Benar saja apa yang dikatakan Alvin dan Devan. Seperti terkena angin laut yang memabukkan, kedua pria itu selalu menelepon dan mengirim pesan kepada Rere.
Sebagai wanita yang mengalami perubahan akan sikap dari dua teman prianya, Rere merasa takut. Alvin dan Devan tiba-tiba ingin dekat dan perhatian.
Setiap saat ada saja pesan dari keduanya. Hal pertama dari mereka berdua adalah menanyakan hal basa-basi, seperti bagaimana harimu? Apa sudah makan? Serta mengajak untuk jalan bersama.
Rere sedapat mungkin menolak permintaan itu dengan alasan sesopan mungkin. Namun, Devan memaksa kalau Rere memang ingin menjauhi dirinya. Rasa tidak enak hati menghampiri dan di sinilah Rere, duduk berhadapan dengan kedua orang yang mengaguminya.
"Kalian terus mengangguku. Sebenarnya ada apa?" tanya Rere.
"Mau kumpul bareng kamulah, Re. Kita makan bersama," sahut Devan.
"Kamu pindah enggak bilang-bilang. Di mana tempat tinggalmu sekarang?" tanya Alvin.
"Oh, itu. Pemiliknya sudah mau kembali dan aku harus pindah?" jawab Rere.
"Tuh, aku bilang juga apa," sahut Alvin dengan menyenggol bahu Devan.
"Kalau mau pindahan hubungi kita, dong, Re. Jangan sama Zayn. Takutnya ada hal-hal yang tidak diinginkan. Betul, enggak, Al?" Giliran Devan menyenggol bahu sahabatnya.
"Memang kenapa dengan Zayn?" tanya balik Alvin.
Devan berdecak, "Zayn sudah punya pacar. Takutnya si Amel cemburu. Paham!"
Alvin mengangguk, "Bener, Re. Kalau ada apa-apa minta tolong sama kita saja. Aku punya waktu banyak, kok, buat kamu."
Rere tersenyum tipis. Ia menundukkan kepalanya malu dengan pandangan mata ke arah kiri. Devan dan Alvin ikut melebarkan bibir mereka. Apalagi melihat Rere menyelipkan poni di sela daun telinganya.
Devan berdehem. Mencoba untuk mengontrol dirinya. Sore ini Rere mengenakan atasan tank top crop yang menampilkan perut putih ratanya. Dilapisi dengan kemeja kebesaran berwarna sama. Celana jeans hitam serta sepatu sport.
Riasan wajah yang Rere kenakan juga terlihat cocok. Bagian mata hanya diberi maskara agar sedikit lentik, lalu perona pipi ala orang sakit. Bibir basah kemerahan karena pelembab. Penampilan ala gadis innocent yang terlihat lugu dan menggemaskan.
"Hei, kalian!"
Alvin dan Devan kaget mendengar suara cempreng dari suara seorang wanita yang mereka kenal dengan baik pastinya.
"Lia! Kamu, kok, di sini?" tanya Alvin.
"Aku datang sama mereka." Lia menunjuk dua orang yang berada di belakang.
Rere bergeser untuk melihat orang yang berada di belakang sahabat perempuannya. Rupanya Zayn dan Amel yang datang, tetapi Rere tidak sangka kalau sang kekasih akan menyusul.
Rere memang mengatakan kalau ia bertemu Devan dan Alvin lewat telepon sebelum berangkat menuju cafe. Namun siapa sangka, jika Zayn malah datang bersama Amel serta Lia.
"Kamu kasih tahu mereka, ya, Re," tebak Alvin.
"Aku enggak sengaja dengar saat Rere bilang buat ketemu sama kalian," sahut Zayn.
"Tempat duduknya enggak cukup. Kamu minggir sana, Re," kata Lia.
"Enak saja. Rere tetap duduk di sini," jawab Devan.
Lia tersentak, "Sejak kapan kalian mau gabung sama Rere?"
"Sejak kemarinlah," sahut Alvin. "Kalian datang telat. Duduk di meja lain. Tempat ini khusus kami bertiga."
"Tuh, kan, Re. Kamu pakai bilang-bilang sama Zayn. Kalian berdua kayak sehati saja," gerutu Devan.
"Enak saja. Zayn itu milikku," sahut Amel.
Rere bingung untuk memberi alasan. Zayn terlalu terang-terangan tadi. "Bukan begitu. Tadi aku buru-buru mau berangkat ketemu sama kalian. Enggak tahunya Zayn telepon buat acara besok. Jadinya, aku kasih tahu sama dia."
Novel kolaborasi antara Rere dan Zayn telah selesai cetak dan siap untuk dipasarkan. Rencananya, besok mereka akan mengadakan kembali meet and greet bersama penggemar.
"Duduknya bagaimana ini?" tanya Lia kesal.
"Rere duduk sama aku saja. Kita bagi kursinya." Devan menarik tangan wanita itu, tetapi Alvin menghalangi. Keduanya saling berebut untuk duduk di dekat Rere, dan membuat Zayn meradang.
"Hentikan!" bentak Zayn. "Kalian enggak malu buat ribut?"
Amel tersenyum sinis. "Wow! Penampilanmu menakjubkan."
"Sengaja buat pamer perut rata?" sahut Lia.
"Mulutmu minta dikasih bubuk cabe saja," ucap Devan kesal.
"Aku pulang saja kalau begitu. Lagian aku harus siap-siap buat acara besok." Rere melepas paksa tangannya dari Devan dan Alvin, lalu melangkah pergi tanpa mendengar seruan dari kedua pria itu.
"Dasar biang kerok!" dengus Devan.
"Baru saja dekat. Aku susul saja kalau begitu," kata Alvin.
"Jangan!" cegah Zayn. "Biarkan dia."
"Ini semua karena kamu dan Lia. Ngapain nyusul kemari." Devan menyalahkan Zayn. "Lia juga, iri itu bilang."
"Kenapa aku yang disalahkan, sih? Aku cabut saja." wanita itu pergi dengan bibir mendumel. Meja mereka kembali mendapat sorotan dari pengunjung.
Lia menuju mobilnya berada. Di depan cafe ia melihat Rere yang baru mendapatkan ojek motor. Bergegas wanita itu masuk ke dalam mobil, dan mengikuti tujuan Rere pergi.
"Akhir-akhir ini penampilan Rere berubah cakep. Aku penasaran sama kehidupannya. Jangan-jangan benar lagi si Rere itu simpanan," gumam Lia.
Sembari menjaga jarak dari si pengendara motor, Lia tetap fokus untuk membuntuti arah tujuan Rere hingga ia sampai di sebuah perumahan.
Lia memperlambat jarak mobil saat si tukang ojek menoleh ke belakang. Mau tidak mau, Lia menepikan mobil di sebuah rumah, dan melihat Rere menunjuk arah blok selanjutnya.
"Perumahannya cakep, nih." Lia kembali mengendarai mobilnya. Ia berhenti tepat di depan blok A-B dan melihat Rere berdiri di depan sebuah rumah seraya memberi uang kepada si sopir. "Oh, di situ tempat tinggalnya."
...****************...
"Asik, ya, direbutin sama dua orang pria," kata Zayn.
"Mereka suka sama aku?" tanya Rere.
Rere berteriak saat Zayn mencubit perutnya. "Wanitaku mulai nakal rupanya."
"Sakit!"
Zayn mengangkat tubuh sang kekasih, dan secara naluri Rere melingkarkan kedua kaki serta tangan di pinggang dan leher pria itu.
"Berdandan cantik begitu memang sengaja buat menarik Devan dan Alvin?" tanya Zayn.
"Enggak, kok. Aku mau mengubah penampilanku saja."
"Kamu sudah cantik, Sayang," ucap Zayn. "Kita jalan, yuk!"
Rere mengangguk, "Kita ke Kota Tua."
"Senang banget ke sana."
"Tempatnya asik buat pacaran. Eh, bukan, pokoknya seru saja ke sana," kata Rere.
"Ganti pakaianmu."
Rere turun dari gendongan Zayn. Bergegas ia masuk ke dalam kamar. Berjalan di tempat terbuka mengharuskan Rere untuk menyamar. Ia melindungi diri dengan memakai masker tutup mulut serta topi berwarna hitam.
"Ayo, Zayn," ucap Rere ketika ia sudah siap.
Zayn pun melakukan hal yang sama. Memakai topi serta masker. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Zayn tidak membawa mobil, melainkan motor sport miliknya. Hampir tidak pernah Zayn mengunakan kendaraan roda dua itu untuk berkencan bersama Amel. Sebab pacarnya lebih suka dengan mobil.
Rere mengenakan pelindung kepala dan naik ke atas motor yang ia sendiri sangat menghindarinya. Kendaraan Zayn memang keren. Bisa naik sembari memeluk pria yang dicintai memang membuat wanita jomlo iri, tetapi Rere tidak sanggup karena motor itu membuat punggung belakangnya sakit.
"Kenapa enggak beli matic saja, sih, Zayn. Pinggangku sakit," kata Rere saat sampai di parkiran motor Kota Tua.
"Kamu duduknya enggak benar," ucap Zayn.
"Kalau tegap aku takut jatuh kebelakang. Memelukmu malah membuat derita."
"Nanti aku kasih minyak urut. Pakai yang benar topi dan maskermu. Jangan dibuka," pesan Zayn.
"Iya."
Keduanya jalan-jalan bersama sembari berpegangan tangan. Rere meminta Zayn membelikannya beberapa cemilan sebagai teman duduk di depan museum.
Zayn membuka masker karena ia ingin memakan jagung bakar. Begitu juga Rere yang merasa tidak leluasa untuk menghirup udara malam.
Satu gambar diambil tanpa keduanya sadari. "Aku enggak salah lihat, kan? Ini bukannya Zayn dan Rere."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
yaaaah lma" pasti ketahuan.... hadeeeeeh
2023-02-21
0
Winar hasan
alvin deh kayak nya
2022-12-22
0
Maria Ulfa
Rere juga gitu sih cinta buta sama zayn
2022-06-18
0