"Zayn, kita panggil abang itu, yuk!" kata Rere.
"Buat apa?"
"Aku mau dilukis bareng kamu."
"Biar aku suruh abangnya kemari." Zayn mengencangkan sedikit suaranya untuk memanggil seorang pria yang tengah menawarkan barang dagangan kepada pengunjung lain.
Pria yang dipanggil datang tergopoh-gopoh ke hadapan Zayn serta Rere. Dilihat dari raut wajahnya, tampak pedagang itu senang. Rere membuka topi yang ia kenakan sebab mengenal pedagang itu.
"Bang Doni," sapa Rere.
"Eh, Mbak."
"Kamu kenal?" tanya Zayn.
"Beberapa waktu lalu aku datang minta dilukis," jawab Rere.
Zayn mengangguk kemudian beralih memandang Doni. "Tolong lukis kami, ya."
"Mau pakai pensil warna biasa atau cat air?" tanya Doni.
"Wah, bisa pakai pensil warna kayu?" kata Rere.
"Bisa, Mbak," sahut Doni.
"Pakai yang pensil warna kayu saja. Aku pernah lihat di aplikasi video orang melukis pakai itu," kata Rere antusias.
"Turuti saja kekasihku," sela Zayn.
Doni menuruti apa yang Zayn perintahkan. Ia mengeluarkan kertas gambar serta pensil warna kayu. Zayn membuka topi yang ia kenakan agar si pelukis bisa membuat sketsa wajahnya.
"Zayn, aku mau beli kuku palsu ini," ucap Rere sembari membelai barang-barang dagangan milik Doni.
"Ambil saja. Oh, iya, selama kita bersama aku belum pernah memberimu hadiah," kata Zayn.
Rere menatap selingkuhannya. "Asal sama kamu, aku bahagia. Enggak perlu hadiah." Rere melingkarkan tangannya pada lengan Zayn, disambut dengan kecupan di rambut.
"Maaf, Mbak. Jangan bergerak dulu. Saya belum selesai membuat sketsa wajahnya," kata Doni.
"Maaf, Bang." Rere menyengir.
"Kamu, sih," bisik Zayn tertawa kecil.
Selagi Doni melukis wajah mereka berdua, Zayn mengambil spidol hitam pria itu. Ia meraih lengan Rere, menggulung kemeja panjang sampai ke siku kemudian menggambar sesuatu di sana.
"Mau apa?" tanya Rere.
"Aku mau menggambar tanda kepemilikkan di lenganmu," jawab Zayn.
Zayn menggambar lambang cinta disertai inisial nama mereka berdua. R dan Z serta bentuk hati kecil.
"Bagaimana hasilnya?"
Rere tersenyum, "Aku suka." Satu kecupan Rere berikan di lengannya disusul oleh Zayn yang melakukan hal sama.
"Kamu milikku, kan?" tanya Zayn.
Rere mengangguk, "Aku milikmu."
Adegan itu tanpa sadar diabadikan dalam sebuah kamera. Beberapa potongan mesra diambil sebagai bukti kuat bahwa Zayn dan Rere memang punya hubungan spesial.
Deringan ponsel milik Zayn terdengar. Pria itu berusaha untuk mengabaikan, tetapi bunyinya sangat menganggu.
"Amel?" tanya Rere.
Zayn mengangguk, "Iya. Aku tinggal sebentar, ya?"
"Pergilah."
Zayn bergegas pergi mencari tempat sepi untuk mengangkat telepon dari pacarnya. Sementara Rere tetap di tempat sembari menunggu lukisan wajah mereka jadi.
"Aku lagi bersama sepupu," ucap Zayn lewat telepon. "Kamu tidur, ya. Ini sudah malam. Besok kita makan siang bersama. I love u."
Sambungan telepon diputus. Zayn mengembuskan napas lega karena Amel percaya akan kata-kata yang ia ucapkan.
Zayn memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celana. Ia memutar tubuh untuk kembali ke tempat, tetapi sesuatu membuatnya kaget bukan main.
"Apa hubunganmu dengannya?" ucap Alvin.
"Sejak kapan kamu di sini?"
Alvin mendengus, menggelengkan kepala seakan tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. "Cukup lama saat aku melihat adegan mesra kalian. Pengkhianat! Kamu berselingkuh bersama Rere!"
Sudah dari pukul enam sore Alvin berada di Kota Tua bersama anggota sesama pencinta seni fotografi. Tanpa sengaja ia melihat Rere dan Zayn, bahkan jarak Alvin dekat sekali. Memang kelompok itu bergerombol sehingga Zayn sama sekali tidak sadar kehadiran sahabatnya.
"Tenang Alvin! Aku bisa jelaskan. Ini di tempat umum," bujuk Zayn.
"Aku berpikir positif akan kedekatanmu, tetapi nyatanya kalian memang benar-benar menjalin hubungan!"
"Kumohon, Al. Jangan beritahu siapa pun," ucap Zayn.
"Bagaimana dengan Amel? Aku sangat jijik padamu."
"Aku harus membawa Rere pergi." Zayn melangkah, tetapi Alvin mencegah kepergiannya. "Lepaskan! Biarkan aku pergi."
"Enggak semudah itu, Zayn. Jelasin dulu. Kamu membuat sahabatku terluka!"
"Diam kamu!" teriak Zayn yang membuat beberapa orang pria berjalan mengarah kepada mereka. Zayn menenangkan dirinya sejenak. "Alvin, aku akan jelaskan semuanya. Tapi aku harus bawa Rere pulang. Tunggu aku di tempatmu."
"Ada apa ini?" tanya seorang pria.
"Enggak apa-apa, Bang. Cuma masalah sedikit. Dia sahabat saya," jawab Zayn.
Alvin juga mengatakan hal yang sama agar mereka semua bubar. Zayn menarik tangan Rere tiba-tiba dan membuat wanita itu kaget. Uang merah sebanyak lima lembar pria itu berikan kepada Doni.
"Bang, kita pergi dulu," kata Zayn.
"Lukisannya hampir jadi dan uangnya lebih."
"Ambil saja, Bang. Kami buru-buru." Zayn segera membawa Rere pergi menuju motor mereka yang terparkir. Di jalan keluar, Rere kaget ada Alvin.
"Dia .... "
"Kita pulang," ucap Zayn.
...****************...
Zayn terburu-buru keluar dari rumah setelah mengantar kekasih gelapnya. Rere ingin mencegah kepergian pria itu, tetapi raut wajah Zayn tidak bersahabat.
"Hati-hati, Zayn," teriak Rere saat sang kekasih kembali mengendarai motornya. "Apa yang terjadi? Kenapa ada Alvin di sana? Kami pasti sudah ketahuan."
Zayn mengendari laju kendaraan roda dua menuju rumah Alvin. Sesampainya di kediaman pria itu, rupanya sang sahabat memang tengah menunggu.
"Jelaskan secara singkat saja," ucap Alvin.
"Rere kekasih gelapku. Dia mencintaiku dan aku menerimanya," ungkap Zayn.
"Sejak kapan?"
"Tidak lama setelah Amel kembali. Aku menjalin hubungan bersamanya. Rere sudah lama menaruh perhatian kepadaku. Sejak kita mengenyam bangku kuliah. Dia bertahan dari sikap acuh kalian hanya karena ingin dekat denganku," beber Zayn.
"Kamu menikmatinya?" tanya Alvin.
"Apa aku harus menjelaskannya secara detil? Ini hidupku, Alvin! Dengan siapa aku berhubungan, itu urusanku!" ucap Zayn dengan tatapan tajam.
"Amel sahabatku, sialan!" umpat Alvin.
"Lalu aku siapa? Sahabatmu, kan?" teriak Zayn tidak kalah kerasnya.
Keduanya terdiam sesaat. Alvin bingung untuk berkata apa. Lebih tepatnya tidak percaya, dan malah sekarang ia berada di dalam dilema. Satu sisi sahabat dan sisi lainnya juga sama.
"Kumohon jaga rahasia ini, Al. Aku tidak mau Rere tersakiti."
"Aku ingin memukulmu. Siapa yang kamu cinta?" tanya Alvin.
"Aku mencintai Amel."
"Lalu Rere, kamu jadikan teman malammu?" tanya Alvin.
"Itu kemauannya! Dan kenapa kamu sok peduli?!"
Alvin mengumpat kata kasar. "Meski dulu aku mengacuhkan Rere, tetapi aku kasihan terhadapnya. Kamu menjadikan dia sebagai pelampiasan!"
"Jangan sok tahu hubungan kami! Ini lebih rumit dari yang kamu kira. Aku hanya minta kamu merahasiakan kejadian ini. Dengar, Al. Aku sahabatmu dan kali ini aku butuh pertolongan," kata Zayn.
Setelah mengatakan hal itu, Zayn berlalu pergi. Alvin terduduk di sofa sebab dilanda kebingungan. Sebagai teman dekat ia ingin meluruskan kesalahan yang dibuat Zayn, tetapi sahabatnya sendiri enggan untuk melakukannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
bingung mau komen apa...
2023-02-21
0
Winar hasan
hmmm.....sudah wktu nya terkuak....zayn dan rere harus menentukan sikap
2022-12-22
0
Leni Fatmawati Fatmawati
pergi aja re masih lelaki baik yg mmenghargai km,
2022-06-12
0