Rere melirik jam beker yang terletak di meja kerja. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi Zayn masih belum juga pulang ke apartemen.
Aneh, memang Zayn siapa Rere? Pacar bukan apalagi suami. Lelaki itu punya rumah tersendiri dan apartemen adalah temannya Zayn memuaskan hasrat biologisnya saja.
Rere merasa kehilangan. Ada sesuatu yang berbeda. Setiap malam mereka tidur bersama dan ia terbiasa tidur dalam pelukan pria itu.
Sebagai wanita Rere benar-benar murahan. Menginginkan pria untuk menghangatkan tubuhnya. Bersedia mengumpan diri agar pria yang ia cintai terus berada di dekatnya.
Bukan Rere tidak pernah berpikir kalau apa yang ia lakukan sekarang adalah sikap yang bodoh. Jika ia menceritakan kepada orang-orang tentang masalahnya, pasti mereka akan mengatakan kepada Rere bahwa di dunia masih banyak pria baik.
Namun, Rere bukannya tidak mencoba. Ia berusaha untuk melepaskan segala rasa kepada Zayn, tetapi tetap tidak bisa.
Ia mengunakan akalnya untuk menjauh, tetapi hatinya selalu ingin dekat. Ketika dekat bersama Zayn, jantungnya berdetak kencang. Saat pria itu menyentuhnya, tubuh Rere meremang.
Seorang penyair berkata, "Cinta mengalahkan logika. Cinta membuat buta mata dan pikiran."
Seperti kisah Laila Majnun. Seorang pria bernama Qays tergila-gila pada sosok wanita cantik, lemah lembut, yang katanya bahkan mendengar suara Laila saja, membuat Qays mabuk kepayang.
Ketika orang tua Qays menyodorkan perempuan cantik, tetap saja Qays memilih Laila menjadi pasangan dan menjadi tidak waras karena kehilangan Laila.
Hal itu terjadi kepada Rere saat ini. Ia mencintai Zayn sampai apa pun yang pria itu lakukan, Rere menerimanya. Harga diri, kehormatan semua ia serahkan.
Pintu apartemen terbuka. Rere beranjak dari kursinya menuju ruang tamu. Ia tersenyum ketika melihat sosok pria yang datang.
"Akhirnya kamu datang juga." Rere berhambur memeluk Zayn erat.
"Aku akan menemanimu. Apa yang kamu lakukan?"
Rere membantu Zayn melepaskan jaket jeans yang pria itu kenakan, lalu meletakkannya ke di atas bantalan sofa.
"Aku menulis. Bagianku sudah selesai. Tinggal milikmu lagi dan naskahnya siap untuk diserahkan kepada penerbit."
Zayn mengangguk. Ia mendaratkan tubuh di sofa. "Bagianku tinggal dua chapter lagi. Besok saja aku kerjakan. Aku perlu kopi."
"Tunggu sebentar. Aku segera kembali." Rere bergegas menuju dapur untuk membuatkan Zayn kopi hitam.
Beberapa saat Rere kembali dengan segelas cangkir di tangan. Ia meletakkan kopi panas itu di meja hadapan Zayn.
"Sepertinya kamu lelah?" tanya Rere.
Zayn mengangguk, "Capek. Dari siang aku sama Amel dan mama juga. Mereka minta ditemenin belanja. Maaf, ya, aku tidak sempat datang."
"Enggak apa-apa, kok. Kamu tidur di sini?"
Zayn menggeleng, "Besok harus ke perusahaan. Tadi pagi saja papa marah karena aku menginap di luar terus."
Rere berdiri di belakang Zayn. Ia memijit kedua pundak sang kekasih agar lebih rileks. Zayn tampak merasa nyaman. Pria itu, bahkan menyuruh Rere memijit pelipis keningnya.
"Kenapa kamu datang? Sebaiknya langsung istirahat saja di rumah."
"Aku takut kamu kecewa."
"Sudah biasa, Zayn."
"Justru itu, Rere. Hatiku tidak enak terus-terusan begini. Aku merasa bersalah terhadapmu," ungkap Zayn.
"Aku tidak ingin membahasnya."
Zayn bangun berdiri. Ia meraih tangan Rere agar mendekat padanya. "Bagaimana kalau besok kamu ke kantorku? Kita mengunjungi pabrik pembuatan permen dan es krim."
"Aku mau. Pukul berapa aku ke sana?" tanya Rere.
"Pukul sepuluh pagi. Aku akan kirim alamatnya lewat pesan padamu nanti."
Rere mengangguk, "Iya. Aku pasti datang."
Zayn mengecup pipi Rere. "Aku pulang. Kamu tidur yang nyenyak."
"Selamat malam, Zayn."
Zayn bersandar di balik pintu apartemen setelah ia keluar. Mengajak Rere berkunjung adalah untuk menebus kesalahannya yang telah ingkar janji. Zayn tidak datang untuk makan siang bersama, dan pastinya membuat Rere terluka.
Zayn berdecak, "Sial! Kenapa aku terjebak dalam situasi seperti ini? Kalau mengakhiri hubunganku bersama Rere, pasti membuat wanita itu sakit hati lagi. Kenapa aku jadi tidak tega? Kemarin-kemarin malah aku sangat santai menolak Rere." Zayn memukul-mukul keningnya dengan kepalan tangan. "Apa kedepannya aku akan mempunyai dua istri? Satu Amel dan satu lagi Rere." Zayn mengacak-acak rambutnya. "Jangan sampai itu terjadi."
...****************...
Tepat pukul sepuluh pagi, Rere sampai di kantor milik Zayn. Pabrik yang dikatakan oleh kekasih gelapnya itu, memang tidak jauh dari kantor.
Dari luar saja tempatnya sangat bersih, dan Rere tidak sabar untuk masuk ke dalam. Zayn sudah memberitahu satpam bahwa Rere akan datang berkunjung. Itu sebabnya, Rere tinggal menunggu yang bersangkutan untuk membawanya berwisata.
"Rere," sapa Zayn.
"Datang juga. Aku seperti patung di sini."
Zayn tertawa kecil. "Ayo kita masuk. Aku akan mengajakmu wisata sambil belajar."
Zayn dan Rere membersihkan tangan mereka dulu sebelum masuk. Mengganti sepatu dengan sandal, pakaian serta topi khusus. Mereka juga harus masuk ke dalam bilik sterilisasi. Setelah itu barulah bisa melihat pembuatan permen dan es krim.
"Tempatnya bersih, Zayn," ucap Rere.
"Harus itu. Namanya juga pabrik makanan."
"Apa aku boleh membawa pulang es krim dan permennya?"
"Boleh. Tapi cukup lima permen dan lima es krim saja," jawab Zayn.
Rere berdecak, "Kenapa kamu sangat pelit?"
"Kamu sudah manis, Rere. Kalau tambah makan permen dan es krim, makin manis, deh. Bisa-bisa aku enggak berpaling darimu."
Rere menyengir, "Bagus, dong. Biar kamu sama aku terus."
Zayn tidak bisa membungkam bibir Rere sebab mereka berada di tempat umum. Jarak mereka saja harus berjauhan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Tuan, ada nona Amel di kantor," ucap seorang wanita yang datang dengan napas terengah-engah karena berlari. Perempuan berseragam kemeja itu merupakan sekretaris Budiono.
"Amel?" tanya Zayn.
"Iya, Tuan. Nona lagi dalam perjalanan kemari bersama tuan Budiono."
"Kamu mengatakan aku di sini?"
"Ayah Tuan yang mengatakannya," ucap wanita itu.
"Pergilah," kata Zayn kemudian beralih memandang Rere. "Jangan panik. Kita berteman, kan?"
"Aku sama sekali tidak panik," sahut Rere.
Zayn melangkah meninggalkan Rere untuk menyambut wanita yang berstatus resmi sebagai miliknya.
"Kamu tidak bilang ingin datang kemari," kata Zayn.
"Sengaja buat kejutan," ucap Amel. "Papa bilang kamu bersama teman."
"Rere ingin melakukan riset tentang novel kami dan papa juga ingin bertemu teman menulisku, kan?" kata Zayn sembari memandang Budi.
"Iya, Papa ingin ketemu. Bangga banget di usia muda bisa sukses," ujar Budi.
Ketiganya bersama-sama menyusul keberadaan Rere yang mengamati para karyawan bekerja.
"Rere!" seru Zayn.
"Amel, tidak sangka akan bertemu," kata Rere.
Rere selalu saja berada di dekat Zayn. Aku merasa cemburu. "Iya, Re," sahut Amel.
"Re, Papaku ingin kenalan denganmu."
Rere tersenyum. Mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Saya Rere, Om."
Budiono menyambut uluran tangan kekasih simpanan putranya. "Papanya Zayn. Kamu teman duet Zayn rupanya. Anak pintar. Masih muda sudah bekerja keras."
Rere tersipu malu. "Terima kasih, Om."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
bukan gk bisa, di tp Krn laki2 yg di depan matanya cuma Zayn selalu ya jd susah..
2024-12-23
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kasian rere..kmu sndiri yg rugi dg cm djadikan pelampiasan nafsu Zyan yg jelas2 cm amel yg berpeluang menjadi istrinya...cinta sih cinta tp pake nalar..bs mndptkan tubuhnya tp tdk hati nya buat apa . lagipula laki2 kl udh puas bs pergi kpn aja .ah g kbyng gmn depresinya rere kl smpe trjdi dtggl pas jek sayang2 e
2023-05-11
0
Zamie Assyakur
temen duet kerja dan duet diranjang om 🤣🤣🤣
2023-02-20
0