Kriiing ...! Kriiing...!
Rara mengumpat kesal, ketika lagi serius menonton ada yang menelepon, padahal ia lagi menghayal di peluk oppa Leminho.
“Ckk ... siapa sih." Rara mendumal kesal.
“Halo siapa?” tanya Rara.
“Rara turun bentar, ini gue Rio," jawab seseorang di ujung telepon.
“kenapa?"
“Lu turun, kalau gak gue akan dapat masalah besar," ucap Rio petugas keamanan apartemen yang membawanya kerja.
“Ok gue turun." Rara menutup telepon.
Mario, teman Rara waktu kecil dari SD sampai SMP, Lelaki berbadan tegap itu terlihat sangat cemas.
“Kenape muke lou kayak kaos kering."
“Lu gimana sih Ra, kan, gue uda bilang lu ntuh kudu hati-hati," dengan (logat bahasa betawi yang kental)
“Emang Gue kenape? Perasaan ...Gue ngak ngape-ngapae dah...."
“Iye, barusan Pak Bastian telepon ke kantor, minta nomer gue. Dia nelpon suruh bawa Lu keluar dari apartemennya."
"Lah emang gue ngapain?" Hara menatap tajam.
“lu di liat dari camera pengawas di kamarnya lagi pegang semua barang-barang, die. Paham Lu!"
“Oh iyeee, ada camera." Rara nyengir, bagai kuda nil.
“Iyeee, kan, gue dah bilangin, sebelumnya ame Lu, kudu, hati-hati, ini semua kawasan orang kaye.
“Lah sory gue gak tau, Bro."
“Uda ayo keluar dari sana, dari pada ntar masalah besar.
“Eiiit jangan begitu, gue mau ketemu sendiri sama orangnya , kudu ngomong yang jelas sama tu orang, enak aja suruh gue keluar."
“Rara, kagak usah cari masalah sama itu orang, Lu kagak mampu, mending keluar dari sana, udah," ujar Rio.
"Gue kagak maulah, tenang saja ... Gue, mau urus semuanya, berikan sedikit informasi tentang dia."
"Dengar Rara, Gue gak mau kehilangan pekerjaan, entar bini ame anak gua mau makan apa?"
"Tenang aja bro, bisa gue urus," ujar Rara bersemangat.
Ia memutar otaknya, bagaimana caranya supaya, tidak dikeluarkan hanya karena hal sepele itu. Menurut Rara memegang barang orang lain, hanya hal biasa, asalkan tidak ada niat untuk mencuri.
Tetapi untuk seorang Bastian, itu sesuatu hal yang tidak bisa dimaafkan,
Bastian berpikir, ia akan terkena; bakteri, kuman, virus, karena sentuhan itu.
Sepanjang perjalan pulang, lelaki berkulit putih bersih itu, sudah memikirkan akan segera mengusir Rara, menilai wanita itu lancang dan terlalu berani menyentuh barang-barang miliknya.
Setelah dua hari kerja di luar kota kota, Bastian akhirnya pulang ke apartemen.
Saat tiba di pintu kamar apartemen, ia menempelkan card untuk membuka pintu itu, niatnya ingin memergoki Rara, sengaja tidak menekan bel agar ia menangkap basah wanita yang bekerja di apartemennya.
Kreeek ....
Pintu berdeciit dan terbuka, Namun, tiba-tiba hidungnya di sambut wangi yang sangat enak, lalu Bastian mengendus-endus kan hidung nya.
Wangi lavender dari lantai yang baru saja dipel Rara. Ruangan itu bersih dan bau dari dapur menggungah seleranya juga.
'Bau harum apa itu? Bikin lapar' Bastian membatin, lalu mengikuti arah ke dapur.
Rara masak spaghetti di dapur, bau bawang goreng seakan-akan menari di arah penciumannya.
“Eh, Pak Bastian! selamat datang kembali Pak, kebetulan, ini masih panas." Rara sengaja menata masakannya secantik mungkin, melihatnya saja, sudah membuat cacing di perut lelaki berwajah tampan itu, berteriak meminta makan.
Bastian menjaga gengsinya, ia sengaja menolaknya, karena niatnya akan memecat Rara, tetapi saat ia tiba semuanya buyar.
Apa yang dipikirkan sangat berbeda, tadinya ia berpikir Rara akan tidur-tiduran dan malas-malasan seperti yang ia lihat dalam cctv di ponsel, yang terhubung ke apartemen.
Tetapi berbeda saat ini, rumahnya sangat bersih.
"Saya sudah makan," ujar Bastian, lalu ia masuk dalam kamarnya, tetapi Rara tidak mau kehilangan akal otak liciknya berpikir cepat.
Tapi beberapa menit kemudian Bastian keluar dari kamarnya, masih menggunakan pakaian yang ia kenakan saat datang.
Rara menyibukkan diri mengerjakan apa saja yang bisa ia kerjakan, ia bersikap sangat rajin.
“Saya ingin bicara sama Ibu,"ucap Bastian tegas, ia duduk di sofa dengan tangan berlipat di dada
“Baik Pak” Rara duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Begini Bu, sesuai kesepakatan kita. Saya tidak suka barang-barang milik saya, disentuh orang lain.
Rara masih mempertahankan sikap tenang, ia sudah mempersiapkan diri sebelumnya.
“Baik Pak, boleh saya bicara?"
“Silahkan ....!"
“Pertama, saya sangat mengingat aturan Bapak, karena itu saya tidak ingin melakukan kesalahan,"ujarnya, bicara formal layaknya seorang bawahan.
“Ibu jangan mencari alasan, saya sudah melihat semuanya, Ibu tidak tau, kan, ruangan ini dipasang cctv," ucap Bastian.
“Mungkin Pak Bastian salah melihat, Saya benar-benar tidak melakukan apa-apa, hanya memasuki ruang fitness untuk membersihkannya," kilah Rara, membuat alasan.
“Kalau memang ruangan ini dipasang cctv, Bapak boleh kok melihatnya lagi."
Bastian bagun dari tempat duduknya, melakukan apa yang dikatakan Rara.
Tetapi tiba- tiba segala rekaman hari itu tidak ada, hilang begitu saja,
Bastian tidak tahu, wanita yang ia pikir ibu-ibu itu, seorang lulusan Tehnik Informatika. Mengotak- atik computer milik lelaki itu hal kecil untuknya.
Rara sudah menghapus rekaman dan membuat cerita yang baru di dalamnya, melakukan pekerjaan yang benar pada waktu yang sama.
Bukan hanya itu yang ia kerjakan, Rara juga sudah mempersiapkan diri agar tidak diusir dari apartemen.
'Apa yang terjadi?' kenapa semuanya jadi berubah?' Bastian membatin dengan raut wajah bingung.
"Mungkin saat itu bapak capek makanya salah melihat"
"Masa sih?" Bastian mengarungi-garuk kepalanya yang tidak gatal, jelas sekali terlihat ada kebingungan di wajah tampannya.
"Sudah lupakan, Pak Bastian pasti lapar, ini saya sudah masak spaghetti." Rara, meletakkan satu piring di atas meja kecil di depan Bastian.
Satu kebetulan karena ia juga sangat lapar, melihat tampilannya sudah membuatnya bertambah lapar, tidak ada waktu untuk menolak.
Rara menyalakan televisi, membawa semangkok cemilan dan beberapa botol bir, Bastian masuk jebakan Rara, ia meminum lebih banyak dari Rara, hingga ia mulai hilang konsentrasi dan hilang kesadaran, Rara menyodorkan satu lembar kontrak kerja, tidak bertanya untuk apa ia menandatanganinya.
Benar kata Mario, ia punya masalah besar pada namanya minuman keras, Bastian kalau sudah mabuk, ia bukan dirinya lagi, ia bertindak gila membuka pakaiannya di depan Rara, bernyanyi dan mengoceh tidak jelas.
**
Pukul 06.00
Apartemen,
"Aaaah ... leherku sakit," ucap Bastian membalikkan tubuhnya.
Wajahnya panik dan pucat karena ada Rara pembantunya juga tidur terlelap di sampingnya, satu ranjang dengannya.
Bastian, tiba-tiba merasa mual, seorang pembantu tidur di kamarnya
“Apa aku melakukanya tadi malam? sial mati aku." Bastian panik,
kepalanya masih merasa sangat pusing karena terlalu banyak minum tadi malam, paling gilanya lagi; Bastian tidak mengenakan satu pun pakaian dalam tubuhnya
Bastian menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya, mata membulat panik
“Ah ... sial!” teriaknya
Ia berlari ke kamar mandi, tangannya menggaruk kepalanya dengan kasar. Ia tidak bisa mengingat apapun kejadian tadi malam.
Bastian duduk lemas di lantai marmer berwarna coklat, pikirannya dipenuhi pertanyaan, aneh tidak satupun yang punya jawaban.
'Bagaimana jadinya kalau Bu Rara yang seumuran dengan ibuku, memintanya bertanggung jawab'
Tiba-tiba ia merasa perutnya berguncang, ia muntah, karena merasakan gejolak dalam dalam dadanya dan otaknya.
Hampir satu jam ia berada dalam kamar mandi, sementara Rara sudah keluar dari kamar.
“Bagaimana ini?" Bastian mondar-mandir bagai gangsing rusak, memikirkan kejadian tadi malam, membuatnya ingin menghilang dan tidak ketemu dengan Rara.
Setelah berpakaian rapi, ia keluar dengan cara mengendap-endap, agar tidak bertemu Rara.
Ia berjalan berjinjit ingin keluar dari kamarnya.
“Selamat pagi Pak Bastian," sapa Rara
dari dapur, membuatnya merinding.
"Duduklah di sini pak, saya sudah menyiapkan minuman yang bisa menghilangkan rasa mabuk, mari kita bicara," ujar Rara
Tidak ada pilihan, dengan berat hati mengikutinya, Bastian duduk di meja makan di kabinet dapur, kedua alis menyengit bingung.
Saat melihat Rara Wanita yang berbeda dari yang pertama ia lihat kemarin. Rara yang Ia terima kemarin seorang ibu-ibu yang seumuran ibunya.
Tetapi wanita yang di lihatnya saat ini seorang wanita dewasa yang berpenampilan sangat santai, dengan celana Jeans Hot pants yang memperlihatkan seluruh pahanya.
Rara tidak putih, tapi kulitnya manis bersih. Bajunya kemeja kotak- kotak, dengan lengan baju yang digulung sampai ke sikutnya.
“Siapa kamu? Wajah Bastian bingung dengan mata menyelidikinya, wanita yanga berbeda dirumahnya.
“Duduklah Pak Bastian dan minum madu lemon nya, agar kita bisa bicara, anda punya masalah besar dengan namanya minuman keras," ucap Ara dengan santai.
Bersambung ....
Bantu vote like iya kakak agar ceritanya berlanjut. Yakin, akan sangat menghibur dengan kelakuan si Rara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Elvi Nopricha
calvin itu beneran anak nya rara thor gmna bisa
2023-02-25
1
Ottee
makin seru kaa ndaa kalah sama yang sebelumnya misteri Rara punya anak itu anaknya sopo toh...Rara kabur ndaa kepikiran anaknya kah hehe
2021-08-29
0
Merry Dara Santika
Lanjut lagi
2021-08-29
1