Mendengar penuturan Rara, Bastian sangat terganggu, ia menatap dirinya di pantulan kaca kamar mandi ,
hanya melilitkan handuk di Pinggangnya dan berpose layak Bina ragawan di pantulan kaca.
“Gue ber otot, kok," ujar Bastian memutar- mutar tubuhnya mencoba mengeraskan otot-otot tangan, walau hanya sedikit tonjolan yang terlihat tetapi, Bastian tetap tersenyum bangga.
Tubuhnya tidak memiliki otot-otot layaknya lelaki maco, tetapi ia memiliki paras wajah yang tampan .Bola matanya yang berwarna coklat muda dan kulitnya putih bersih , sekilas terlihat seperti artis KOP dari Negeri Ginseng, Korea selatan.
Paras wajahnya yang baby face, karena perawatan yang membuat Rara menyepelekan nya, menurut Rara, Bastian terlalu berlebihan pada namanya, penampilan dan kebersihan membuatnya merasa ilfil.
Bastian sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil dan berkelimangan harta .
Keluarganya, salah satu masuk dalam daftar keluarga jajaran orang kaya di Asia menurut majalah Forbes, jadi wajar kalau ia bisa melakukan apapun dalam hidupnya dan memiliki apa yang ia inginkan, termasuk perawatan mahal untuk mendukung penampilannya sebagai model sekaligus aktor. Tetapi, tidak demikian bagi wanita si absurd Rara, ia selalu berkedip geli, melihat Bastian setiap kali lelaki tampan itu memakaikan sesuatu ke wajahnya.
Masuk dalam daftar orang kaya di tanah air, walau tidak setenar Michael Hartono orang terkaya di Indonesia. Keluarga Bastian Salim juga merajai bisnis di bidang pertelevisian dan dan bisnis kuliner.
Jadi untuk sekelas Bastian . Hidup berfoya-foya sudah kebiasaanya.
“Dasar wanita aneh, apa ia kebanyakan makan belut ,apa? Mulutnya licin sekali untuk bicara," ujar Bastian, bibirnya mendesis, kesal.
Saat ia dalam kamar mandi, mendengar Rara masuk ke kamar mandi, otaknya berpikir untuk mengerjai Rara muncul lagi.
“Untuk membalas mulutnya yang asal ngegas itu, pantas.
dapat ini." Bastian kembali mengerjai Rara, kira kira Rara sudah bunan dan shampoan, Ia mematikan sambungan airnya. Hal Itu membuat Rara sengsara, kepalanya masih dipenuhi busa shampoo, Ia mera-raba handuknya dan melilitkannya ke dadanya. Bastian sudah keluar dari kamar mandi siap menonton pertujukan;
Rara dengan mata mengerjap-erjap , masih tertutup busa sabun dan shampo.
Berjalan ke wastafel, Tetapi di sana juga mati, lalu ia berjalan ke balkon menyalahkan kran air di sana juga mati, putus asa bukan sifat Rara.
Ia ingin menjadikan air galon, untuk menuntaskan mandinya, lalu ia berjalan ke dapur.
Gubraak ....!
"Aaash, sakiiit!" teriaknya meringis kesakitan memegang belakang kepalanya.
Lantainya licin , ia jatuh dengan posisi tubuh yang hanya mengenakan handuk, terlentang dan bagian dada terlihat dengan jelas.
Bukannya menolong. Bastian malah tertawa ngakak, menertawakan penderitaan Rara yang jatuh terlentang satu tangannya berusaha menutup bagian sensitifnya dengan handuk dan satu tangan memegang bagian dada.
'Anjir ... ini sangat memalukan' Rara membatin menutup bagian intinya.
“Apa ada yang butuh bantuan?" tanya Bastian meledek, ia terkekeh, melihat sosok wanita setengah bugil terlentang di lantai, karena Rara mondar-mandir dengan busa sabun di kepala
air menetes sepanjang lantai membuatnya terjatuh.
Rara terdiam, tangannya membenarkan handuk menutup bagian sensitifnya, lalu ia pura-pura tidak bergerak karena malu.
“Eh ... kamu tidak apa-apa?" Bastian mendekati dengan tidak sopannya, ia membangunkan Rara pakai satu kaki, mengoyang- goyangkan tubuh Rara dengan kakinya.
'Kurang ajar nih orang, pakai kaki pula' Rara berucap dalam hati.
Karena kesal di perlakukan tidak sopan sama Bastian, ia menarik tangan Bastian, maksud hatinya, menarik ke samping tubuhnya.
Tetapi yang terjadi malah di luar dugaan, tubuh Bastian menindih tubuh Rara yang hanya di bungkus handuk.
Buuuk ....!
"Auuuh sakit ...." Pekik Rara, kesakitan, tubuh Bastian menimpah nya dengan kuat.
Jatuh tepat di dada, tangannya mencengkram kedua gunung kembar milik Rara, ia terdiam lama, karena pukulan tiba-tiba di dada, membuat Rara terkejut.
Namun, ia merasakan ada sesuatu yang bergerak di atas pangkal pahanya . Ternyata dengan spontan ular milik Bastian bangun, mengeras di atas pangkal paha Rara. Bastian hanya mengenakan celana boxer
Untuk sekian menit, Rara diam Ia mencoba menarik napasnya, karena, jatuhnya Bastian membuatnya kesakitan, berbeda dengan lelaki itu. Ia malah terdiam mencoba manahan gejolak tubuhnya yang tiba-tiba bangun, wajar karena Bastian juga lelaki normal, melihat tubuh Rara yang setengah bugil juniornya terbangun.
Kreeek ....!
Suara denyit pintu di buka .... Tidak diduga seorang wanita paruh baya dengan dandanan rapi pakaian elegan, terlihat berkelas.
Menatap mereka berdua dengan mata membelalak , ia terlihat terkejut.
“Apa yang kalian lakukan?" tanya wanita itu tegas.
“Mama ...." Bastian, mencoba bangkit karena kurang seimbang, kali ini jatuh lagi ke tubuh Rara.
“Kamu sengaja, aku mau mati," ujar Rara setengah berbisik dengan rasa sakit yang ditahan
.
Bastian tidak menghiraukan keluhan rasa sakit yang dialami Rara, ia meninggalkannya masih telentang, Bastian menyapa mamanya dengan begitu hormat.
“Mama kenapa datang, gak kabarin Tian dulu." Ia menuntun mamanya untuk duduk.
“Siapa dia?” Wanita itu bertanya dengan tatapan seakan-akan mengintimidasi Rara.
“Udah Ma, jangan perduli kan, dia hanya pembantu, Tian."
“Pembantu ...! kok mesra-mesraan seperti itu?"
“Jangan salah pahan Ma, di terjatuh karena lantainya licin, aku juga jatuh tepat di badannya karena licin."
“Pecat dia!" ujar mamanya dengan nada tegas.
“Mama, tidak usah urusin dia, dia hanya pembantu aku bilang, tapi Mama mau ngapain ke sini?”
“Kamu sudah dua minggu tidak pulang ke rumah, mama pikir ada hubungannya dengan yang tadi' kan?" tanya ibunya, dengan suaranya terdengar tegas dan berkharisma, tapi sorot matanya menatap anaknya begitu hangat dan penuh sayang.
“Aku hanya sibuk, Ma”.
“Mama pikir selama ini kalau kamu sibuk pasti pasti memberi kabar , tetapi saat ini, sepertinya berbeda, ada sesuatu yang membuat kamu melupakan mama."
“Maaf Ma, nanti aku akan datang ke rumah," ujar Bastian mencoba menenangkan mamanya. Ia panik karena ibunya memburunya dengan berbagai pertanyaan, mata wanita cantik itu menyelidiki setiap ruang di apartemen Bastian.
Ia memastikan, Rara tidak tidur satu kamar dengan Bastian.
"Ingat jangan salah bergaul, berteman lah pada yang satu level dengan kita," ujar mamanya dengan suara sengaja keras supaya Rara mendengar.
“Oma kamu menunggu di rumah, Tian, kamu harus pulang."
“Baik Ma, kapan-kapan aku akan datang," kata Bastian dengan sikap yang terlihat gelisah.
“Ada apa? Kamu mau ngusir Mama?” tanya wanita itu, menatap Anak semata wayangnya.
“Aku mau jalan sebentar lagi Ma” Aku buru-buru . Ia terpaksa membuat alasan agar mamanya tidak menyelidiki lebih lama lagi.
“Baik –baik, kamu bahkan tidak menawari Mama minum, padahal sudah jauh-jauh datang kesini . Pastikan kamu memecat wanita itu . Jangan sampai terjadi kesalahan lagi, kamu mengerti? Kakinya melangkah meninggalkan apartemen mewah milik Anaknya.
Suasana hening. Rara sejak drama jatuh tadi, masih dalam kamar , tidak keluar saat ada mama Bastian.
Tok ... tok ...!
Bastian memanggil Rara keluar, Rara keluar dari kamar dan menuju dapur, membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa buah apel untuk dipotong, masih dalam aksi diam, Bastian mengikuti dan duduk.
“Kamu tidak bertanya siapa yang tadi?” tanya Bastian, ingin Rara perduli padanya.
“Untuk apa bertanya, lu sudah panggil dengan sebutan mama berarti mama kamu," ucap Rara acuh,
“Kamu marah?" tanya Bastian menatap wajah cuek Rara.
“Apa hak gue untuk marah? bukan urusan gue. Hanya, kesal karena lu sudah mengerjai ku dua kali dalam satu hari ini.Dada gue masih sakit karena lo tibanin," ujar Rara dengan mata melotot.
“Kok kamu galak sih menakutkan ." Bastian menarik kursi menjauh dari Rara.
“Jangan coba –coba mengerjai gue seperti itu, lagi iye , elo bukan tandingan gue, bocah!"
“ Jangan panggil aku bocah, aku sudah bilang, bocah, bocah!" Bastian kesal lagi. “Bocah tidak akan berani melakukan ini, kamu tau gak!" Bastian mendekat dan mendorong tubuh Rara ke kulkas menekan kedua tangannya terlentang.
“Apa yang lu lakukan?” Kata Rara mendorong tubuh Bastian
Dengan sekejap, bibir Ara sudah dilumat habis oleh Bastian, entah keberanian dari mana ia dapatkan berani melakukannya pada wanita yang lebih tua darinya.
“Ummm ...." Rara berontak dan mendorong dada Bastian.
Bastian melepaskannya dan pergi melambaikan telapak tangannya dari belakang kepala, dengan gaya santai,
tentu saja Rara marah mendapat perlakukan kurang ajar seperti itu.
“Eeeh, bocah! Apa yang lo lakukan? gue ini, tantemu. Gak sopan sama orang tua, lo harus banyak belajar dulu, bagaimana cara ciuman," ujar Rara meledek Bastian ia marah dan merasa sangat kesal, karena lagi-lagi Bastian mencuri satu ciuman darinya.
“Dengar iya, suatu saat aku akan memberimu pelajaran . Kamu akan minta nambah terus padaku, kalau sudah tau bagaimana perkasanya aku," ucap Bastian.
“Gue tidak akan melakukan itu , gue punya standar yang tinggi untuk temanku berbagi kehangatan. Gue suka terong dari pada timun kecil, kayak punya lu!" Teriaknya, Rara benar-benar membuatnya merasa seperti dibakar.
Bastian, sontak memegang aset pribadinya, ketika Rara menyebut Terong Vs timun kecil, ia semakin marah dan terlihat sangat kesal saat Rara meledek semua apa yang ada pada tubuhnya.
" Ckkk, dasar wanita sialan," ujarnya kesal.
Ia meninggalkan Rara di dapur yang masih tertawa terkekeh.
Rara merasa puas melihat Bastian kesal. Kali ini ia merasa menang lagi, karena Bastian selalu kalah berdebat dengannya
Bersambung .....
Bantu Vote dan like dan kasih komentar kakak agar Viwersnya Naik .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments