Wanita Tak Ternilai
"Terima aku, Zayn," ucap Rere memelas.
"Berulang kali aku mengatakannya kepadamu. Maaf, Re. Aku tidak bisa. Kita berteman saja."
"Apa kurangnya aku? Katakan padaku agar aku bisa membuatmu jatuh cinta."
Zayn menggeleng, "Kamu sempurna, tetapi cintaku bukan untukmu. Carilah pria yang bisa mencintaimu, dan jangan mencintai pria yang sama sekali tidak mencintai dirimu."
Rere membuka mata. Ia terengah-engah, dan segera bangkit dari tidur. Mimpi itu terus saja menghantui dirinya. Sudah dua tahun sejak kelulusan mereka, Rere masih membayangkan penolakkan yang berulang kali dilakukan Zayn terhadapnya.
Di saat itu juga, Rere menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Zayn menyatakan cinta pada seorang wanita bernama Amel. Gadis itu memang disukai Zayn sejak pertama mereka bertemu, dan sampai akhirnya cinta Zayn berbuah manis dengan hubungan cinta mereka sampai sekarang.
Berbanding terbalik pada Renata Aprilia yang cintanya terus saja ditolak. Meskipun begitu, wanita itu tetap mengejar sang pria.
Rere menghela, "Mimpi itu lagi. Aku tidak bisa melupakan betapa romantisnya Zayn menyatakan cinta pada Amel. Andai aku diposisi wanita itu, sudah pasti bahagianya aku ini."
Nada dering telepon membuyarkan lamunan Rere. Segera ia raih ponsel yang terletak di nakas meja lampu tidur. Sebuah panggilan telepon dari pria yang ia cintai, dan secepat kilat Rere mengeser tombol hijau.
"Halo, Sayang." ~ Rere.
"Panggil aku, Zayn. Jangan sayang." ~ Zayn.
"Enggak mau. Aku maunya panggil kamu sayang." ~ Rere.
"Jangan membuatmu kesal pagi-pagi." ~ Zayn.
"Kalau kamu tidak mau dipanggil sayang, aku panggil kamu cinta, my honey atau my baby."
"Berhentilah berucap omong kosong! Aku menunggumu di cafe tempat biasa jam sepuluh pagi. Kita harus menyelesaikan naskah ceritanya sekarang juga." ~ Zayn.
"Aku akan datang tepat waktu, Sayang." ~ Rere.
Sambungan telepon terputus secara sepihak. Rere tersenyum karena memang begitulah sifat Zayn terhadapnya. Rere tidak peduli. Mau bagaimanapun, cintanya semakin kuat, dan tumbuh hanya untuk Zayn seorang.
Meski sudah ditolak cintanya berulang kali. Keduanya masih berhubungan baik. Bahkan Rere dan Zayn melakukan hubungan kerja sama sesama penulis.
Renata Aprilia, ialah seorang penulis yang saat ini namanya tengah naik daun. Beberapa karyanya booming di platfoam online maupun dalam bentuk buku cetak.
Gadis berusia dua puluh dua tahun. Mempunyai wajah tidak terlalu cantik, tetapi tidak juga terlalu jelek. Yang ada pada dirinya semuanya pas.
Warna matanya hitam; rambut hitam panjangnya selalu diikat kuncir kuda. Batang hidung yang ia miliki tidak terlalu menonjol. Kulit tubuhnya putih dengan tinggi seratus tujuh puluh.
Renata hidup sebatang kara. Tidak tahu siapa orang tua yang melahirkan dirinya. Sejak kecil hidup di panti asuhan hingga pada akhirnya memutuskan untuk mandiri sejak usia delapan belas tahun.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Rere sudah berdandan serapi mungkin untuk bertemu pria yang ia cintai.
Padahal hampir setiap hari keduanya bertemu, tetapi Rere selalu sibuk untuk mempercantik diri jika bertemu Zayn. Kali ini ia memakai dress selutut berwarna putih gading. Rambutnya tetap dikuncir kuda. Bibir tipis yang selalu tersenyum itu, diberi polesan liptint berwarna pink.
"Pakai sepatu high heel atau flat shoes, ya?" gumam Rere bingung. "Pakai flat shoes saja, deh. Lagian masih pagi."
Selagi menunggu taksi online yang akan menjemput, Rere kembali memperhatikan penampilannya di cermin. "Sempurna."
Rere keluar dari kamar dengan tas selempang menggantung di lengan tangannya. Untuk sekian kali ia akan menghabiskan waktu bersama Zayn.
Mobil taksi yang dipesan telah datang. Rere masuk ke dalam mobil, dan memberitahu alamat cafe kepada sopir. Waktu yang tersisa masih panjang dari jadwal yang dijanjikan. Namun, Rere selalu datang lebih awal karena ia ingin dirinya yang menyambut kedatangan Zayn.
*****
"Zayn ... sini!" seru Rere.
Zayn Darmawan, pria berusia dua puluh dua tahun dengan tinggi tubuh seratus delapan puluh. Kulit putih, hidung mancung, berlesung pipi di kiri, dan kanan samping bibirnya. Warna mata kecoklatan karena memang seorang indo, dan penerus kedua dari keluarga Darmawan.
"Kamu selalu datang lebih awal," kata Zayn yang langsung duduk di kursi berhadapan dengan Rere. "Kita langsung bekerja saja."
"Apa kamu tidak ingin menyapaku?" tanya Rere.
Zayn memutar mata malas. "Hampir setiap hari aku bertemu denganmu. Kabarmu pasti baik-baik saja."
"Kenapa kamu tidak pernah bertanya tentang aku? Maksudku berkirim pesan. Kamu hanya menghubungiku saat ada pekerjaan saja."
"Nanti kamu terbawa perasaan. Aku tidak ingin kamu sakit hati," kata Zayn.
"Bukankah setiap hari kamu menyakitiku? Setiap hari selalu saja ada penolakkan darimu." Bibir Rere manyun.
"Kondisikan bibirmu! Kamu sudah tahu aku punya kekasih, masih saja ingin bersamaku."
Zayn membuka laptop yang ia bawa, dan mulai mengetik huruf-hurup di layar segi empat itu. Rere masih memperhatikan pria yang fokus menekan tuts-tuts keyboard.
Menatap wajah dari pria yang ia cintai saja, sudah sangat senang bagi Rere. Apalagi sampai dapat memilikinya. Andai ia itu Amel yang selalu bisa memeluk Zayn, alangkah bahagia hidupnya.
"Kerja! Jangan menatapku. Kita harus selesaikan naskah ini sebelum diberikan kepada penerbit," kata Zayn.
"Satu minggu, Zayn. Biarkan aku menjadi kekasihmu satu minggu saja."
Zayn menghela, "Aku lelah dengan sikapmu, Re."
"Bagaimana kalau sehari saja," tawar Rere.
Zayn menggelengkan kepala tidak tahu harus berbuat apa akan sikap keras kepala dari sahabat, dan juga rekan menulisnya itu.
"Kamu ingin menjadi selingkuhanku?" tanya Zayn.
"Kekasih gelap saja aku mau," ucap Rere.
Zayn menutup layar laptop, lalu memandang Rere dengan senyum yang tidak dapat diartikan.
"Aku sudah punya kekasih. Bagaimana kalau menjadi wanitaku saja?" tawar Zayn.
"Wa-wanita?" ulang Rere.
Zayn mengangguk, "Menjadi wanitaku."
Rere menelan saliva. Menjadi wanita seorang pria sama saja artinya menjadi seorang simpanan.
"Jika aku bisa bersamamu, aku bersedia," ucap Rere.
Zayn mendelik, "Kamu! Bersihkan pikiran gilamu itu. Aku tidak mungkin menjadikanmu simpanan."
Rere meraih kedua tangan Zayn. "Kumohon. Asalkan aku bersamamu."
"Aku tidak mau," tolak Zayn. "Lupakan apa yang aku katakan tadi."
Zayn hanya iseng mengatakannya agar Rere marah, dan berharap wanita itu tidak lagi mengejarnya. Namun sebaliknya, Rere malah menerima tawaran konyol yang Zayn lontarkan.
"Zayn, aku mencintaimu. Meski menjadi simpanan, aku rela agar terus bersamamu. Jadikan aku simpananmu, Zayn."
Tidak peduli harga diri. Dengan menjadi simpanan Zayn, maka Rere bisa bersama pria itu. Rere berharap lambat laun Zyan akan bisa menerima ketulusan cintanya.
Zayn memandang lekat Rere yang memohon padanya. Sudah bertahun-tahun Rere mengejarnya, tetapi Zayn sendiri sama sekali tidak merasakan perasaan apa-apa pada gadis itu.
"Mulai hari ini. Jadilah wanita simpananku."
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like, dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
yn
berarti anakmu sudah 2 ya author..
2024-10-20
0
Kusii Yaati
baru membaca udah di suguhi peran wanita yg mengejar bahkan mengemis untuk menjadi kekasihnya... apakah serendah itu pemikiranmu re!!!😟
2024-10-14
1
Susanto Dhanie
dan awal muka dari semua nyaaa
2024-10-10
0