Saat Majikan dan Pembantu Bertengkar.

“Siapa kamu?” wajah Bastian heran melihat wanita yang berbeda yang ada dirumahnya.

“Duduklah pak Bastian dan minum madu lemon nya, agar kita bisa bicara anda punya masalah besar dengan namanya minuman

“Saya bertanya siapa kamu?" Suaranya meninggi, melihat ada orang asing di rumahnya.

“Ok. Perkenalkan nama saya Rara winarti, orang yang kamu terima kerja beberapa hari yang lalu," ucap Hara dengan gaya yang amat santai.

“Tunggu, tunggu .... Maksudmu Bu Rara adalah kamu?" tanya Bastian dengan kening berkedut.

“Iya”

“Siapa kamu sebenarnya, apa yang kamu rencanakan, kenapa kamu tiba-tiba berubah wujud?"

"Berubah wujud? Lu pikir gue alien apa, bisa berubah bentuk," ucap Rara, sikap aslinya keluar, gaya bicara yang cuek.

“Gue, ingin tetap kerja di rumah ini, Pak Bastian, gue butuh pekerjaan," ujar Rara tanpa basa-basi lagi.

“Aku tidak mau, kamu mau apa?" Bastian balik menantang.

“Bapak hanya ada dua pilihan; pertama, gue bekerja di sini dan semuanya akan baik –baik saja. Tapi kalau Bapak tidak mau kita tinggal pergi ke kantor polisi," ucap Rara santai.

“Apa kamu menjebak ku?”

Wajah Bastian mengeras dan hampir meledak, bukan Rara namanya, kalau tidak bisa menjinakkan laki-laki itu.

Wajahnya tenang, tidak ada rasa takut, duduk dengan gaya absurd nya, kakinya diangkat satu di atas kursi, mirip orang lagi duduk di warung kopi, alis Bastian menyengit, heran melihat gaya wanita yang di depannya.

“ Iyeee ... tidak ada yang menjebak mu, Pak Bastian, Bapak, menerima gue kerja di sini. Tapi ... melakukan tadi malam, kita bisa ke kantor polisi untuk hal itu."

“A-a-apa terjadi tadi malam, Kamu ....?”

Iya”

“Apa yang sudah saya lakukan.”

“Bapak, benar-benar lelaki yang jahat ternyata, melakukannya padaku tadi malam" Rara menggeleng, pura-pura sedih.

“Ja-jadi kamu ingin saya bertanggung jawab?" Bastian menyeka keringat di keningnya.

“Iye tentu, buktinya ada padaku, rekamannya ada padaku," ujar Rara.

“Jadi kamu ingin aku melakukan apa? Menikahi mu?"

“Sory, gue uda punya anak. Lu, bukan tipe laki-laki idaman gue."

Mata Rara melihat dengan tatapan seperti menyelidiki dan mengintimidasi Bastian.

“Apaaa? Kamu merendahkan saya?”

“Gue, hanya ingin bekerja di sini, dan tidak meminta pertanggungjawaban," ujar Rara masih dengan gayanya yang cuek.

'Aneh, baru kali ini saya di tolak wanita, apalagi wanitanya, kayak beginian' Bastian membatin.

**

Kerja keras untuk tetap tinggal di rumah itu berhasil. Terjadilah kesepakatan di antara mereka berdua, Rara tetap bekerja di apartemen Bastian, tetapi dengan syarat melupakan semua masalah malam itu. Rencana Rara akhirnya berhasil, rencana licik yang ia rencanakan agar bisa tetap bekerja di rumah Bastian

Sebelumnya. Ia sudah mencari informasi semua tentang Bastian Salim, apa yang boleh dan apa tidak boleh, dimulai dari wangian, dengan pengharum ruangan kesukaan yang di sukai Bastian, makanan kesukaannya spaghetti, dan minuman keras bisa membuatnya melupakan apa yang terjadi dan hilang kesadaran.

Rekaman cctv yang ia edit, seolah-olah ia melakukan perbuatan yang tidak senonoh padanya, semua dikerjakan sendiri dan akhirnya berhasil.

Dalam berkas kontrak kerjanya, ia bekerja selama dua tahun di Apartemen milik Bastian, dan tidak boleh dipecat dengan alasan apapun

Rara merasa di atas angin saat itu, akhirnya ia bisa lepas dari keluarganya, bersembunyi di apartemen mewah milik Bastian. Ia yakin, mereka tidak akan menemukanya. asal Mario temanya tidak memberitahukan keberadaanya pada keluarganya.

*

Hari itu, Bastian sengaja pulang ke rumah lebih awal, Ia merasa kalau ia dikerjai sama wanita itu, Bastian merasa tidak tenang.

Ia paling benci menerima kekalahan, tetapi apes buatnya karena tidak bisa mengingat sedikitpun tentang kejadian itu, itulah dirinya, minuman musuh terbesarnya.

Seperti kebiasaannya, Ia membuka pintu, tapi tidak bisa, akhirnya Ia menekan tombol bel

“Kenapa Pintunya dikunci dari dalam." Bastian menekan-nekan bel dengan sikap tidak sabar,

“Takut Lu pulang, main masuk tidak memberitahu dulu ” Jawab Ara lagi-lagi dengan gaya juteknya.

Mendengar alasan itu, Bastian terkejut pada wanita yang bekerja untuknya, Karena pemakaian kata 'lu, gue' untuk seorang majikan,

“Apaaa? ini, kan rumahku, kenapa harus bilang sama kamu!” Protesnya dengan ketus.

“Gue, kan, wanita kalau lu macam-macam bagaimana?”

“Aaais." Bastian mendengus seperti , kuda nil, lalu menatapnya Rara dengan tatapan tajam,

“Dengar, ya Tante, kamu bukan tipe saya, saya tidak suka wanita tua, seperti kamu."

“ Baguslah, Lu juga bukan tipe gue, gue suka orang yang kuat, bukan yang lettoi kayak Lu," ujar Rara membalas hinaan Bastian.

“Apa, kamu meragukan kejantananku?"

“Ckkk, punya Lu kecil, kagak berasa lah," ucap Rara dengan acuh dan sikap bodoh amat.

“Haaa?" Bastian melongo

'Apa maksudnya menghinaku seperti itu, apa malam itu ... ah, dasar wanita sialan' ucapnya dalam hati.

Bastian kesal karena baru kali ini ia dihina seorang wanita seperti itu, kalau biasanya ia selalu di puja bagai titisan Dewa Arjuna, karena ketampanannya, tetapi, saat ini seorang wanita bahkan tidak menatapnya.

"Sialan!" ucap Bastian marah, ia melempar bantal sofa yang ia duduki.

“Lu yang sialan." balas Rara balik melempar bantal

“Lu itu pembantu di rumahku, Tapi kamu tidak ada sopan santunnya!"

“Pembantu juga manusia, sama kayak lu, sama-sama makin nasi, Lu mati besok paling juga dikubur, Jadi, jangan sombong," ucap Rara menatap tajam.

“Kok, jadi kamu yang lebih marah sih?"

"Malas berdebat sama lelaki kayak Lu yang ... ah, sudahlah," ucap Rara meninggalkan Bastian dan masuk kamar, sengaja menggantung kalimatnya, hal itu memancing kemarahan Bastian, wajahnya memerah tangan terkepal kuat.

"Dasar wanita gila!" teriaknya marah.

Mulai saat itu, konflik antara keduanya dimulai, tidak ada batas lagi antara majikan dan asisten rumah tangga, "

Lu jual gue beli,"

Prinsip preman ala Rara, yang tidak mau direndahkan oleh siapapun.

Sejak saat itu, selalu ada kehebohan di apartemen milik Bastian, saling mengerjai satu sama lain, dan saling membalas

*

Sebulan kemudian,

Pukul 06:00 WiB

Seperti biasa, Bastin sudah melakukan kegiatan olahraga.

Pagi itu, lagi-lagi Rara malas untuk bangun, ia sudah sempat bagun, tetapi rasa mengantuk nya lebih kuat dari pada keinginannya, mengerjakan kewajibannya menyiapkan serapan pagi untuk majikanya.

“ Hei ... Bangun," teriak Bastian dari balik gorden di depan balkon, ”Gila ni orang, uda diteriakin belum juga bangun, ini sudah jam berapa?"

Rara tidak menggubris, malah menarik selimut dan menutup tubuhnya.

Bastian datang ke kamar Rara, kerena kesal, membuka kamar Rara membawa segelas air, mengguyur wajahnya.

Byuuur ….

“Aaaah! hujan ...," teriak Rara panik dan terduduk.

“Ya, hujan, hujan," kata Bastian ketawa melihat kepala Rara yang basah kuyup.

“Aaah dasar, aku basah!" Ara berteriak kesal

“Makanya bagun, buatin aku serapan," ucap Bastian

“Baiklah, baiklah aku bangun," ucap Rara, tetapi dalam otak Rara hanya ada satu pembalasan atas perlakuannya.

Rara, masuk ke kamar mandi membasuh wajahnya, kebetulan di bawah kakinya melintas kecoa.

Ia sudah tau kalau Bastian orang yang takut pada binatang merayap, termasuk kecoa dan sebangsanya, Rara memungutnya dan keluar membawanya ke dapur,

melemparkannya kearah Bastian

"Eeeh, ada kecoa ..." ucap Rara dengan wajah santai.

Seperti melihat setan, Bastian melompat ketakutan dan bahkan berakhir di atas meja makan.

Ia memang benar-benar takut, sebagai lelaki pencinta kebersihan, ia sangat membenci binatang menjijikan itu, bukan takut sebenarnya, tetapi Jijik dan geli, ia terus bergelidik merasakan bulu kuduknya merinding. Tubuhnya masih bertengger di atas meja makan,

Untung meja makannya terbuat dari kayu mahoni yang kokoh. Kalau saja itu itu dari kaca, sudah hancur.

“Ah, siaaalan, singkirkan binatang sialan ini," teriak Bastian, ia meneriaki Rara, wanita itu bersikap bodoh dan cuek, pura-pura tidak mendengar

”Eh, singkirkan itu.

eh tante, hei budek ... Rara!" segala nama ia sebutin untuk memangil Rara.

“Oh, panggil gue." Ia berjalan melenggang-lenggong mendekat dan memungut kecoak, tanpa ada rasa takut, tidak ada rasa jijik dan takut pada Rara.

Bastian melihatnya dengan raut wajah menahan geli.

“Eh, ckk, menjijikkan," ucap Bastian mengedikkan pundaknya, Rara menyingkirkannya dan mencuci tangan.

“Bu, kamu tidak takut? hei Bu, saya bertanya padamu."

Rara merasa kesal

“Ba, Bu, Bi, Emang gue Ibu lu, apa?" Ia membentak Bastian

“Terus, saya harus panggil apa dong?”

Emang situ sudah terlihat tua, kan,? wajar dong saya panggil Ibu, dari pada saya panggil, Babu." Bastian memajukan bibirnya meledek Rara.

“Baiklah Bocah, terserah Lu deh, anak mami kayak Lu mah ... bebas," ujar Rara membalas, kuping Bastian panas mendengarnya.

“Kok, panggil bocah, memang saya anak kecil, apa?”

“Badan Lu emang tidak kecil, tapi burung lu yang kecil, jadi Lu pantas dipanggil anak kecil," ucap Rara, memancing Bastian marah.

“Sialan ni orang!" Wajah Bastian memerah, karena direndahkan.

Bastian, berpikir baru satu bulan bekerja, Rara sudah terlalu berani padanya.

Ia ingin mengeluarkan Rara dari rumahnya, tetapi sayang, tidak tahu caranya, karena ia sudah terlanjur menada tangani surat kontrak kerja.

Kriiing ...! Kriiing...!

Rara mengumpat kesal, ketika lagi serius menonton ada yang menelepon, padahal ia lagi menghayal di peluk oppa Leminho.

“Ckk ... siapa sih." Rara mendumal kesal.

“Halo siapa?” tanya Rara.

“Rara turun bentar, ini gue Rio," jawab seseorang di ujung telepon.

“kenapa?"

“Lu turun, kalau gak gue akan dapat masalah besar," ucap Rio petugas keamanan apartemen yang membawanya kerja.

“Ok gue turun." Rara menutup telepon.

Mario, teman Rara waktu kecil dari SD sampai SMP, Lelaki berbadan tegap itu terlihat sangat cemas.

“Kenape muke lou kayak kaos kering."

“Lu gimana sih Ra, kan, gue uda bilang lu ntuh kudu hati-hati," dengan (logat bahasa betawi yang kental)

“Emang Gue kenape? Perasaan ...Gue ngak ngape-ngapae dah...."

“Iye, barusan Pak Bastian telepon ke kantor, minta nomer gue. Dia nelpon suruh bawa Lu keluar dari apartemennya."

"Lah emang gue ngapain?" Hara menatap tajam.

“lu di liat dari camera pengawas di kamarnya lagi pegang semua barang-barang, die. Paham Lu!"

“Oh iyeee, ada camera." Rara nyengir, bagai kuda nil.

“Iyeee, kan, gue dah bilangin, sebelumnya ame Lu, kudu, hati-hati, ini semua kawasan orang kaye.

“Lah sory gue gak tau, Bro."

“Uda ayo keluar dari sana, dari pada ntar masalah besar.

“Eiiit jangan begitu, gue mau ketemu sendiri sama orangnya , kudu ngomong yang jelas sama tu orang, enak aja suruh gue keluar."

“Rara, kagak usah cari masalah sama itu orang, Lu kagak mampu, mending keluar dari sana, udah," ujar Rio.

"Gue kagak maulah, tenang saja ... Gue, mau urus semuanya, berikan sedikit informasi tentang dia."

"Dengar Rara, Gue gak mau kehilangan pekerjaan, entar bini ame anak gua mau makan apa?"

"Tenang aja bro, bisa gue urus," ujar Rara bersemangat.

Ia memutar otaknya, bagaimana caranya supaya, tidak dikeluarkan hanya karena hal sepele itu. Menurut Rara memegang barang orang lain, hanya hal biasa, asalkan tidak ada niat untuk mencuri.

Tetapi untuk seorang Bastian, itu sesuatu hal yang tidak bisa dimaafkan,

Bastian berpikir, ia akan terkena; bakteri, kuman, virus, karena sentuhan itu.

Sepanjang perjalan pulang, lelaki berkulit putih bersih itu, sudah memikirkan akan segera mengusir Rara, menilai wanita itu lancang dan terlalu berani menyentuh barang-barang miliknya.

Setelah dua hari kerja di luar kota kota, Bastian akhirnya pulang ke apartemen.

Saat tiba di pintu kamar apartemen, ia menempelkan card untuk membuka pintu itu, niatnya ingin memergoki Rara, sengaja tidak menekan bel agar ia menangkap basah wanita yang bekerja di apartemennya.

Kreeek ....

Pintu berdeciit dan terbuka, Namun, tiba-tiba hidungnya di sambut wangi yang sangat enak, lalu Bastian mengendus-endus kan hidung nya.

Wangi lavender dari lantai yang baru saja dipel Rara. Ruangan itu bersih dan bau dari dapur menggungah seleranya juga.

'Bau harum apa itu? Bikin lapar' Bastian membatin, lalu mengikuti arah ke dapur.

Rara masak spaghetti di dapur, bau bawang goreng seakan-akan menari di arah penciumannya.

“Eh, Pak Bastian! selamat datang kembali Pak, kebetulan, ini masih panas." Rara sengaja menata masakannya secantik mungkin, melihatnya saja, sudah membuat cacing di perut lelaki berwajah tampan itu, berteriak meminta makan.

Bastian menjaga gengsinya, ia sengaja menolaknya, karena niatnya akan memecat Rara, tetapi saat ia tiba semuanya buyar.

Apa yang dipikirkan sangat berbeda, tadinya ia berpikir Rara akan tidur-tiduran dan malas-malasan seperti yang ia lihat dalam cctv di ponsel, yang terhubung ke apartemen.

Tetapi berbeda saat ini, rumahnya sangat bersih.

"Saya sudah makan," ujar Bastian, lalu ia masuk dalam kamarnya, tetapi Rara tidak mau kehilangan akal otak liciknya berpikir cepat.

Tapi beberapa menit kemudian Bastian keluar dari kamarnya, masih menggunakan pakaian yang ia kenakan saat datang.

Rara menyibukkan diri mengerjakan apa saja yang bisa ia kerjakan, ia bersikap sangat rajin.

“Saya ingin bicara sama Ibu,"ucap Bastian tegas, ia duduk di sofa dengan tangan berlipat di dada

“Baik Pak” Rara duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Begini Bu, sesuai kesepakatan kita. Saya tidak suka barang-barang milik saya, disentuh orang lain.

Rara masih mempertahankan sikap tenang, ia sudah mempersiapkan diri sebelumnya.

“Baik Pak, boleh saya bicara?"

“Silahkan ....!"

“Pertama, saya sangat mengingat aturan Bapak, karena itu saya tidak ingin melakukan kesalahan,"ujarnya, bicara formal layaknya seorang bawahan.

“Ibu jangan mencari alasan, saya sudah melihat semuanya, Ibu tidak tau, kan, ruangan ini dipasang cctv," ucap Bastian.

“Mungkin Pak Bastian salah melihat, Saya benar-benar tidak melakukan apa-apa, hanya memasuki ruang fitness untuk membersihkannya," kilah Rara, membuat alasan.

“Kalau memang ruangan ini dipasang cctv, Bapak boleh kok melihatnya lagi."

Bastian bagun dari tempat duduknya, melakukan apa yang dikatakan Rara.

Tetapi tiba- tiba segala rekaman hari itu tidak ada, hilang begitu saja,

Bastian tidak tahu, wanita yang ia pikir ibu-ibu itu, seorang lulusan Tehnik Informatika. Mengotak- atik computer milik lelaki itu hal kecil untuknya.

Rara sudah menghapus rekaman dan membuat cerita yang baru di dalamnya, melakukan pekerjaan yang benar pada waktu yang sama.

Bukan hanya itu yang ia kerjakan, Rara juga sudah mempersiapkan diri agar tidak diusir dari apartemen.

'Apa yang terjadi?' kenapa semuanya jadi berubah?' Bastian membatin dengan raut wajah bingung.

"Mungkin saat itu bapak capek makanya salah melihat"

"Masa sih?" Bastian mengarungi-garuk kepalanya yang tidak gatal, jelas sekali terlihat ada kebingungan di wajah tampannya.

"Sudah lupakan, Pak Bastian pasti lapar, ini saya sudah masak spaghetti." Rara, meletakkan satu piring di atas meja kecil di depan Bastian.

Satu kebetulan karena ia juga sangat lapar, melihat tampilannya sudah membuatnya bertambah lapar, tidak ada waktu untuk menolak.

Rara menyalakan televisi, membawa semangkok cemilan dan beberapa botol bir, Bastian masuk jebakan Rara, ia meminum lebih banyak dari Rara, hingga ia mulai hilang konsentrasi dan hilang kesadaran, Rara menyodorkan satu lembar kontrak kerja, tidak bertanya untuk apa ia menandatanganinya.

Benar kata Mario, ia punya masalah besar pada namanya minuman keras, Bastian kalau sudah mabuk, ia bukan dirinya lagi, ia bertindak gila membuka pakaiannya di depan Rara, bernyanyi dan mengoceh tidak jelas.

**

Pukul 06.00

Apartemen,

"Aaaah ... leherku sakit," ucap Bastian membalikkan tubuhnya.

Wajahnya panik dan pucat karena ada Rara pembantunya juga tidur terlelap di sampingnya, satu ranjang dengannya.

Bastian, tiba-tiba merasa mual, seorang pembantu tidur di kamarnya

“Apa aku melakukanya tadi malam? sial mati aku." Bastian panik,

kepalanya masih merasa sangat pusing karena terlalu banyak minum tadi malam, paling gilanya lagi; Bastian tidak mengenakan satu pun pakaian dalam tubuhnya

Bastian menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya, mata membulat panik

“Ah ... sial!” teriaknya

Ia berlari ke kamar mandi, tangannya menggaruk kepalanya dengan kasar. Ia tidak bisa mengingat apapun kejadian tadi malam.

Bastian duduk lemas di lantai marmer berwarna coklat, pikirannya dipenuhi pertanyaan, aneh tidak satupun yang punya jawaban.

'Bagaimana jadinya kalau Bu Rara yang seumuran dengan ibuku, memintanya bertanggung jawab'

Tiba-tiba ia merasa perutnya berguncang, ia muntah, karena merasakan gejolak dalam dalam dadanya dan otaknya.

Hampir satu jam ia berada dalam kamar mandi, sementara Rara sudah keluar dari kamar.

“Bagaimana ini?" Bastian mondar-mandir bagai gangsing rusak, memikirkan kejadian tadi malam, membuatnya ingin menghilang dan tidak ketemu dengan Rara.

Setelah berpakaian rapi, ia keluar dengan cara mengendap-endap, agar tidak bertemu Rara.

Ia berjalan berjinjit ingin keluar dari kamarnya.

“Selamat pagi Pak Bastian," sapa Rara

dari dapur, membuatnya merinding.

"Duduklah di sini pak, saya sudah menyiapkan minuman yang bisa menghilangkan rasa mabuk, mari kita bicara," ujar Rara

Tidak ada pilihan, dengan berat hati mengikutinya, Bastian duduk di meja makan di kabinet dapur, kedua alis menyengit bingung.

Saat melihat Rara Wanita yang berbeda dari yang pertama ia lihat kemarin. Rara yang Ia terima kemarin seorang ibu-ibu yang seumuran ibunya.

Tetapi wanita yang di lihatnya saat ini seorang wanita dewasa yang berpenampilan sangat santai, dengan celana Jeans Hot pants yang memperlihatkan seluruh pahanya.

Rara tidak putih, tapi kulitnya manis bersih. Bajunya kemeja kotak- kotak, dengan lengan baju yang digulung sampai ke sikutnya.

“Siapa kamu? Wajah Bastian bingung dengan mata menyelidikinya, wanita yanga berbeda dirumahnya.

“Duduklah Pak Bastian dan minum madu lemon nya, agar kita bisa bicara, anda punya masalah besar dengan namanya minuman keras," ucap Ara dengan santai.

Bersambung ....

Bantu vote like iya kakak agar ceritanya berlanjut. Yakin, akan sangat menghibur dengan kelakuan si Rara

Bersambung ....

Tolong bantu b Vote like Kakak agar viewers naik.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

lah kok ngilang lagi?

2024-06-14

0

Susana Sari

Susana Sari

wkwkwk 😁😁😁

2021-09-17

0

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

kocak pembatu kayak yang punya apertamen😂😂😂
semangat thoor

2021-08-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rara Winarti
2 Dipaksa menikah Dengan Duda
3 Pernikahan yang gagal
4 Melarikan diri dari rumah, bertemu Majikan tampan.
5 Dibuat mabuk demi sebuah kontrak kerja
6 Saat Majikan dan Pembantu Bertengkar.
7 Apa kamu ingin mencoba kejantananku?
8 Kemarahan yang berujung Hasrat
9 Aku minta maaf
10 Janda vs Bocah
11 Kalah Taruhan, majikan jadi pembantu
12 Kamu tidak cocok teman berbagi selimut
13 Terong ungu vs Timun kecil
14 Selalu kalah
15 Pura-pura Menangis
16 Minta ditraktir
17 Merasa dimanfaatkan
18 Kamu meminjam kartu kreditmu untuknya
19 Apa yang bisa aku bantu
20 Karena datang bulan
21 Kamu hanya seorang pembantu
22 Oma vs Rara
23 Dia bukan tipeku
24 Aku bukan bocah
25 Aku sudah dewasa dan mapan.
26 Kenapa dia hanya diam?
27 Saat teman-teman ikut mengerjainya
28 Apa dia wanitamu?
29 Minta izin untuk membawa anak
30 Anak yang pintar
31 Larangan Pulang ke rumah
32 Anakku alergi kacang sama seperti kamum
33 Aku hanya ingin nilai bagus dari anakmu
34 Tidak apa-apa licik yang penting berhasil
35 Alvin bertemu dengan oma Bastian
36 Aku tidak ingin Putraku masuk berita gosip
37 Kemarahan Ibu Bastian
38 Dipanggil Polisi
39 Bertengkar Dengan Rara
40 Rara galak bagai singa betina
41 Bekerjalah untukku
42 Jangan membenciku terlalu lama
43 Memancing kemarahan Bastian
44 Jangan mengusik hidup anakku
45 Terperangkap dalam jebakan sendiri
46 Menabur angin menuai badai
47 Marah karena apa?
48 Pengakuan saat mabuk
49 Menyimpan dalam hati
50 Apa kamu belum sunat Ken
51 Bastian Menghilang
52 Menolak Lamaran Bastian
53 Dua lelaki tampan
54 Merasa seperti ayah yang hebat
55 Cincin Berlian
56 Aku cemburu
57 Mendapat dukungan dari anak Rara.
58 Apa kamu sudah melamar Rara?
59 Putranya ikut diselidiki
60 Aku akan kurung kamu di kamar lalu aku panggil penghulu
61 Apa malam itu kamu meniduri ku?
62 Strategi Bastian mendapatkan Rara
63 Saat Rara lebih memilih uang dari pada Bastian
64 Bertemu kembali dengan Bastian
65 Cinta yang terluka
66 Anak yang menyatukan mereka kembali
67 Golongan darah yang sama
68 Saat hati harus memilih
69 Tolong menjauh dari hidupku
70 Cinta yang tulus
71 Saat Ken ingin menikahi Rara
72 Rara jadi rebutan
73 Wanita bermental baja
74 Saat Rara marah
75 Anggur jebakan
76 Gara-gara mabuk
77 Nikah dadakan
78 Menjadi seorang istri
79 Hotel
80 Ketiduran
81 Gagal lagi
82 Menolak bertemu
83 Yolanda
84 Bastian mengaku sudah menikah
85 Menyesal menikah
86 Dipaksa berpisah
87 Sebuah kebenaran
88 Dikira hidup bahagia ternyata meninggal
89 Kemarahan Ibu
90 Bukan Ibu Kandung
91 Keluar dari rumah sakit
92 Saat Ayah mengalami depresi
93 Menginap di hotel Ancol
94 Pilihan yang sulit
95 Masa kecil yang menyedihkan
96 Di rumah sakit
97 Memikul banyak masalah.
98 Kepergiannya kakek
99 Semakin menjauh setelah menikah
100 Mencari pelampiasan
101 Saat dia dijebak
102 Saat istri mengamuk
103 Merasa jijik melihat sang suami
104 Siapa yang menjebakmu?
105 Diajak cetak anak
106 Minum jamu penyubur rahim
107 Diurut biar cepat hamil
108 Menahan hasrat karena ditolak
109 Ajarin aku bagaimana untuk malam pertama
110 Susahnya mengucapkan sebuah kebenaran
111 Lingrei hitam
112 Melepaskan untuk suami
113 Malam Pertama
114 Satu rode lansung lemas
115 Ronde ke dua di kamar mandi
116 Siap menghadapi ibu mertua
117 Bersikap posesif
118 Cemburu pada sahabat
119 Cemburu tandanya cinta?
120 Ketagihan
121 Minta maaf ke rumah Rara.
122 Dipaksa pisah
123 Akan berjuang mempertahankan pernikahan
124 saling merindukan
125 Rencana mempertemukan dua keluarga
126 Ingin mempertemukan kedua keluarga
127 Ibu yang keras kepala
128 Masakan menantu
129 Ingin puasa bersama
130 Siapa yang menguntit anaknya?
131 Sholat tarawih bersama keluarga besar suami
132 Mukena berdarah
133 Memilih memaafkan di hari lebaran
134 Ujian saat berpuasa
135 Tidak ingin puasa gagal
136 Membuat alasan kepergok mertua
137 Meninggalkan rumah
138 Siasat busuk ibu mertua
139 Seperti ular berbisa
140 Satu tamparan keras untuk wanita penggoda
141 Panggilan baru untuk Bastian
142 Mantan Tunangan
143 Luka lama
144 Berani menghadapi masa lalu
145 Saat mantan datang menganggu
146 Rintangan makin sulit
147 Ibu mertua yang jahat
148 Melawan apa di tindas
149 Rencana besar untuk Ibu mertua
150 Kata-kata penambah semangat
151 Penghianatan ibu mertua
152 Menangkap para tikus berdasih
153 Dengan usaha keras
154 Berderet masalah sebelum masalah
155 Buaya darat tiba-tiba Jinak
156 Ada apa dengan Sukma
157 Rencana terselubng sang Ratu
158 Menyelam sambil minum air
159 Menjemput Calvin
160 Mencari kebenaran
161 Masuk perangkap
162 Mengungsikan keluarganya
163 Bertarung menggunkan otak
164 tumbangnya sang ratu
165 Mendadak Jinak
166 Hari pertama jadi ibu direktur
167 Balasan untuk suami tukang selingkuh
168 Kemana Bastian
169 Lebaran tanpa suami
170 Apa cinta yang tulus sebuah kesalahan
171 Berbadan dua 1
172 Calon buah hati
173 Kesedihan orang tua Rara
174 Usaha terakhir mencari suami
175 Usaha keras yang membuahkan hasil
176 Akhirnya Bastian dapat di hubungi
177 Bertemu Bastian
178 Bertemu Bastian 2
179 Permainan takdir
180 Karena sumpah di masa lalu
181 Rahasia koper tua
182 Rencana jahat Ratu pertama
183 Saat Rara mencari kebenaran
184 Rara pingsan saat kelelahan
185 Saat bertemu Bastian
186 Bertemu Bastian di rumah sakit
187 Bastian mencari kebenaran
188 Harta lebih berharga
189 Saat Bastian menolak keinginan ibunya
190 Rindu terhalang cemburu
191 Rara dalam bahaya
192 Bencilah aku biar kamu bisa pergi
193 Saat kebenaran mulai terungkap
194 Terungkap
195 Bastian gelap mata
196 Kecelakaan
197 Menyesal
198 Ada hikmah di balik masalah
199 Kekuatan Malaikat Kecil
200 Bastian keluar dari rumah sakit
201 Menang di pengadilan
202 Salah Paham
203 Malam yang panas.
204 Berlanjut
205 Wanita hamil seperti Ratu
206 Ngidam bohongan
207 Wanita hamil itu selalu benar
208 Tidak mudah memaafkan ibu mertua
209 Di Bandara
210 Tingkah Rara Bikin Kesal
211 Rumah baru untuk keluargaku
212 Mereka datang untuk siapa?
213 Aku akan selalu mengawasimu
214 Bawa Ibumu menjemputku
215 Saat anaknya di tolak,hatinya sakit
216 Hampir keguguran karena egois
217 Saat suamiku membenci anakku
218 Mandi Berdua
219 Menuntaskan permainan
220 Ada apa dengannya
221 Mengalami Babyblues
222 Memberi Pelajaran Untuk Pelakor
223 Saat Aisah Menentukan Pilihan
224 Cinta Ken Terhalang Restu
225 Firasat Buruk Rara
226 Menunggu Kedatangan Ibu Mertua
227 Ketika Nasib Buruk Datang
228 Rara Terluka Parah
229 Siapa Pelakunya
230 Bastian Mencari Pelakunya
231 Aku Hanya Ingin Bersamamu
232 Kemarahan Bastian
233 Kemarahan yang Salah Sasaran
234 Kehidupan Bastian di Penjara
235 Saat Rara Bangun dari Tidur Panjang
236 Kenyataan Pahit
237 Pelaku Sebenarnya
238 Keadilan untuk Rara
239 Saat Bastian Melarikan Diri
240 Persyaratan untuk Bebas
241 Ternyata Calvin Anakku
242 Ingin Menyelesaikan Permusuhan
243 Yolanda
244 Istriku Berarti Tanggung Jawabku
245 Membawa Rara Pergi
246 Ingin Menyembuhkan Dengan Caraku
247 Keputusan Kedua Orang Tua Mereka
248 Lelah Mencari Rara
249 Hidup Baru untuk Rara
250 Menikahinya Demi?
251 Demi Membatalkan Pernikahan Bastian
252 Identitas Baru untuk Rara
253 Aisah Pulang ke Tanah Air
254 Pertemuan Tak Terduga
255 Bertemu di Beijing
256 Merindukanmu
257 Akibat Salah Minum
258 Bersama lelaki Asing
259 Saat dia pulang
260 Siapa yang Melakukannya?
261 Saat Aisah Hamil
262 Dia Adalah Anakmu
263 Bertemu Dengan Sahabat
264 Ingin Tau Kebenaran
265 Bertemu Bastian
266 Keyakinan Bastian
267 Bastian Tahu Siapa Jenny
268 Saat Ia Balas Dendam
269 Akhirnya Semua Terungkap
270 Bersama untuk Selamanya
Episodes

Updated 270 Episodes

1
Rara Winarti
2
Dipaksa menikah Dengan Duda
3
Pernikahan yang gagal
4
Melarikan diri dari rumah, bertemu Majikan tampan.
5
Dibuat mabuk demi sebuah kontrak kerja
6
Saat Majikan dan Pembantu Bertengkar.
7
Apa kamu ingin mencoba kejantananku?
8
Kemarahan yang berujung Hasrat
9
Aku minta maaf
10
Janda vs Bocah
11
Kalah Taruhan, majikan jadi pembantu
12
Kamu tidak cocok teman berbagi selimut
13
Terong ungu vs Timun kecil
14
Selalu kalah
15
Pura-pura Menangis
16
Minta ditraktir
17
Merasa dimanfaatkan
18
Kamu meminjam kartu kreditmu untuknya
19
Apa yang bisa aku bantu
20
Karena datang bulan
21
Kamu hanya seorang pembantu
22
Oma vs Rara
23
Dia bukan tipeku
24
Aku bukan bocah
25
Aku sudah dewasa dan mapan.
26
Kenapa dia hanya diam?
27
Saat teman-teman ikut mengerjainya
28
Apa dia wanitamu?
29
Minta izin untuk membawa anak
30
Anak yang pintar
31
Larangan Pulang ke rumah
32
Anakku alergi kacang sama seperti kamum
33
Aku hanya ingin nilai bagus dari anakmu
34
Tidak apa-apa licik yang penting berhasil
35
Alvin bertemu dengan oma Bastian
36
Aku tidak ingin Putraku masuk berita gosip
37
Kemarahan Ibu Bastian
38
Dipanggil Polisi
39
Bertengkar Dengan Rara
40
Rara galak bagai singa betina
41
Bekerjalah untukku
42
Jangan membenciku terlalu lama
43
Memancing kemarahan Bastian
44
Jangan mengusik hidup anakku
45
Terperangkap dalam jebakan sendiri
46
Menabur angin menuai badai
47
Marah karena apa?
48
Pengakuan saat mabuk
49
Menyimpan dalam hati
50
Apa kamu belum sunat Ken
51
Bastian Menghilang
52
Menolak Lamaran Bastian
53
Dua lelaki tampan
54
Merasa seperti ayah yang hebat
55
Cincin Berlian
56
Aku cemburu
57
Mendapat dukungan dari anak Rara.
58
Apa kamu sudah melamar Rara?
59
Putranya ikut diselidiki
60
Aku akan kurung kamu di kamar lalu aku panggil penghulu
61
Apa malam itu kamu meniduri ku?
62
Strategi Bastian mendapatkan Rara
63
Saat Rara lebih memilih uang dari pada Bastian
64
Bertemu kembali dengan Bastian
65
Cinta yang terluka
66
Anak yang menyatukan mereka kembali
67
Golongan darah yang sama
68
Saat hati harus memilih
69
Tolong menjauh dari hidupku
70
Cinta yang tulus
71
Saat Ken ingin menikahi Rara
72
Rara jadi rebutan
73
Wanita bermental baja
74
Saat Rara marah
75
Anggur jebakan
76
Gara-gara mabuk
77
Nikah dadakan
78
Menjadi seorang istri
79
Hotel
80
Ketiduran
81
Gagal lagi
82
Menolak bertemu
83
Yolanda
84
Bastian mengaku sudah menikah
85
Menyesal menikah
86
Dipaksa berpisah
87
Sebuah kebenaran
88
Dikira hidup bahagia ternyata meninggal
89
Kemarahan Ibu
90
Bukan Ibu Kandung
91
Keluar dari rumah sakit
92
Saat Ayah mengalami depresi
93
Menginap di hotel Ancol
94
Pilihan yang sulit
95
Masa kecil yang menyedihkan
96
Di rumah sakit
97
Memikul banyak masalah.
98
Kepergiannya kakek
99
Semakin menjauh setelah menikah
100
Mencari pelampiasan
101
Saat dia dijebak
102
Saat istri mengamuk
103
Merasa jijik melihat sang suami
104
Siapa yang menjebakmu?
105
Diajak cetak anak
106
Minum jamu penyubur rahim
107
Diurut biar cepat hamil
108
Menahan hasrat karena ditolak
109
Ajarin aku bagaimana untuk malam pertama
110
Susahnya mengucapkan sebuah kebenaran
111
Lingrei hitam
112
Melepaskan untuk suami
113
Malam Pertama
114
Satu rode lansung lemas
115
Ronde ke dua di kamar mandi
116
Siap menghadapi ibu mertua
117
Bersikap posesif
118
Cemburu pada sahabat
119
Cemburu tandanya cinta?
120
Ketagihan
121
Minta maaf ke rumah Rara.
122
Dipaksa pisah
123
Akan berjuang mempertahankan pernikahan
124
saling merindukan
125
Rencana mempertemukan dua keluarga
126
Ingin mempertemukan kedua keluarga
127
Ibu yang keras kepala
128
Masakan menantu
129
Ingin puasa bersama
130
Siapa yang menguntit anaknya?
131
Sholat tarawih bersama keluarga besar suami
132
Mukena berdarah
133
Memilih memaafkan di hari lebaran
134
Ujian saat berpuasa
135
Tidak ingin puasa gagal
136
Membuat alasan kepergok mertua
137
Meninggalkan rumah
138
Siasat busuk ibu mertua
139
Seperti ular berbisa
140
Satu tamparan keras untuk wanita penggoda
141
Panggilan baru untuk Bastian
142
Mantan Tunangan
143
Luka lama
144
Berani menghadapi masa lalu
145
Saat mantan datang menganggu
146
Rintangan makin sulit
147
Ibu mertua yang jahat
148
Melawan apa di tindas
149
Rencana besar untuk Ibu mertua
150
Kata-kata penambah semangat
151
Penghianatan ibu mertua
152
Menangkap para tikus berdasih
153
Dengan usaha keras
154
Berderet masalah sebelum masalah
155
Buaya darat tiba-tiba Jinak
156
Ada apa dengan Sukma
157
Rencana terselubng sang Ratu
158
Menyelam sambil minum air
159
Menjemput Calvin
160
Mencari kebenaran
161
Masuk perangkap
162
Mengungsikan keluarganya
163
Bertarung menggunkan otak
164
tumbangnya sang ratu
165
Mendadak Jinak
166
Hari pertama jadi ibu direktur
167
Balasan untuk suami tukang selingkuh
168
Kemana Bastian
169
Lebaran tanpa suami
170
Apa cinta yang tulus sebuah kesalahan
171
Berbadan dua 1
172
Calon buah hati
173
Kesedihan orang tua Rara
174
Usaha terakhir mencari suami
175
Usaha keras yang membuahkan hasil
176
Akhirnya Bastian dapat di hubungi
177
Bertemu Bastian
178
Bertemu Bastian 2
179
Permainan takdir
180
Karena sumpah di masa lalu
181
Rahasia koper tua
182
Rencana jahat Ratu pertama
183
Saat Rara mencari kebenaran
184
Rara pingsan saat kelelahan
185
Saat bertemu Bastian
186
Bertemu Bastian di rumah sakit
187
Bastian mencari kebenaran
188
Harta lebih berharga
189
Saat Bastian menolak keinginan ibunya
190
Rindu terhalang cemburu
191
Rara dalam bahaya
192
Bencilah aku biar kamu bisa pergi
193
Saat kebenaran mulai terungkap
194
Terungkap
195
Bastian gelap mata
196
Kecelakaan
197
Menyesal
198
Ada hikmah di balik masalah
199
Kekuatan Malaikat Kecil
200
Bastian keluar dari rumah sakit
201
Menang di pengadilan
202
Salah Paham
203
Malam yang panas.
204
Berlanjut
205
Wanita hamil seperti Ratu
206
Ngidam bohongan
207
Wanita hamil itu selalu benar
208
Tidak mudah memaafkan ibu mertua
209
Di Bandara
210
Tingkah Rara Bikin Kesal
211
Rumah baru untuk keluargaku
212
Mereka datang untuk siapa?
213
Aku akan selalu mengawasimu
214
Bawa Ibumu menjemputku
215
Saat anaknya di tolak,hatinya sakit
216
Hampir keguguran karena egois
217
Saat suamiku membenci anakku
218
Mandi Berdua
219
Menuntaskan permainan
220
Ada apa dengannya
221
Mengalami Babyblues
222
Memberi Pelajaran Untuk Pelakor
223
Saat Aisah Menentukan Pilihan
224
Cinta Ken Terhalang Restu
225
Firasat Buruk Rara
226
Menunggu Kedatangan Ibu Mertua
227
Ketika Nasib Buruk Datang
228
Rara Terluka Parah
229
Siapa Pelakunya
230
Bastian Mencari Pelakunya
231
Aku Hanya Ingin Bersamamu
232
Kemarahan Bastian
233
Kemarahan yang Salah Sasaran
234
Kehidupan Bastian di Penjara
235
Saat Rara Bangun dari Tidur Panjang
236
Kenyataan Pahit
237
Pelaku Sebenarnya
238
Keadilan untuk Rara
239
Saat Bastian Melarikan Diri
240
Persyaratan untuk Bebas
241
Ternyata Calvin Anakku
242
Ingin Menyelesaikan Permusuhan
243
Yolanda
244
Istriku Berarti Tanggung Jawabku
245
Membawa Rara Pergi
246
Ingin Menyembuhkan Dengan Caraku
247
Keputusan Kedua Orang Tua Mereka
248
Lelah Mencari Rara
249
Hidup Baru untuk Rara
250
Menikahinya Demi?
251
Demi Membatalkan Pernikahan Bastian
252
Identitas Baru untuk Rara
253
Aisah Pulang ke Tanah Air
254
Pertemuan Tak Terduga
255
Bertemu di Beijing
256
Merindukanmu
257
Akibat Salah Minum
258
Bersama lelaki Asing
259
Saat dia pulang
260
Siapa yang Melakukannya?
261
Saat Aisah Hamil
262
Dia Adalah Anakmu
263
Bertemu Dengan Sahabat
264
Ingin Tau Kebenaran
265
Bertemu Bastian
266
Keyakinan Bastian
267
Bastian Tahu Siapa Jenny
268
Saat Ia Balas Dendam
269
Akhirnya Semua Terungkap
270
Bersama untuk Selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!