"Gisna, kenapa malah sakit di saat genting begini?" aku sudah mulai merasa khawatir dengan keadaanku sendiri saat ini.
"Maaf, mungkin karena kemarin siang sangat panas." si kampret ini malah menyalahkan cuaca.
"Tidak, karena kau mandi di malam hari semalam. Jadi kamu demam!" timpalku.
"Mungkin karena itu." meski sudah minum obat, suaranya masih terdengar lemah sekali.
"Bagaimana ini, apa bisa ditunda besok?" tanyaku pada ponselku. Karena aku sedang berusaha menghubungi orang yang sudah membuat janji dengan kami.
"Aku sudah menghubungi seseorang, untuk mengantikanku!" kata Gisna lirih.
"Siapa?" tanyaku.
"Berangkatlah, dia akan menemuimu di sana!" Gisna yang pasti mulai kegerahan membuka selimutnya.
Tapi wajah ayunya itu masih terlihat tak punya sinar dan matanya juga masih saja rapat terpejam.
"Jika kau bohong, akan ku gorok lehermu!" desahku.
Aku tak bisa menunda lagi pekerjaan ku ini, aku harus segera berangkat karena perjanjian yang sudah kusetujui.
Langkah tergesaku segera menyusuri ruangan demi ruangan dirumah sederhanaku. Hari ini aku akan mengunakan mobil agar lebih cepat sampai, aku harus cepat karena aku sudah hampir terlambat.
Selama 10 menit aku memacu mobilku, aku melewati dua desa dan sampailah aku di sebuah bangunan yang amat luas. SMU Pemuda, aku mendapat tugas siang ini di sini. Penyuluhan tentang s.e.x bebas dan sistem reproduksi bagi siswa SMU.
Ini bukan kali pertama bagiku melakukan penyuluhan semacam ini, tapi ini adalah penyuluhan pertama yang kulakukan di desa.
Apa aku harus menggunakan cara yang sama, atau lebih halus, lebih kasar. Bagaimana, aku sama sekali masih bingung. Karena aku menyerahkan untuk memikirkan cara penyuluhan kali ini pada Gisna.
Tapi wanita kelahiran Bandung itu malah rebahan santai di kasur kamarnya saat ini.
Tok.Tok.Tok.
Jendela mobilku diketuk seseorang dan setelah kutoleh aku segera sadar siapa yang mengetuk jendela mobilku. Kuturunkan kaca mobilku.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku pada orang itu.
"Gisna memintaku menjadi asistenmu hari ini!" kata Zidane. Dia tersenyum begitu santai.
Kami akan melakukan penyuluhan tentang cara berkembang biak manusia, berduaan. Serasa petir sedang menyambar kepalaku, aku langsung terbengong tak percaya.
"Kamu, apa kau tau apa yang akan kita lakukan di sini?" tanyaku pada Zidane.
"Penyuluhan tentang s.e.x bebas dan sistem reproduksi pada manusia." kata Zidane.
"Cepat keluar, kita akan terlambat!" desaknya. Dia membukakan pintu mobilku dan menarik lenganku untuk segera keluar dari dalam ruang kecil itu.
Kenapa aku jadi gerogi begini, aku sudah menjelaskan hal yang orang lain anggap tabu itu pada ribuan siswa SMU di tempat lain. Tapi kenapa aku merasa aku tak akan sanggup menjelaskan hal itu di depan Zidane.
"Ayo!" ajaknya.
Tapi aku juga tak bisa mundur sekarang, semua akan baik-baik saja kan.
Kenapa Gisna memiliih orang ini untuk menjadi asisten apa dia akan mengerti apa yang harus disampaikan ke siswa. Bagaimana jika Zidane akan mengacaukan pekerjaanku di tempat ini.
SMU ini mempunyai enam kelas, dan kami diberi waktu satu jam untuk penyuluhan di setiap kelasnya.
Tak ada yang tak bisa dilakukan oleh Mas Wakil....Ternyata semua itu menang benar adanya. Aku khawatir tanpa alasan, karena Zidane bahkan bisa menjelaskan hal-hal tabu itu lebih baik dari pada diriku.
Biasanya aku menjelaskan semua hal yang dianggap tabu oleh masyarakat itu dengan bahasa kedokteran yang kaku. Yahhhh agar tak terdengar p.o.r.n.o. Tapi Zidane malah menjelaskannya dengan penuh canda tawa dan mengoda para siswa yang berusia beranjak dewasa itu.
"Apa Mas Wakil dan Bu Dokter Nesa pernah melakukan hubungan s.e.x?" tanya salah satu siswa.
Karena dari tadi Zidane bersikap seperti teman mereka, akhirnya mulut para siswa jadi tak bisa di redam.
"Itu.....biar dijawab oleh Bu Dokter Nesa dulu!" ujar Zidane.
Aku segera menoleh ke arah lelaki yang masih tersenyum ceria itu. Bagaimana aku mau menjawab pertanyaan seperti itu di sini.
Aku memutar otakku untuk mencari kata-kata yang tepat, tapi belum sempat aku membuka mulutku untuk berucap.
"Jangan melakukan s.e.x sebelum kalian menikah. Karena Bu Dokter Nesa belum menikah, Bu Dokter belum pernah melakukannya! Iya kan Nesss?!" kata Zidane.
Ni orang mau mempermalukanku atau bagaimana, tentu saja aku belum pernah melakukan hal semacam itu. Aku ini masih perawan ting-ting.
"Saya belum pernah melakukannya!" kataku.
"Gimana kalau Mas Wakil bagaimana?" tanya siswa yang lain.
Aku segera tersenyum menyeringai ke arah Zidane. Emang enak ditanyain hal aneh semacam itu.
"Kalau aku sihhhhh, udah belum yaaaa?" dia malah bertanya pada dirinya sendiri.
Dia juga membuat gelagat menghitung jari-jarinya seperti menghitung sesuatu.
"Emmmmmmm!" dia masih saja bertingkah aneh.
"Ituuuu RAHASIA!" kata Zidane akhirnya.
Semua siswa di kelas ini pun menghela nafas kesal, begitu juga dengan diriku. Kelihatannya Zidane memang punya bakat membuat orang di sekotarnya kesal padanya.
.
.
Hari sudah menjelang sore, dan pekerjaan kami di sekolah ini sudah selesai.
Suasana tampak seperti biasa cerah dan sangat bersahabat, Zidane kini berjalan di depanku.
Selama aku tinggal di sini baru kali ini aku melihat dia berpakaian rapi, hari ini dia memakai kemeja putih dan celana biru bahan yang terlihat formal tapi santai. Rambutnya juga disisir rapi dan jam tangan berbahan kulit melingkar di pergelangan tangannya.
Kakinya yang biasa beralaskan sandal jepit atau slop yang kampungan kini dibungkus rapat dengan sepatu kulit yang mengkilat.
Jika dia berpenampilan seperti ini, memang tak terlihat jika dia pemuda dari desa. Dia lebih mirip seperti pengusaha muda yang sukses.
Tanpa aba-aba Zidane menghentikan langkahnya, dan tubuh atletisnya berputar menghadapku. Telapak tangannya yang lebar itu terulur ke arahku.
Apa dia mau bergandengan tangan denganku???
Sebelum aku salah faham dan jadi malu sendiri aku pun bertanya, apa maksut dari uluran tangannya itu.
"Apa ini?" tanyaku.
"Upahku!" jawabnya.
Nahhhh kan untung aku tanya dulu.
Kuhela nafasku dalam-dalam. Aku lega karena memutuskan menanyakan maksut dari uluran tangannya terlebih dahulu. Akhirnya aku bisa cerdas juga di hadapan pria tampan ini.
"Akan kutransfer ke rekeningmu, aku tak membawa uang kes." kataku.
Dia pun mengangguk mengerti, tapi wajahnya yang cerah sumringah itu berubah aneh dan suara gemuruh terdengar dari arah perutnya.
"Kau lapar?" tanyaku, aku hampir tertawa terbahak-bahak karena suara gemuruh yang amat mengelegar itu.
"Tentu saja ini sudah jam 2 siang." katanya menahan malu dengan senyuman manisnya yang dia sungingkan ke arahku.
"Apa di sekitar sini ada tempat makan yang enak?" tanyaku padanya.
"Kau mau makan apa?" dia malah balik tanya padaku.
"Nasi! Kau bilang, kau laparkan?" tanyaku.
"Okkkk, kita cari warteg!" katanya dengan nada bahagia, seperti anak TK yang dijanji dibelikan mainan oleh kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Maria Kibtiyah
klw d home town cha cha cha penyuluhan ny di tk tentang gosok gigi🤣
2022-09-21
0
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт
uda rapi, chuco meong, rambut klimis, sepatu kinclong..
....
makan di wartek..
2021-09-22
0