TERJEBAK CINTA 2 PEWARIS
Sinar matahari yang terik menyinari gedung-gedung pencakar lagit Indonesia. Tak jauh dari bangunan-bangunan gedung di kota ada sirkuit balap yang sedang sangat ramai.
Sirkuit balap itu cukup mewah dan besar, beberapa motor sudah saling menggerung, pebalap-pebalap itu sudah siap dengan posisi mereka.
Di antara mesin-mesin yang mulai menderu, mekanik yang sibuk, dan para pebalap yang bersiap di garis start balapan, Grid Girl yang mulai membawa payung-payung mereka dan berlenggang pergi.
Tak berapa lama kemudian. Aba-aba Start sudah di mulai. Para pebalap memutar gas mereka dan melaju dengan kecang.
Sorak sorai penonton menjadi kan siang yang panas semakin membara, apalagi jagoan mereka memiliki paras yang tidak di ragukan lagi ketampanannya.
Para wanita dan juga pria berteriak-teriak menyerukan nama jagoan mereka masing-masing. Namun, di dalam ruangan ber AC VIP ada 1 pria tampan duduk dengan tenang memperhatikan salah satu temannya bertanding.
Pria itu bernama Dino Arman Putra Jaelani. Pria yang duduk dengan tenang, dingin dan tidak memiliki ketakutan apapun, kecuali memutar gas motor balap nya lagi.
Pria tampan 24 tahun dan masih sangat muda, Dino salah satu anak dari Hartono Jaelani yang akan menjadi pewaris dari HARTONO JAELANI GROUP.
"Tuan Dino..." Sapa sang pengawal yang memakai setelan jas serba hitam dan memakai headset di telinganya.
"Tuan besar, meminta anda untuk pulang ke rumah utama." Sambung nya lagi.
Dino masih memperhatikan temannya memutari lapangan balap dengan motornya, Dino sendiri kini memilih untuk menjadi penyokong dana atau penyedia dana untuk team yang di naungi oleh temannya.
"Untuk apa pria tua itu menyuruhku pulang?"
"Katanya jika anda tidak segera pulang, anda akan kehilangan hak waris."
Dino menghela nafas nya panjang, wajah dinginnya berubah dengan senyuman yang menyeringai.
"Aku tidak yakin dengan itu, bahkan jika pria tua itu memberikan hak waris nya pada ku sebesar jari kelingkingnya saja, banyak senjata akan siap membidikku, pedang-pedang yang di sembunyikan di balik punggung mereka pun siap dihunuskan padaku."
"Tapi anda harus pulang tuan... Mereka sudah menunggu anda."
Dino memang sudah lama pergi dari rumah utama, hampir 4 tahun lebih ia memilih hidup sendiri di apartmen miliknya yang masih di bawah naungan HARTONO JAELANI GROUP.
Saat itu juga Dino berdiri dan siap pergi, pria itu memiliki tubuh tinggi semampai dengan kulit putih bersih dan juga otot yang bagus.
Namun, baru saja keluar dari ruangannya dan berjalan menyusuri koridor langkah kaki nya terhenti ketika ia melihat seorang gadis yang bekerja sebagai waitress berdiri dengan menundukkan wajahnya di depan seorang Manager wanita.
Manager wanita itu terlihat sedang benar-benar memaki habis-habisan sembari berkacak pinggang.
"Aku menerima mu karena Sasya orang yang paling profesional bekerja di sini, tapi kamu justru membuat kesalahan fatal!" Geram Manager tersebut.
Sang waitress hanya menundukkan kepalanya. Waitress itu menguncir ramput ala ekor kuda, memakai seragam waitress warna merah dan hitam, rok pendek selutut serta sepatu fantofel.
"Kamu bekerja hanya untuk satu hari tapi sudah membuatku rugi besar! Kamu tahu tamu
yang sedang berada di dalam ruangan itu adalah tamu VIP! Apa salahnya jika dia hanya memintaku duduk menemaninya!" Teriak sang Manager lagi.
Dino berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, dan sedikit melirik ke arah waitress yang tanpa sengaja juga melihatnya.
Dino terus berjalan dan melewati mereka, ia tidak ingin ikut campur, Dino bukan lah pria yang suka tampil di depan umum menunjukkan dirinya.
Namun, saat kakinya sudah siap melangkah masuk ke dalam lift, pria itu memutar tubuhnya dan kembali.
"Berapa jumlah uang yang harus dia ganti."
Terdengar suara yang cukup rendah, tegas namun juga dingin.
Waitress itu melotot dan menoleh karena terkejut, sang Manager juga ikut melongo.
"Bu-bukan masalah uang tuan... Ta-tapi ini masalah tanggung jawab..."
"Berapa jumlahnya, sebutkan dan kamu harus meminta maaf padanya." Tatapan Dino dingin dan tak ingin di bantah.
Setelah sang Manager menyebutkan nominalnya, Dino menyuruh pengawalnya untuk mentransfer sejumlah uang yang di sebutkan.
Sang Manager pun meminta maaf pada Waitress yang sudah ia maki-maki. Kemudian sang Waitress mengikuti Dino dari belakang.
"Maaf kenapa anda membantu saya..." Tanya sang Waitress.
"Daripada bertanya sesuatu yang tidak penting, kenapa tidak ucapkan terimakasih saja." Kata Dino dengan tenang kemudian memencet tombol dengan ujung jarinya dan memasukkan tangannya kembali ke dalam saku
celana, lalu pintu lift pun menutup.
Saat di dalam lift Dino hanya menyeringai kan ujung bibirnya melihat gadis waitress yang dengan polos bertanya padanya tentang siapa dirinya.
"Dia sama sekali tidak mengingatku..." Kata Dino lirih.
"Ya tuan?" Tanya sang pengawal.
"Tidak apa-apa, kita langsung menuju rumah utama saja." Perintah Dino.
"Baik Tuan Dino..."
Perjalanan memakan waktu yang cukup lama, mengingat rumah utama berada cukup jauh. Pria itu duduk dengan tenang, gestur tubuhnya tinggi tegap, rahang nya yang kuat terlihat mempertampan wajahnya.
Dino hanya melihat pemandangan kota dari balik jendela mobilnya, banyak orang lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Lalu banyak bangunan yang sudah tua namun masih kokoh di hiasi mural-mural tergambar di setiap dinding yang ia lewati di jalanan kota, mural yang bertebaran tentang kritikan mereka pada pemerintah,
atau mural tentang seni jalanan.
Mobil sudah memasuki gerbang yang besar, mobil mewah itu pun melesat dengan elegan melewati jalan aspal yang halu, serta lahan yang sepi, hanya ada rumput hias yang luas dan pepohonan.
Sampailah Dino di rumah utama. Rumah mewah yang besar nan elegan dengan corak dan arsitektur ala Eropa. Dino keluar, memandangi rumah itu dengan tatapan nanar.
Sudah sangat lama Dino tidak menginjakkam kakinya di rumah tersebut, rumah itu hanya akan mengingatkannya kenangan akan sesuatu yang teramat menyakitkan.
Dino masuk dan para pelayan pun menyapa serta menunduk hormat padanya, mereka semua memberikan salam.
"Selamat datang kembali Tuan Dino..." Sapa mereka dengan sopan.
Pria itu kemudian berjalan menelusuri koridor mewah, koridor yang memiliki lantai mozaik yang indah dan juga megah.
Cahaya dan sinar matahari dengan leluasa memasuki koridor tersebut, terlihat pula pepohonan yang rindang membuat suasana semakin sejuk.
Sampailah Dino di depan ruang keluarga, para pengawal yang menjaga pintu besar itu pun membukanya. Pintu yang besar berwarna kuning, dengan ukiran-ukiran yang rumit.
Terlihat Hartono Jaelani duduk di atas kursi kebesarannya. Hartono pun sudah menaruh beberapa berkas di hadapannya, di atas meja marmer mahal berbentuk oval.
Terlihat juga Dirga Hartono Putra Jaelani sudah duduk di samping kanan.
"Kamu sudah datang Dino, duduk lah kemari." Kata Hartono menunjuk kursi kosong di sebelah kirinya.
Kemudian Dino menarik kursi perlahan dan ia pun duduk, pandangan matanya tak lepas dari mata elang sang kakak.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
pikolpreman
up
2022-08-29
0
Kezie Fitri
suka semua karyamu Thor,, bikin cerita yang bnyak Thor,, tulisan mu, ceritamu, semua nya best💗❤️💓💕🥰💖
2022-01-10
0
Nonie Fidding
sejuknya ya kalao masih daerah kampung
2021-10-15
0