Angga bekerja sebagai kurir di sebuah perusahaan jasa pengiriman. Tubuh Angga sedikit lebih pendek dan sedikit gemuk. Sudah sejak Nindya masih remaja Angga naksir namun tidak pernah berani mengutarakannya.
Nindya mengendarai motornya dengan santai, namun tiba-tiba dari belakang ada motor yang men-tlaksonnya.
"Tiinn!"
Nindya melihat dari kaca spion motornya, terlihat motor yang tidak asing baginya. Motor CBR 150R berwarna merah hitam, dengan pria yang menaikinya bertubuh tinggi menggunakan helm fullface.
"Semalam sudah tidur ya..." Kata Dino samar-samar dari balik helmnya, sembari membarengi Nindya.
"Dino bahaya ini lagi di jalan..." Nindya kemudian berhenti dan menepi di pinggir jalan.
Dino pun berhenti di samping Nindya dan membuka helmnya.
"Kenapa pagi-pagi kamu sudah ada di sekitaran sini?" Tanya Nindya yang melepaskan helmnya juga.
"Aku tadi niatnya mau jemput kamu terus nganter kamu kerja, tapi pas di perempatan aku lihat kamu sudah pakai motor, ya aku buntutin dari belakang..." Kata Dino santai, seulas senyuman terpoasang di wajah Dino.
"Kenapa pesan ku tidak di balas Nin? Semalam sudah tidur ya, kalau sudah tidur tadi pagi masih tidak di balas?"
Nindya melenguhkan nafasnya yang sedikit kesal dengan rentetan pertanyaan Dino.
"Aku buru-buru Dino, maaf ya aku berangkat kerja dulu, kamu pulang saja." Kata Nindya memakai helmnya kembali.
"Aku antar Nin." Dino pun memakai helmnya.
Akhirnya Dino membuntuti Nindya dari belakang sampai di depan gerbang pabrik, dan berhasil membuat mereka jadi bahan tontonan penghuni pabrik yang notabene adalah wanita.
Apalagi beberapa menit lalu Dino turun dari motor dan membuka helmnya, kemudian meminta Nindya untuk bersalaman dengannya, sedangkan Dino mengarahkan tangannya ke dahi Nindya seolah gadis itu sedang berpamitan dengan suaminya.
"Adegan macam apa ini..." Umpat Nindya dalam hati sembari menatap nanar pada Dino yang tersenyum penuh kemenangan.
"Dino jangan bikin malu aku..." Bisik Nindya.
"Kenapa malu Nin, palingan mereka mikirnya kita pacaran."
"Dino aku tahu kamu itu playboy, jadi jangan buang-buang waktu sama aku, karena aku tidak berminat dan tidak akan pernah menanggapi kamu, aku sedang fokus kerja buat keluargaku, berbeda dengan kamu yang sudah kaya dari lahir dan memang di takdirkan kaya, jadi daripada kamu main-main sama aku, lebih baik kamu cari cewek lain." Nindya lugas dan tegas memperingatkan Dino.
Gadis itu benar-benar tidak ingin terlibat kisah cinta atau kasmaran ala remaja lainnya, mengingat dari kecil Nindya selalu di hadapkan dengan segala permasalahan keluarga, apalagi kedua orang tuanya sering kali bertengkar karena mereka sudah tidak memiliki uang lagi.
Alih-alih Nindya memimpikan seorang pria dan kasmaran ala remaja, Nindya lebih ingin menjalani hidupnya dengan tenang dan bekerja dengan giat.
Dino tertegun mendengar penuturan Nindya yang terasa aneh, dari mana Nindya dapat info seperti itu, kali ini Dino harus meluruskan kesalahpahaman itu.
"Terserah dia mau menganggapku terlalu pede atau apa yang jelas aku tidak mau main api!" Kata Nindya
dalam hati dan menegaskan pada diri sendiri sembari berlenggang pergi memarkirkan motornya.
Hari ini di pabrik suasana sangat berbeda, semua meja kerja di tata dengan rapi, dan semua karyawan berpakaian dengan rapi pula.
Sebelumnya telah di berikan pengumuman bahwa akan ada sidak atau audit dari pemilik pabrik yang baru, namun kegiatan itu akan di lakukan secara mendadak dan tidak ada yang tahu kapan, serta jam berapa.
Pada pukul 10 pagi Nindya mendadak harus pergi ke kamar kecil, karena ia terlalu banyak minum, hari ini dia sangat kesal dengan Dino mengingat bagaimana sikap pria itu yang mengerjainnya di depan banyak orang.
Tidak butuh waktu lama bagi Nindya menuntaskan hasratnya ingin buang air kecil, setelah selesai gadis itu berniat kembali, namun saat perjalanan kembali ke ruangannya, ia melihat sosok yang tidak asing, dengan cepat Nindya menyeret lengan orang tersebut untuk menepi di dinding pabrik.
"Dino! Kamu kenapa bisa ada di sini!" Bisik Nindya sambil melotot.
"Nyanyiriin kamu..." Kata Dino cengingisan.
"Aduh, kamu ini katanya dari kelas bilingual,dan atlit basket harusnya otak kamu pinter kan kenapa jongkok gini, IQ mu kenapa rendah sih, harus nya kamu jangan masuk ke sini, nanti security bakal marah dan nyeret kamu keluar, ini lingkungan pabrik, tidak ada orang yang boleh sembarangan masuk." Bisik Nindya lagi merasa kesal dan geram.
Dino tertawa melihat tingkah Nindya.
"Sana... Kamu harus pergi, kalau ketahuan nanti di seret sama security, kamu orang luar, dan pasti aku juga bakalan kena sanksi, apalagi aku tidak boleh ketemu sama orang luar di jam kerja. Kamu jangan bikin masalah, jangan sampai aku di pecat gara-gara ulah kamu ini ya!!!" Nindya mendorong punggung besar Dino dan menyuruh nya pergi.
"Ya ampun kamu berat banget." Kata Nindya lagi yang masih mendorong punggung Dino.
"Iya aku pergi... Kamu masuk kerja lagi saja, aku sudah tenang bisa lihat kamu lagi." Dino menoleh pada Nindya yang masih di belakang punggungnya.
"Bener ya... Jangan sampai kamu bawa masalah buat aku." Peringat Nindya sembari melotot dan menunjuk ke wajah Dino dengan telunjuknya.
Nindya kemudian berlari untuk menuju ruang kerjanya lagi, setelah sesaat yang tadi ia sempat menoleh ke belakang dan menyuruh Dino pergi seperti mengusir seekor kucing dengan kode tangannya, dan Nindya kemudian berlari pergi, jarak ruangan dengan kamar mandi memang cukup jauh karena letaknya ada di halaman belakang.
Gadis itu duduk di bagian divisinya, memulai bekerja kembali dengan jantung yang berdegup kencang karena takut akan ketahuan oleh Supervisor dan karena lelah berlari.
"Dino kenapa bisa masuk? Harus nya security tidak mengijinkan orang luar masuk kan." Kata Nindya sembari masih mengecek tenunan.
Jabatan Nindya cukup bagus di pabrik, karena gadis itu cerdas dan cepat mengerti, ia menjabat sebagai QC ( Quality Control ) yang selalu mengecek produk terlebih dahulu sebelum masuk ke divisi packing ( Pengemasan ).
Setelah itu Nindya juga bertugas mengecek setiap barang yang akan di ekspor apakah sudah memenuhi standar kwalitas pabrik atau ada kecacatan dan akan di retur kembali ke bagian sebelumnya, produk tersebut di berikan pada orang yang mengerjakannya, karena setiap produk memiliki nama yang mengerjakannya. Itulah
kegunaan Barkode yang tidak boleh di potong sebelum di cek QC. setelah lolos barulah produk di masukkan ke dalam box pengemasan, dan siap di kirim atau di ekspor ke luar negeri.
Beberapa menit berlalu dan Nindya masih fokus bekerja, tiba-tiba seorang Supervisor datang dengan sang pemilik pabrik dan seorang tamu dari Korea yang sepertinya akan menanam modal dan berinvestasi di pabrik tenun.
Nindya melirik sekilas wajah-wajah mereka, seketika nafas nya naik dan melotot.
"Kenapa Dino, jangan-jangan Dino yang punya pabrik ini dan yang akan mengaudit!!!" Kata Nindya dalam hati, seketika itu juga jantungnya berdegup kencang, sontak tubuhnya gemetar dan lemas, mengingat ia justru mengusir pria itu dari pabrik.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nonie Fidding
sial bangey emang kayaknya nin.,🙈
2021-10-15
2
Lexiana
memang sial banget kan yaaa
2021-10-13
1
maharita
lupa gk dilepas helmnya sabar nin😜
2021-10-12
0