bagi anda saya hanya sebatas mainan dan tidak lebih baik dari pada seorang pelacur kan? Kenapa? Apa karena saya tidak cantik? Saya miskin? Saya melarat?"
Dirga makin kehilangan kata-kata ketika gadis dihadapannya semakin di tekan justru semakin kuat melawan dan juga berani, pria itu menarik tubuh Nindya mendekat ke dalam dadanya, membuat tubuh kecil Nindya mendadak kaku dan mencoba mendorong tubuh Dirga.
"Kamu berlagak ingin menjadi gadis yang lebih kuat dari pada aku? Bagaimana bisa gadis desa murahan seperti kamu mencoba mengaangkangii laki-laki seperti diriku! Jangan coba-coba mendominasi keadaan dengan memprovokasi dan mengkritikku."
Dengan kasar Dirga melemparkan Nindya ke atas ranjang. Membuat Nindya terkejut, mimik wajahnya berubah seketika. Sedang Dirga melepaskan pakaiannya dan memegangi pergelangan tangan Nindya.
"Biar ku tunjukkan siapa yang lebih kuat di sini." Dirga kemudian mencium leher Nindya hingga membuat tanda merah.
Nindya masih memberontak namun tidak cukup kuat dari tenaga Dirga. Kemudian pria itu menarik tali Kimono handuk milik Nindya, gadis itu melotot dan berontak. Namun bukan Dirga jika ia menuruti perkataan seorang wanita, bahkan baginya wanita hanya orang yang menyusahkan.
"Lepaskan!"
"Kenapa? Aku suamimu, dan sudah sepatutnya kamu melayaniku..." Seringai Dino terlihat seperti sangat melecehkan.
"Tidak akan pernah terjadi!" Kata Nindya berteriak.
"Harusnya kamu jangan pernah sekali-sekali melontarkan kalimat sok pintar. Ingat baik-baik statusmu dan dari mana asalmu Nindya. Lagi pula, bibir mu ini harus di beri pelajaran karena berkata panas dan berani berciuman dengan pria lain!" Kata Dirga geram.
Perkataan Dirga yang selalu menyebutkan status dan dari mana asalnya membuat hati Nindya teriris. Nindya pun juga tidak menginginkan hal seperti ini terjadi, lalu apakah ini semuanya adalah kesalahannya hingga dengan teganya dirga melemparkan bola panas itu pada Nindya.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
pat_pat
wah bayangin nya jadi ngeri
2021-10-21
0
Nonie Fidding
wah ngiluuuuu
2021-10-15
0
idawati
gak da akhlak nya bener so Dirga sampek tega beneran nurunin nindya di jalan. meskipun nindya minta tapi kan seenggaknya gmn kek dy susah jalan lhooo... jgn cuma mau enaknya jadi adong diiiiirrrr emosi aq tuuuuuhh😡😡😡😡😡😡
2021-10-15
0