"Dino..." Kata Nindya terkejut.
Dino hanya tersenyum.
"Bisa ngobrol sebentar Nin?" Tanya Dino sembari duduk di teras.
Nindya juga duduk, jarak mereka pun cukup jauh, mengingat mereka juga sedang berada di teras dan Nindya juga gugup, banyak mata mengawasi mereka apalagi Dino adalah boss nya di pabrik.
"Ini..." Kata Dino sembari mengulurkan dan menyerahkan hape milik Nindya.
"Ya ampun... Dino, dimana kamu menemukannya? Aku fikir sudah bukan rezeki ku lagi..." Kata Nindya mengerutkan dahi dan merasa terharu di penuhi rasa kelegaan.
"Tadi di pabrik, mungkin kamu lupa, kalau masih tertinggal di sana." Kata Dino santai.
"Makasih Dino, aku berhutang sama kamu... Makasih banget..." Nindya bersyukur.
"Bayar hutangmu dengan nemenin aku makan dan nonton ya..." Dino tersenyum penuh kepuasan.
"Ehmm... Baiklaah." Nindya harus menyanggupinya mengingat Dino telah menemukan
hapenya.
Cukup lama mereka hanya saling diam, tidak tahu harus mengobrol tentang apa dan kemudian Dino melihat jam tangannya, pria itu berpamitan pada Nindya karena dia juga harus ke tempat lain.
"Aku pamit dulu Nind, salam buat ayah sama ibu." Kata Dino sembari berdiri.
"Eh.. Baru mau aku buatin minum..." Kata Nindya.
"Tidak usah, aku ada urusan lain." Dino tersenyum kemudian memakai helm nya.
Motor berbunyi cukup keras dan seperti biasa membuat dada Nindya ikut merasakan dentuman suara motor tersebut, sesaat sebelum pergi, Dino melambaikan tangannya pada Nindya dan memutar gasnya hingga tak terlihat lagi oleh pandangan gadis itu.
Entah kenapa tanpa sadar ada senyuman yang melebar di wajah Nindya, kemudian gadis itu masuk ke dalam rumahnya, masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya. Gadis itu membuka handphonenya dan iseng melihat galeri, namun betapa terkejutnya dia ketika melihat foto seorang pria dan ia adalah Dirga Hartono Putra Jaelani.
"Bukannya yang nemuin handphone ku Dino, kenapa ada fotonya Tuan Dirga di sini?" Tanya Nindya kebingungan.
"Maksudnya bagaimana ini!" Nindya bangun dari ranjang dan mengamati foto tersebut.
Gadis itu membuka rincian foto, dan tertera tanggal serta pukul berapa foto itu di ambil, dengan cepat Nindya memencet tanda sampah untuk menghapusnya, sepersekian detik Nindya sempat di buat takjub betapa tampan seorang Dirga.
"Tidak... Tidak... Jangan mimpi atau mengkhayal yang tidak akan mungkin terjadi, nanti rumah dan genteng segala isinya akan ambruk menimpa dirimu Nindya, menimpa kepala mu yang memalukan ini."
Dengan mantap gadis itu memencet tanda sampah yang artinya ia menghapus foto Dirga dari hapenya.
"Tiing..."
Ponsel Nindya berbunyi, gadis itu melihat pesan wa yang hanya tertera nomor baru.
📩"Aku menyuruh Dino untuk mengembalikan handphone kamu, apa sudah sampai?"
Nindya membaca pesan itu dengan memiringkan kepalanya, kemudian melihat foto kontak tersebut, dan alangkah terkejutnya dia serta mendadak jantung nya berdesir sangat perih dan panas.
"Tuan Dirga!!!" Nindya membuka mulutnya melongo dan tak percaya.
Dengan cepat Nindya membalasnya takut jika boss nya menunggu balasan darinya.
📨 "Terimakasih Tuan Dirga, sudah sampai di saya. Tuan Dino bilang tertinggal di ruangan QC. Terimakasih banyak."
Pesan terkirim dan dengan cepat pesan itu berubah dengan centang biru yang artinya pesan Nindya langsung di baca oleh Dirga, dan pria itu kemudian mengetik sesuatu lagi.
📩 "Bukan tertinggal, handphone kamu jatuh saat kamu menabrakku."
"Kenapa perkataan Dino dan Tuan Dirga bisa berbeda..." Nindya berfikir mungkin Dino hanya salah paham dan sekedar memberikan alasan basa basi saja.
📨 " Terimakasih banyak, handphone ini sangat berharga untuk saya 🙏."
Nindya membalas nya lagi dan hanya centang biru, pria itu tidak lagi membalas pesan Nindya.
"Yah... mungkin tuan Dirga hanya sekedar memastikan saja, apa handphone ku sudah sampai atau belum."
Kemudian Nindya meletakkan ponselnya, namun sebelum itu ponselnya berbunyi lagi, dan itu justru telfon masuk dari Dirga.
Bagaimana Nindya tidak terkejut, bos pemilik pabriknya bekerja menelfonnya. Dengan tangan yang dingin, kaku dan gemetar gadis itu ingin mengangkatnya.
Namun Nindya juga kebingungan ia harus menjawab apa. "Assalamualaikum" , atau "Halo Boss" , atau kah "Selamat Malam Tuan Dirga."
Namun sial sekali karena saking gugupnya dan saking gemetar nya tangan mungil itu justru memecet tombol yang salah.
Nindya menolak panggilan Dirga Hartono Putra Jaelani.
"Aaaaa... Mati aku... Mati aku... Pasti aku mati!!!" Nindya berdiri dan meremas
kepala serta rambutnya.
"Bagaimana ini telfon balik atau tidakk ya...!!!" Nindya kebingungan.
"Kamu kenapa Nind.." Emaknya yang mendengar anaknya berteriak tiba-tiba membuka pintu
kamar Nindya.
"Tidak ada apa-apa mak. Cuma tadi ada tikus." Kata Nindya cengengesan dengan
wajah memelas.
"Ya sudah, emak mau yasinan ke tempat Bu RT." Kata amak Nindya lagi.
"Ya mak..."
Dan kini daripada Nindya pusing memikirkan apa yang harus ia katakan saat menjawab telfon dari Dirga, gadis itu justru di buat panik dan ketakutan dengan pikirannya sendiri.
Apakah Tuan Dirga marah, ataukah tuan Dirga akan mengira dirinya adalah karyawan yang sombong dan tidak tahu sopan santun.
Yang paling menakutkan dari pikirannya adalah, Apakah ia akan di berikan ultimatum berupa SP ( Surat Peringatan ) atau yang lebih parah di pecat dari pekerjaannya.
"Tuan Dirga pasti akan salah paham." Kata Nindya diliputi perasaan cemas dan tidak tenang.
Sedangkan Dirga yang duduk di sofa kamar tidurnya, masih memandangi handphonenya, bagaimana bisa seorang gadis yang bekerja hanya sebagai karyawan bawahan dengan berani nya menolak panggilan telfonnya.
Namun setelah itu Dirga tertawa.
"Oke, aku akan ikut bermain." Kata Dirga tersenyum.
Di tempat lain Dino bertemu dengan teman-temannya, Dino kadang masih nongkrong dengan teman lamanya, teman yang dulu sering mengajaknya untuk bertanding balap liar.
"Dino, kamu masih tidak mau balap lagi?" Tanya Yongki pada Dino sembari menepuk punggung besar dan kekar milik Dino.
"Aku masih malas." Kata Dino.
"Semua team ingin melihat kamu balapan lagi.” Bujuk Yongki.
“Aku pulang kalau kalian masih ngotot.”
Dino sudah malas menanggapi teman-temannya yang setiap waktu membujuknya untuk ikut balapan lagi.
"Jangan pulang bro..." Sahut teman Dino yang lain.
"Sorry..." Kata teman-teman Dino bersamaan.
"Jangan pulang bro... Sory bro..." Kata Yongki menyesal.
Semua orang meminta maaf pada Dino karena masih ingin mencoba membujuk, dan kini Dino tetap teguh pada pendiriannya, bahwa ia tidak akan lagi memutar gas motornya untuk balapan liar, setelah peristiwa ia menabrak Dirga dan membuat hubungan mereka berantakan.
Dino memang bukanlah seorang pria yang selalu ingin tampil dan menunjukkan jika dirinya pria yang kaya raya, ia bisa membaur dengan teman-temannya saat pikirannya sedang bosan.
Namun dino juga bisa pergi dengan kawalan beberapa pengawal, dan memakai mobil mewah miliknya. Dino sendiri perlahan sudah memulai merintis perusahaannya sendiri yang akan ia bangun dengan jerih payahnya sendiri. Bahkan meski hanya sepeser pun Dino tidak memintannya dari HARTONO JAELANI GROUP .
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nonie Fidding
nikah ajalah daripada di arak mang gt kalau desa menganut aturan islam mgkin di desa itu ke islamannya kuat.
2021-10-15
0
Lexiana
ya ampunn dino bisa ngamuk kalo tauuuu
2021-10-13
0
melani
nikah aja baik baik...
2021-10-12
0