Akhirnya Pak RT serta Bu RT masuk ke dalam rumah sebagai bentuk perwakilan aspirasi dari warga. Sedangkan para warga masih celingak-celinguk dan melihat dari balik kaca apa yang akan mereka bicarakan di dalam rumah.
Jelas saja Dirga sangat amat merasa di permalukan dengan sikap norak para warga, bagaimana wajah dan hidung serta mulut mereka menempel di kaca jendela yang hitam mencoba mencari tahu dan menguping.
"Nak Nindya, demi kebaikan semuanya lebih baik kamu ikut dengan suami mu. Walaupun hanya nikah di bawah tangan atau nikah siri, pria ini adalah suami sah mu secara agama." Kata Pak RT yang bernama Joko Suprapto.
"Tapi Pak..." Nindya sangat berat meninggalkan kedua orang tuanya.
Meski orang tua nya tidak pernah akur dan menyiksanya dengan segala pertengkaran mereka dari Nindya masih sangat kecil, namun kasih sayangnya pada orang tua tidak pernah mengikis.
Air mata Nindya membasahi seluruh pipi dan wajahnya...
"Saya akan bawa Nindya pergi dari sini, jika semua orang tidak menerimanya." Kata Dirga yang akhirnya membuka suara.
Pria itu tidak ingin buang-buang waktu dengan segala omong kosong dan ingin secepatnya pergi dari situasi yang memalukan itu.
"Maakk... Pakk..." Kata Nindya lirih.
Nindya melihat ke arah bapaknya yang memancarkan raut wajah kecewa dan sedih. Kemudian melihat ke arah wajah emaknya yang masih marah dan tidak mau tahu, apalagi pandangan dan wajah Ningsih masih acuh dan tidak mau melihat ke arah anaknya.
"Makk... Maafkan Nindya..."
Gadis itu bersimpuh dan bersujud di kaki emaknya, menangis dan terus menangis hingga dadanya ingin meledak.
"Maakk... Nindya minta maaf..." Nindya masih mengiba meminta belas kasihan.
Nindya bahkan mencium kaki sang emak. Nindya tahu surga nya ada di bawah telapak kaki emaknya, meski kini ia juga tahu harus berbakti pada suaminya.
"Paakkk..." Nindya melihat ke arah bapaknya dan mencium kaki bapaknya, gadis itu itu menangis sesenggukkan hingga membuat tubuh nya terguncang.
"Ayo Nindya kita pergi..." Kata Dirga menarik lengan Nindya untuk bangun.
"Tidak!!! Emak dan Bapak masih belum memaafkan saya, saya tidak akan pergi sebelum mereka memberikan maafnya pada saya!" Kata Nindya berteriak dan menangis.
Tri Ningsih tak bisa lagi membendung air matanya, dan pergi meninggalkan Nindya, dia masuk ke dalam kamar dan mengunci diri.
"Maakkk...!!!" Teriak Nindya.
"Pergilah Nindya, bapak akan bujuk emak mu..." Kata Wagiman pada anaknya.
Nindya kemudian berdiri, dengan berat hati dan ketidakrelaannya di dalam hati meninggalkan orangtua yang selama ini merawatnya, Nindya di usir dengan tidak hormat dan tanpa restu dari mereka, bagai hati yang terus tertusuk duri, perih dan juga pilu akhirnya mereka keluar dari rumah.
Teriakan dan sorakan yang keras menggema di telinga Nindya, pikiran yang kalut dan amarah dari emaknya, belum lagi kejadian-kejadian yang tidak pernah ia duga sebelumnya hingga menimbulkan kekacauan yang luar biasa membuat semua itu saling berbenturan di dalam kepalanya. Nindya hanya bisa berdoa dalam hatinya agar ia
kuat dan tidak pingsan di tengah kerumunan warga desa. Terlihat Angga pun hanya berdiri bersama para pemuda menatapnya sangat jijik.
Dirga menarik tangan Nindya dengan cukup keras agar Nindya berjalan lebih cepat dan masuk ke dalam mobil, Pria itu sudah sangat malu dan risih kemudian ia memundurkan mobilnya perlahan dan berputar. Dirga menyetir mobilnya meninggalkan Desa yang telah 22 tahun nindya tinggali. Desa yang memiliki banyak sekali cerita dan kenangan.
Pria itu cukup bingung, tidak mungkin ia membawa Nindya ke rumah utama apalagi mengingat bagaimana sifat Hartono Jaelani.
Akhirnya Dirga berhenti sejenak di tepi jalan, terlihat Nindya yang masih mengelap air matanya dengan tisu yang ada di dalam mobil. Pria itu kemudian mengeluarkan hape nya dan menghubungi seseorang.
"Felix beli apartmen, hotel atau apapun atas namaku, di sekitaran dekat pabrik yang jauh dari pemukiman." Kata Dirga.
"Maaf tuan, maksud anda membeli apartemen? atau menyewa hotel? Atau anda ingin mengakuisisi properti?" Kata pria itu tak mengerti.
"Belikan saja rumah atau apartemen, sesuatu yang bisa ditinggali, dan jaraknya lumayan dekat dengan pabrik!" Bentak Dirga.
Amarah Dirga membuat Nindya menciut, pria itu ternyata juga memiliki sifat tempramen dan tidak sabaran. Namun cukup aneh kenapa saat acara pernikahan paksa itu Dirga hanya diam tanpa perlawanan atau marah seperti sekarang.
"Baik secepatnya akan saya hubungi lagi Tuan." Kata Felix.
Dirga melajukan mobilnya lagi, sedangkan Nindya masih diam tanpa sepatah kata, tidak ingin menyulu api amarah dirga, tak berapa lama kemudian sampailah mereka di depan sebuah hotel yang cukup mewah di kawasan kota.
"Tuan Dirga kenapa kita ke hotel..." Tanya Nindya.
"Kamu tidak mau mandi atau istirahat? Aku semalaman tidak bisa tidur." Jawab Dirga sedikit ketus dan acuh.
Dirga kemudian keluar dari mobil dan di ikuti Nindya yang berlari tergopoh, Dirga mengurus segala administrasi pemesanan kamar sedangkan Nindya masih seperti orang bodoh yang menjadi ekor Dirga kemanapun pria itu pergi.
Saat berada di dalam kamar hotel, Nindya terperangah betapa mewah kamar itu, Nindya bahkan sampai melongo dan hanya berdiri di dekat pintu bak patung penghias ruangan.
Dirga dengan cepat menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sedangkan Nindya duduk di sofa, mengambil handphonenya dan mulai mengecek nya. Semalaman Nindya bahkan tidak selera dan tidak punya minat untuk membukanya.
"Dino...?" Kata Nindya lirih.
Ada banyak pesan WA masuk, dari Supervisor, dan dari teman-teman nya yang menanyakan kenapa ia tidak masuk bekerja tanpa ijin dan tanpa pemberitahuan terlebih dulu serta yang paling banyak adalah pesan dari Dino.
Kemudian gadis itu membuka pesan-pesan Dino yang sangat banyak. Berisi tentang permintaan maaf Dino tentang ciuman di malam itu dan juga tentang pernyataan rasa suka dan rasa cinta nya pada Nindya, Dino juga ingin sekali bertemu, dan bertanya kenapa Nindya tidak berangkat bekerja.
Belum selesai membaca pesan dari Dino panggilan pun masuk.
📲 Dino Calling...
Nindya terkejut melihat hapenya bergetar karena Dino tiba-tiba saja menelfonnya, pria itu tahu bahwa pesannya sudah di baca oleh Nindya, dengan cepat ia menelfon, dan Nindya pun mau tak mau harus mengangkatnya.
"Kenapa kamu tidak berangkat kerja Nin?" Tanya Dino cemas.
"A... Aku sakit, anu aku sedikit tidak enak badan." Kata Nindya.
Dirga telah selesai mandi dan hanya memakai handuk sebatas perut, pria itu juga mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, kemudian penasaran dengan siapa Nindya bicara di telfon.
"Sudah periksa belum? Apa karena kehujanan semalam, aku ke rumah ya, mau di bawain apa?"
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
pat_pat
aw sampe pagi gk tuh🤤
2021-10-21
0
Debby_🦐
apa ini😌
2021-10-19
2
Nonie Fidding
malam p1 juga to 🙈 kirain dirga gag mau... ternyata mau juga 😭
2021-10-15
0