Besoknya, Rere menghubungi penerbit yang melakukan kontrak kerja sama dengannya dan Zayn. Berharap ada satu lowongan pekerjaan yang bisa ia dapatkan selama itu masih berhubungan dalam dunia tulis menulis.
Ada satu platfoam menawarkan sebagai editor akuisisi dan Rere menerimanya dengan target mengajak siapa saja yang hobi menulis dalam grup yang ia pegang.
Lalu di bagian penerbit menawarkan jasa pembuatan cover. Ada juga sebagai ghost writer, yakni jasa Rere bisa disewa untuk menulis artikel, cerita, serta lainnya untuk orang lain. Sementara posisi editor sudah penuh untuk penerbit tersebut. Tapi mereka menawarkan sebagai pekerja lepas.
Dalam arti, Rere mengajak penulis lain untuk menerbitkan karya mereka pada penerbit tersebut. Jika ada beberapa penulis yang tulisannya tidak sesuai PUEBI, Rere bisa memperbaikinya dan bisa mendapat komisi diluar bayaran sebagai editor.
Rere menyanggupi hal itu. Ia menerima semuanya. Selain untuk menyibukkan diri, uang yang dihasilkan bisa ditabung untuk kehidupan di masa depan.
Uang yang selalu Zayn berikan tidak ada habisnya, malah terus bertambah di dalam laci. Belum lagi uang belanja dapur yang pria itu berikan. Rere dan Zayn sudah seperti suami istri. Hanya saja belum terikat pernikahan.
"Aku ajakin semua teman-teman, deh, buat nulis dan nerbitin karyanya. Posting dulu di grup chat. Promo jasa pembuatan cover sama keperluan lain. Oh, ya, posting di grup-grup novel juga," ucap Rere sembari mengotak-atik ponsel di tangan.
Berbagai contoh cover hasil buatannya di upload di media sosial. Rere juga menyertakan nomor telepon yang bisa dihubungi. Meski hanya lewat benda pipih, Rere dapat berinteraksi bersama mereka semua.
Sebuah pesan masuk dari grup chat antar sesama penulis digital. Rere membuka chat yang sudah mencapai hampir lima ratus pesan. Mereka membahas gaji para penulis yang belum ditransfer.
"Ternyata belum gajian. Kenapa lama sekali?" Rere memeriksa akun bank miliknya dan rupanya itu benar. Tanggal yang ditetapkan untuk menerima hak dari hasil kerja telah lewat lebih dari seminggu. "Apa-apaan ini! Kenapa belum dikirim?!"
Pintu apartemen terbuka. Zayn masuk ke dalam tanpa sambutan hangat dari Rere. Malah ia mendapati wajah sang kekasih cemberut, mengomel sembari berbalas pesan.
"Re," tegur Zayn.
Tidak ada sahutan dari wanita itu. Mulut Rere marah-marah dengan pandangan tidak lepas dari ponsel.
"Rere!" Zayn mengeraskan suaranya.
"Apa?" wanita itu menengadah dan ia kaget Zayn berada di depan. "Kapan kamu datang?" Rere bangkit dari kursi untuk memeluk sang kekasih.
"Wajahmu tidak enak dipandang. Ada apa?"
"Gajiku belum ditransfer," jawab Rere.
"Ketimbang satu setengah juta kamu sampai enggak sadar aku datang."
Rere mencubit kecil dada Zayn. "Jelas aku kesal. Itu uang hasil siang dan malam. Kamu sudah kaya. Uang segitu cuma buat jajan."
Zayn memencet hidung minimalis Rere. "Ish, mulutmu minta dikecup, ya? Aku juga tahu cari uang susah. Sabar saja, mungkin lagi ada kendala teknis di pusat."
"Tunggu besok. Semoga masuk uangnya. Mau beli barang kebutuhan."
"Uang yang aku kasih enggak cukup?" tanya Zayn.
"Pakai uang sendiri lebih nyaman."
"Jangan bahas ini lagi. Sekarang kamu beres-beres. Kita pindah rumah. Aku sudah sewa rumah kecil untuk kita," kata Zayn.
"Pindah lagi?"
"Boleh kalau kamu enggak mau pindah. Kalau hubungan ini sampai bocor, aku enggak tanggung," ucap Zayn.
Bibir Rere mengerucut maju. "Aku beres-beres dulu."
...****************...
Matahari sudah tenggelam barulah Zayn membawa Rere ke sebuah area komplek perumahan Seroja. Sebenarnya Zayn sedikit takut buat tinggal di area tersebut.
Pasalnya ia harus lapor ke RT setempat. Kalau dilihat dari kondisi warga yang tinggal, sepertinya tidak akan ada yang saling memperdulikan.
Bentuk model perumahan di sekitar diberi batas pagar yang tinggi. Hanya bagian atap saja yang tampak sebab pagar mereka ditutupi kayu. Terdapat lubang kunci yang cukup untuk satu tangan masuk.
"Pandai banget kamu cari rumah sewa. Mana tertutup semua lagi. Rumah tetangga lainnya juga begitu," ucap Rere.
"Artinya, mereka enggak mau diganggu. Aku dengar lingkungan ini rata-rata pekerja semua. Jadi, mereka pergi pagi dan pulang malam," sahut Zayn.
"Tapi aman enggak? Aku jadi takut."
"Amanlah. Di sini ada satpam yang patroli," ucap Zayn. "Kita masuk, yuk! Kamar tidurnya sudah dibereskan. Malam ini kamu bisa tidur tenang."
"Kamu enggak nginap di sini?"
"Malam ini enggak bisa. Giliran Amel minta temenin," jawab Zayn.
Rere terdiam beberapa saat. Zayn menemani Amel, apa artinya, pria itu sudah meniduri pacarnya? Kalau pun benar, Rere merasakan duri yang menusuk hatinya. Ia tahu pasti kalau suatu saat kekasih gelapnya itu akan menikmati tubuh dari gadis yang dicintainya. Namun, Rere merasa tidak rela untuk berbagi.
"Jangan berpikiran macam-macam. Aku hanya berjanji buat bergadang bersamanya. Kami cuma nonton," kata Zayn.
"Aku kira kamu tidur juga bersamanya."
"Belum," jawab Zayn. "Aku belum menikahinya."
Terlalu sakit untuk mengetahui fakta yang sebenarnya. Kembali kepada kenyataan awal jika Rere merupakan pelampiasan saja.
...****************...
Rupa-rupanya Alvin pergi mengunjungi apartemen Rere, tetapi sayang penjaga mengatakan wanita itu sudah pindah tadi sore. Alvin tentu saja kaget dengan kabar itu.
"Al, kamu yakin Rere tinggal di sini?" tanya Devan.
Kebetulan Alvin mengajak Devan untuk mengunjungi Rere. Pria itu tidak enak bertamu sendiri karena tidak begitu akrab bersama Rere.
"Yakinlah. Aku berkunjung ke tempatnya kemarin. Tanya saja sama Zayn dan bapaknya," sahut Alvin.
"Pak, pindahnya tadi sore?" tanya Devan.
"Barusan, Mas. Katanya mau pindah. Mungkin nanti balik lagi buat tinggal di sini."
"Beneran teman saya Zayn, Pak?" tanya Devan.
Penjaga itu terdiam sesaat. "Teman yang mana?"
"Lah, tadi katanya pindah. Ini tanya siapa teman saya," Devan berdecak.
Alvin menunjukkan ponsel kepada penjaga itu. Foto Zayn terpampang di sana. "Teman saya ini, Pak. Kan, kemarin kami keluar sama-sama."
"Oh, iya, memang pemuda ini yang bantuin nona Rere pindahan."
"Nah, itu tahu," kata Devan.
"Maaf, Mas. Saya kira penghuni yang satunya lagi. Ada dua orang penghuni yang pindah." Hampir saja keceplosan
"Teman saya sering ke sini, Pak?" tanya Devan.
"Enggak, Mas."
"Cabut, yuk! Ngapain pakai tanya bapak penjaga segala. Kayak wartawan saja kamu," sahut Alvin.
"Bukan begitu, Al. Aku itu cuma .... "
"Pikiranmu kebiasaan buruk. Zayn itu akrab sama Rere dan mereka kerja sama. Jangan berpikir yang aneh." Alvin merangkul pundak Devan, lalu berjalan keluar menuju mobil mereka.
Kok, aneh, ya. Kenapa Rere tiba-tiba pindah? "Kita telepon Rere, bagaimana? Kita tanya kenapa pindah?" usul Devan.
"Mungkin pemilik apartemen yang asli sudah pulang." Alvin menoleh pada Devan. "Eh, tapi Rere cakep, ya."
"Bener, Bro. Kita ajak ketemuan, yuk. Kangen sama wajah manisnya," sahut Devan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sasika Sasika
aq Baca novel ini sudah 7 kali nggak bosen2 hera dah,pas pertama Kalo Baca aq guling2 nangis sakit hati aq sama zain
2023-10-31
0
Zamie Assyakur
kemaren" kemana bang... baru nyadar rere cakep....
2023-02-21
0
Ndhe Nii
jaga hatimu Re .. terlepas dr apapun pasti sakit Re... tp itu kamu harus mengantisipasinya...karena kamu tahu resiko nya ..🤣🤣🤣
2022-03-06
0