Rere merasa kalau wanita cantik di depannya ini terlihat cemburu. Berbagai tingkah mesra Amel perlihatkan. Dengan menyuapi, memberi minum serta menyeka bibir dari kekasihnya.
Dalam hati Rere mempertanyakan sikap itu. Apa Amel cemburu? Takut Zayn berpaling pada dirinya? Apa perubahan yang ia lakukan memang semenakjubkan itu? Apa memang ia sebenarnya sangat cantik, tetapi tidak menyadarinya saja? Pertanyaan itu tersimpan dalam hati tanpa bisa Rere ungkapkan kepada Amel.
"Beneran, deh. Rere memang terlihat sangat cantik," kata Devan. Lelaki itu menatap wajah Rere yang tersipu malu kemudian meneruskan kalimat yang ingin ia sampaikan. "Auranya terpancar. Yakin banget, deh. Rere memang sedang jatuh cinta."
Apa yang dikatakan Devan memang benar adanya. Rere tengah bahagia, dan boleh ia mengatakan jika ini adalah hari kedua paling menakjubkan dalam hidup selama dua puluh dua tahun umurnya. Pertama saat ia lulus kuliah, dan kedua Zayn menyukai penampilan barunya. Mengatakan kalau ia cantik. Bukan cantik biasa, tetapi sangat. Sebuah kata yang Rere tunggu. Terlebih jika Zayn mengucapkan kata cinta. Mungkin Rere akan berjingkrak kegirangan.
"Setuju. Dulu wajahnya murung melulu," sahut Lia.
"Pandai banget kamu menilai orang," sahut Zayn.
Lama-lama Zayn kesal juga akan perkataan Lia. Sedari tadi malah terus menyudutkan kekasih gelapnya. Padahal Rere diam saja sedari tadi.
"Wajahmu juga bersinar-sinar, Zayn. Apa karena Amel sudah kembali?" goda Lia.
Zayn tersenyum, "Tentu saja. Tapi ada beberapa hal yang membuatku bahagia. Novel pertama kami laris manis, lalu yang kedua dalam tahap cetak, dan ketiga papaku membebaskanku untuk meraih cita-cita. Rasanya aku berada dalam fase puncak saat ini."
"Jangan merasa puas dulu, Sayang. Ada beberapa hal yang belum kamu capai dalam hidup," sahut Amel.
"Kamu benar. Terutama aku belum melamarmu." Zayn tertawa mengatakan itu. Pandangannya tanpa sengaja menatap Rere. Ia langsung terdiam, dan meneruskan makan.
Rere memandang Amel yang menyandarkan kepalanya di bahu Zayn. Kebahagian hanya sesaat menghampiri. Pria yang ia cintai tetap memilih wanita cantik di sampingnya.
Amel memang cantik. Penampilannya memukau. Dari segalanya tampak sempurna, tetapi bisakah Zayn menganggap Rere sama seperti Amel? Tentu saja tidak, keduanya orang yang sangat berbeda.
Rere meraih gelas di sampingnya. Ia teguk minuman itu dari sedotan sampai habis. Buru-buru Rere menyeka bibir, dan beranjak dari duduknya.
"Aku ada urusan. Aku pergi dulu." Rere mengeluarkan dompet di dalam tas, tetapi sebelum ia mengeluarkan uang, Zayn sudah bicara.
"Hari ini aku yang traktir."
"Terima kasih, Zayn," ucap Rere. "Semuanya, aku undur diri."
"Hati-hati, Re," kata Devan.
Rere mengangguk, lalu melangkah pergi. Lia memperhatikan rekannya sampai keluar dari restoran hingga lenyap dari pandangan matanya.
"Kamu iri, ya?" tanya Devan.
"Dih, enggak level," jawab Lia.
Bibir Devan mencebik. "Kamu sampai segitunya melihat Rere."
"Penasaran siapa pacarnya. Jangan-jangan dia peliharaan om-om."
"Mulutmu bisa dijaga tidak?!" Zayn menyahuti Lia dengan pandangan tajam. "Rere teman kita."
"Aku setuju pendapat Lia. Masalahnya kalian tahu sendiri gaji penulis," sahut Amel.
"Jangan meremehkan," sanggah Zayn.
"Sayang, kamu menjadi penulis karena hobi. Sementara Rere dijadikan pekerjaan. Dia bukan Dee Lestari atau penulis terkenal lainnya. Hanya beruntung saja bukunya laku."
"Tutup mulutmu, Amel!" bentak Zayn.
Pengunjung di restoran beralih memandang meja mereka. Amel terkesiap karena Zayn membentaknya. Untuk pertama kalinya sang kekasih berkata keras.
"Maafkan aku," ucap Amel.
"Suatu saat dia akan bersinar. Rere bekerja keras selama hidupnya, dan aku sangat mengagumi kegigihannya itu. Jangan meremehkan seseorang hanya dari materi," kata Zayn.
"Tapi Zayn, dia memang berubah," kekeh Lia.
"Lia, kamu memang pencemburu, ya? Memangnya kamu tahu gaji penulis?" tanya Zayn.
"Sudah, sudah. Jangan bertengkar. Hentikan pembahasan ini," ucap Devan melerai.
Zayn melirik Amel yang tertunduk. "Maafkan aku, Sayang."
"Aku yang salah karena telah meremehkan Rere."
Bukan hanya Rere, tetapi aku juga. Zayn hanya berdehem menyahuti permintaan maaf Amel. Secara sadar kekasihnya meremehkan apa yang Zayn tekuni selama ini.
...****************...
Dalam perjalanan pulang menuju apartemen, Rere mendapat pesan lagi dari kekasih gelapnya. Zayn melarangnya kembali ke apartemen, tetapi menyuruhnya ke pantai ancol.
"Zayn ingin mengajakku bersantai rupanya. Aku akan kesana," ucapnya.
Rere memberitahu sopir taksi online untuk mengantarnya ke ancol. Sayangnya, si sopir harus mengantar Rere kembali ke apartemen sesuai pesanan awal.
Terpaksa Rere menuruti kemauan si sopir sesuai rute perjalanan, lalu meminta diantar ke pantai tanpa jalur aplikasi. Tidak apa-apa bagi Rere, hitung-hitung sembari menunggu Zayn.
Sore hari Rere sampai di pantai. Pesan dari Zayn belum di dapat. Untuk menghubungi kekasihnya, Rere terlalu takut sebab ia tidak ingin mengambil resiko. Siapa tahu Zayn tengah berada di dekat Amel.
Sekita pukul tujuh malam, barulah pesan dari pria yang ia tunggu-tunggu datang. Zayn berada di jembatan kayu mencarinya. Bergegas Rere beranjak dari pantai menuju jembatan kayu.
"Zayn," serunya.
Pria itu tersenyum dan melangkah mendekati Rere. "Maaf, aku telat."
"Jam berapa pun aku akan tunggu, asal kamu datang."
Zayn meraih tangan Rere untuk dibawa ke bagian tengah jembatan. Di sana dapat dilihat secara jelas lampu kota serta gedung bertingkat kota Jakarta.
"Aku suka penampilan barumu." Zayn menoleh ke samping di mana Rere berdiri.
"Apa cocok?"
"Sangat cantik. Kamu cantik dengan apa yang ada dalam dirimu." Zayn mengenggam erat tangan Rere. "Kamu punya tempat tersendiri."
Rere tersenyum mendengarnya. "Aku tahu." Semoga aku bisa memenuhi tempat lain di hatimu hingga kamu bisa menjadi milikku satu-satunya.
"Kita lihat pemandangannya. Lupakan apa yang terjadi siang tadi. Saat ini fokus kepada kita saja," ucap Zayn.
Rere menoleh kepada Zayn. Mata pria itu memandang lampu-lampu di seberang sana. Rere menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih.
"Kita nikmati saja," kata Rere.
Zayn menarik lengannya, lalu mengganti dengan merangkul bahu Rere. Ia memiringkan kepala agar bersentuhan dengan rambut wanita itu.
Rere memandang Zayn, begitu juga sebaliknya. lelaki itu tersenyum, mengecup kecil rambut Rere. Semakin erat Rere memeluk sang kekasih, dan Zayn mengusap lembut lengan wanitanya.
Zayn berkata benar. Ini adalah tentang mereka. Rere tidak ingin membahas apa yang terjadi siang tadi. Saat ini ia hanya ingin bersama sang pria tercinta.
"Aku mencintaimu, Zayn."
Zayn mempererat pelukannya. Mengecup berulang kali puncak kepala sang kekasih gelap. Pandangan mata mereka tetap mengarah ke sudut-sudut lampu kota, dan Rere merasa malam ini Zayn mencintai dirinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
nikmati saja alurnya
2023-02-21
0
sherly
kalo untuk saat ini aku bilang Rere beneran org yg masa bodoh
2022-08-08
1
Yanti Wahyudi
mengingat kan tet
ntang suatu masa dulu, asli memang cinta membuat bodoh sebodoh bodoh nya
2022-05-10
0