Sudah sejak saat itu aku ingin kabur dari tempat ini, rasa patah hati yang kuderita karena Dokter Kenma sangatlah parah.
Aku bukanlah tipe orang yang suka melarikan diri dari kenyataan, tapi kali ini aku harus pergi. Aku harus pergi sebelum hatiku benar-benar hancur dan tak bisa diperbaiki lagi. Melarikan diri sebelum hancur....itu adalah jalan Ninjaku.
Aku sadar keadaanku sekarang ini sangatlah memprihatinkan. Dicabik-cabik hingga hanya tulang yang tersisa, tanpa direbus atau digoreng terlebih dahulu. Seperti itu mungkin gambaran rasa yang kini kuderita.
Kalau kalian nggak faham, nggak usah maksa buat faham. Aku aja yang mengalami ini semua bingung mau mengambarkannya seperti apa.
Intinya...Sakitnya tuh disini.
.
.
Aku masih berpacu dengan kemudi setirku, aku harus menghabiskan waktu sampai Gisna sahabatku pulang kerja.
Aku yakin jika aku pulang kerumahku sekarang aku hanya akan melamun panjang dan mungkin akan gila. Aku adalah wanita cantik yang sukses di usia muda, masa iya aku sakit jiwa hanya karena masalah sepele ini.
.
.
Usiaku sekarang 28 tahun dan Dokter Kenma adalah cinta pertamaku, jadi ini adalah kali pertama bagiku mengalami rasa yang dinamakan patah hati.
Aku menghabiskan waktu mudaku untuk belajar dan berjuang dengan keras, sampai di titik ini. Tapi tiba-tiba diriku terjerembab di dalam jurang yang dalam, jurang cinta.
Eitstttttttt....Cinta memang hal yang paling mengerikan.
.
.
.
.
"Jadi apa rencanamu selanjutnya?" tanya Gisna, sahabatku sejak SMP itu sudah duduk manis di depan mataku.
"Entahlah." desahku lemas.
"Masih banyak cowok lain di dunia ini selain Dokter Kenma, kau bisa cari lagi!" kata Gisna.
Sahabatku ini memang seorang wanita, tapi dia selalu bisa berfikir secara logis. Tak sepertiku yang selalu gampang terbawa perasaan.
"Aku tau." lagi-lagi aku menjawab dengan nada yang pelan.
"Kamu yakin nggak butuh Psikolog?!" tanya Gisna dengan nada mengejek.
"Aku nggak gila, Gis." aku yang yang biasanya langsung nyolot ketika di ejek pun hanya bertingkah lempeng.
"Elu bener-bener udah gila, Van!" ujar Gisna.
"Mungkin!" fikiranku seakan kembali ke malam pertunangan Dokter Kenma lagi.
Padahal sebelum berangkat ke pertunangan itu aku sudah bersumpah. Jika tunangan Dokter Kenma lebih cantik dari aku, maka aku akan ihklaskan saja dia. Tapi jika wanita yang akan mendampingi Dokter Kenma itu jelek, maka aku akan merebutnya dari wanita itu.
Aku benar-benar tak habis pikir kalau ternyata Dokter Kenma mau menjual jiwa dan raganya hanya untuk posisi di Rumah Sakit dan kekayaan. Aku patah hati bukan karena tak bisa memiliki pria tampan itu. Tapi aku patah hati karena pria yang kusukai ternyata mata duitan.
"Sebaiknya kau ambil cuti saja!" nasehat Gisna, kami masih duduk berhadapan di sebuah cafe dengan nuansa klasik yang eksotis.
"Aku akan keluar!" kataku dengan nada tegas.
"Kau gila?! Rumah Sakit Hendarto adalah Rumah Sakit terbesar di kota ini." ujar Gisna.".... yakin mau keluar?"
"Aku selalu merasa sakit kalau melihat wajah Dokter Kenma yang tanpa dosa itu,
"Dia merasa dia adalah orang paling benar!!!
"Ok! Nggak papa kalau dia menjual dirinya ke Hendarto Grup!
"Tapi apa dia pernah berfikir bagaimana perasaan pasien-pasiennya yang selalu mengeluarkan biyaya yang tak masuk akal.
"Dia itu Dokter bukan pedagang!" akhirnya semua unek-unek di hatiku keluar juga.
"Aku tau, kamu paling nggak suka hal semacam itu!" kata Gisna berbisik. "Tapi pelankan suaramu!!!" gertak Gisna dengan nada rendah yang dia tekan.
Seketika aku melihat ke sekelilingku, suasana cafe menjadi semakin ramai setelah malam. Dan hampir semua pasang mata di tempat itu sedang menatap ke arahku dengan tatapan yang tajam. Mereka pasti mendengar semua kalimat yang baru saja kucecarkan untuk Hendarto Grup.
Hendarto Grup adalah sebuah perusahaan medis terbesar di negara ini, dan mungkin kariawan yang mereka punya adalah puluhan ribu. Salah satu dari puluhan ribu itu pasti ada yang duduk di kafe ini, tanpa sengaja telah mendengar apa yang baru saja kuucapkan. Dan jika ada yang merekam, habislah aku.
Seketika aku menunduk malu, serasa aku adalah gajah di tengah kawanan semut. Tubuhku membesar dan tubuh mereka mengecil, aku sama sekali tak berani bergumam sedikit pun.
"Jadi gosip tentang Dokter Kenma itu adalah benar?" seseorang tiba-tiba bertanya dan duduk nimbrung di meja kami.
Manik mataku dan mata Gisna terbelalak seakan mau melompat, saat tau siapa yang kini duduk mengisi salah satu kursi yang dari tadi kami biarkan kosong.
Dia adalah Dokter Yesi, Dokter yang juga bekerja di Rumah Sakit Hendarto. Dokter wanita ini mempunyai jabatan setara dengan Dokter Kenma, dia adalah Dokter kepala bagian IGD.
"Gosip apa ya, Dok," gumam Gisna yang sudah memasang wajah sok bodohnya.
Gadis keturunan sunda tulen itu sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya padaku. Bukan karena ingin merayuku yang pasti, dia mengedipkan matanya untuk memberi tanda bahwa 'jangan banyak bicara atau kamu akan mati'.
Kutelan Saliva yang menumpuk di dalam ronga mulutku, rasa penyesalan mulai menjalar di setiap syaraf yang menghubungkan setiap sel di dalam tubuhku. Harusnya aku tak membicarakan hal semacam ini di tempat umum.
"Dia sudah seperti itu sejak masih kuliah, kalian tak perlu kaget!" kata Dokter Yosi.
"Maksut Dokter?" tanya Gisna dengan raut wajah yang sudah berubah lagi menjadi sangat antusias.
Dasar tukang gosip.
"Kenma itu lahir di keluarga yang berada, tapi mereka bangkrut!" ujar Dokter Yosi.
Ini yang dinamakan botol ketemu tutupnya. atau Suatu golongan akan mengenali golongannya tanpa harus berkenalan.
"Bangkrut?!" Gisna mulai mengeluarkan ekspresi lebaynya.
"Semenjak saat itu, Kenma menghalalkan segala cara untuk menjadi Dokter!"
Aku tak bisa tak ikut mendengar percakapan penuh mitos dan prasangka itu. Apa lagi ini tentang pria yang pernah bertahta di hatiku.
"Boleh aku mengumpat?" tanya Gisna, dengan wajah marah yang lagi-lagi sangat lebay.
"Silahkan, pria seperti Kazume Kenma itu memang harusnya dikutuk menjadi batu!" kata Dokter Yosi, ekspresi bahkan lebih lebay dari Gisna.
"Tapi...bukankah dia mendapat banyak penghargaan karena Dokter Kenma sangat pintar?" tanyaku.
"Dia pintar!!! Sangat pintar! Tapi dia lelaki yang jahat." ekspresi pengunjing yang sarkas Dokter Yosi, seketika melemah saat menyebut kata jahat.
Ternyata dia korban Dokter Kenma juga.
Aku bisa faham perasaannya, aku akan membiarkan kau mengutuk dan mengatainya sepuas hatimu di depanku Dokter Yosi. Tuangkan emosimu itu tanpa ragu, karena aku juga membencinya.
Hati wanita yang emosi hanya akan reda dengan tangisan atau dengan mencurahkan isi hatinya secara bar-bar kepada sahabatnya.
____________BERSAMBUNG__________
Jangan lupa Vote, Komen dan Like ya teman-teman❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Aini
jadi membayangkan dokter ji sun wo disini....
2021-11-13
0
KOwKen
mampir kk, gua kozume bukan kazume, brrti beda marga ya, cuss..
2021-10-14
0
Sri Astuti
memang isue tentang memanfaatkan pasien dlm suatu RS itu ada
2021-10-06
0