"Kamu langsung pulang saja Dino, orang tua ku mungkin sudah tidur, karena lampu ruang tamu sudah mati." Kata Nindya berbohong.
Sebenarnya setiap hari lampu kamar tamu memang selalu di matikan karena setiap harinya penghuni rumah selalu berada di belakang atau di ruangan tengah baru jika ada tamu datang lampu akan dinyalakan.
Lagi pula hari ini Emak dan Bapaknya sedang tidak akur, belum lagi banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, karena jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dimana pukul itu adalah batas waktu berkunjung di Desa Suka Gendang.
Para pemuda Suka Gendang selalu mengawasi tata tertib yang telah di sepakati bersama oleh para pengurus desa serta para warga di desa tersebut.
Sebenarnya jarak dari cafe tempat mereka bertemu dengan rumah Nindya tidak terlalu jauh, tapi karena Nindya mencari jalan memutar dan mengendarai motornya sangat pelan sehingga membuat perjalanan menjadi begitu lama.
Tiba-tiba ponsel Dino bergetar dan pria itu mengeluarkan nya dari kantong celana.
"Ya... Lagi di jalan sebentar lagi pulang, jemput saja di tempat biasanya Nuel.” Kata Dino mengakhiri panggilannya.
"Nindya aku pamit dulu, ada urusan." Kata Dino sembari memakai helmya.
"Iya, hati-hati dijalan." Jawab Nindya.
Dino menyalakan motor CBR 150Rnya, suara motor yang besar membuat dada Nindya berdebar, pria itu kemudian memutar motornya dan perlahan pergi menghilang dari jangkauan mata Nindya.
Terlihat para pemuda yang sedari tadi memperhatikan kini mulai berbisik-bisik. Ternyata ada beberapa orang pemuda yang iri dan mulai membenci teman baru Nindya, bahkan Angga yang sejak lama naksir dengan Nindya sangat marah melihat gadis itu pulang dengan laki-laki lain.
Nindya masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke dalam kamar, merebahkan dirinya di ranjang sederhana miliknya, sembari melihat-lihat ponselnya, ia mengingat bagaimana pengalamannya bertemu dengan Dino.
"Ada cowok setampan itu di sekolah, coba aku tanya sama Farah, mungkin dia kenal dan tahu sifat asli cowok itu, apalagi dia orang kaya, aku takut terlalu mengkhayal jatuhnya dia suka mempermainkan perasaan wanita atau suka main-main sama wanita." Kata Nindya, yang kemudian mengetik chat melalui pesan singkat WA pada teman sebangkunya dulu.
📨"Hay Farah, sedang apa... Kamu kenal sama yang namanya Dino? Katanya dia dulu alumni sekolah kita."
Nindya mengirim pesan pada temannya, kemudian menaruh ponsel nya di atas dada, menunggu balasan dari Farah.
"TULING!"
Hape berbunyi pertanda ada pesan masuk dan itu balasan dari Farah, dengan cepat Nindya membukanya.
📩"Dino yang mana Nin, ada 3 nama Dino di sekolah kita."
📨 "Dia tinggi, tampan, kulitnya putih, hidung nya mancung, terus dia juga dari kelas Bilingual."
Nindya kembali membalas pesan Farah dan menunggu lagi. Setelah beberapa saat, ponsel nya berbunyi lagi. Terlihat wajah Nindya bersinar terkena sinar layar dari hapenya, apalagi kamar juga gelap, gadis itu lebih suka tidur tanpa penerangan.
📩 "Dino semua ada di kelas Bilingual. Tapi kalau Dino yang paling tampan namanya Dino Arman Putra Jaelani. Yang lumayan tampan namanya Ramdino Andara, dan terakhir Dino Mahestra. Kalau yang baru saja kamu sebutkan itu kayaknya Dino Arman, satu sekolahan kenal sama dia, karena bintang atlit basket dan bintang sekolah. Memangnya kenapa Nin?"
📨"Aku habis di antar pulang sama yang namanya Dino, dan katanya dia yang punya cafe tempat biasa kita nongkrong dulu di dekat sekolah."
📩 "Sumpah demi apa!!! Kamu diantar pulang? Kok bisa? Hati-hati Nindya... Dino Arman memang tampan dan baik tapi dia playboy."
Setelah membaca balasan pesan terakhir Farah, seketika Nindya menjadi malas dengan kalimat "Playboy" Nindya sudah tahu apa arti dari kata itu dan paling muak dengan pria tipe seperti itu.
Nindya memilih untuk tidak membalas pesan Farah, namun tiba-tiba ponsel nya kembali berbunyi dan terdapat 2 pesan.
📩Farah = "Kamu bisa ketemu Dino dimana, kenapa dia bisa nganter kamu pulang? Aku cuma mau kasih tahu aja sih kalau Dino banyak selir nya, dia gonta-ganti pacar, jaman sekolah aja hampir semua cewek yang cantik pernah jalan sama dia, kamu polos Nin, aku cuma kasih nasehat aja buat kamu."
📩Dino = "Nindya, aku sudah sampai rumah, kamu lagi apa? Udah tidur belum?"
Nindya hanya menarik panel layar ponsel nya dari atas ke bawah, tanpa membuka pesan Wa tersebut, dan semua pesan itu bisa Nindya baca tanpa harus membukanya, ia merasa malas menanggapi pria yang dalam hidupnya tidak pernah serius menjalin hubungan, Nindya adalah tipe gadis yang tidak mau membuang-buang waktu dengan
segala ketidak jelasan, atau ketidakpastian.
Gadis itu memiliki keteguhan dan prinsip cukup kuat yang ia pegang sendiri, ia tidak akan mau jika hanya sekedar pacaran yang tak berujung dan nantinya tidak tahu akan di bawa kemana arah hubungan itu apalagi berakhir dengan rasa sakit hati.
Nindya pun tidak ingin terlalu percaya diri, mengingat Dino adalah pria kaya yang tampan, meski hanya untuk berteman sekalipun bagi Nindya lebih baik tidak menyentuh sesuatu yang nantinya tidak bisa ia kendalikan. Nindya tahu pesona Dino sangat kuat, lebih baik Nindya tidak bermain-main.
Dan daripada memikirkan itu semua, Nindya lebih memilih untuk fokus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya, tentu saja pesan dari Dino di abaikan begitu saja oleh Nindya.
Keesokan harinya...
Nindya bersiap dengan segala sesuatu yang ia perlukan selama akan bekerja di pabrik. Seperti bekal, dan mukena, lalu beberapa perlengkapan untuk mencuci muka dan pasta gigi serta sikat gigi berjaga-jaga jika ia akan lembur hingga malam.
Tak lupa sebelum berangkat Nindya menyiapkan teh hangat untuk emak dan bapaknya di atas meja makan, meski orangtuanya tidak ada di rumah tapi setidaknya Nindya tetap patuh dan berbakti, setelah itu barulah ia pergi bekerja.
Seperti biasa orang tua Nindya selalu pergi pagi-pagi sekali, mereka bekerja sebagai buruh tani di ladang milik Pak RT. Jam kerja pabrik Nindya bekerja di mulai pukul 7 pagi, dan Nindya selalu berangkat lebih awal agar dalam perjalanannya ia tidak di rundung kepanikan atau tergesa-gesa.
Kemudian Nindya mengeluarkan motornya, tiba-tiba seorang pria pun menyapa.
"Mau berangkat Nin?" Tanya Angga yang sedang mengelap motor di halaman rumahnya.
Rumah Nindya dan rumah Angga saling berhadapan hanya di pisahkan oleh halaman masing-masing dan jalan kampung.
"Eh iya mas Angga, mas Angga hari ini tidak kerja?" Tanya Nindya sembari menutup dan mengunci pintu rumah, kemudian menaruh kunci itu di bawah pot besar.
"Kerja sebantar lagi. Jangan lupa besok malam minggu ada pertemuan muda-mudi Nin." Kata Angga lagi mengingatkan.
"Semoga sabtu besok aku tidak ada lembur ya mas." Kata Nindya tersenyum.
"Iya, semoga ya." Senyuman merekah juga menghiasi wajah Angga.
"Yaudah mas, aku berangkat kerja dulu."
"Hati-hati Nin... Jangan ngebut." Pesan Angga pada Nindya.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nonie Fidding
cowok baik si dino
2021-10-15
0
maharita
aq dino aja dh pasti baik ke nindya
2021-10-12
0
Nur
dino baikk banget 😍
2021-10-12
0