“Kenapa gue punya anak kayak Lu ... bawa sial, bikin malu aje!” Teriak wanita dengan nada kesal.
“Kenapa Mak ngomong kayak gitu? apa salah Rara, mak suruh kawin ... Aye mau Maaak ... Walau kagak suka tuh ame si buluk, Tapi, Aye maukan Mak? sekarang Salah Rara di mananya ? kenape Emak yang nyalahin Aye mulu terus."
Kali ini wajah Rara memerah menahan amarah, walau seberat apapun masalahnya .
Ia tidak pernah menangis
"Gue gak mau punya anak kayak Lu tau, gak"
“Kalau Mak Nyesel, kenapa lahirin Rara?"
“Kenapa Lu, gak mati aja sekalian sih Rara," Teriak ibunya dengan kemarahan yang memuncak.
Sepertinya Ibunya Rara yang perlu dibacakan ayat-ayat pengusir syetan.
Dalam batin Rara mana ada seorang ibu menyesali anak yang sudah dilahirkan dengan susah payah, bahkan mempertaruhkan nyawa sendiri. Tetapi, kali ini ia di sumpah in mati
“Hentikan!" bentak Pak agus yang melihat istrinya keterlaluan.
"Manusia apa yang menyumpahi anaknya mati, Ibu seperti apa kamu?"
Pak Agus benar-benar marah, melihat istrinya bersikap kelewatan pada Rara
Ia justru melihat kasihan pada anaknya, saat makan dilempari.
Se marah apapun pada anak, jangan biarkan emosi yang menyakitinya, apa lagi sampai hati, menyumpah serapah pada anaknya. Karena perkataan adalah Doa
Aisah tertegun, Ia menangis melihat keadaan mpok.
Mereka hidup di lingkungan yang salah, yang dipenuhi ibu –ibu tukang gosip yang meracuni pikiran ibu mereka.
“ Emak, sangat membencimu Rara.
Mati aja loe!"
Ia terus berteriak seperti kesurupan memaki dan menyumpahi Rara
Praaaak ...!
Suara itu begitu keras hingga semuanya terdiam. Pak Agus dipuncak kesabarannya, ia memberi tamparan keras di wajah istrinya, Untuk membuatnya berhenti berteriak dan menyumpahi Ara.
Ini baru pertama kali ia melakukannya pada istrinya, melihat babeh nya memukul Emaknya.
Rara meninggalkan rumah, pergi sejauh mungkin. Ia tidak tau kemana, hanya mengikuti ke mana langkah kakinya membawanya, menjauh dari teriakan ibunya, sesekali ia memukul dadanya yang terasa tersendak karena nasi yang ia makan tadi belum juga turun ke penggilingan lambungnya, rasanya masih tersangkut di tenggorokannya.
Kaget melihat kemarahan ibunya, bahkan meminum air putih saja ia belum sempat melakukanya.
***
Di sisi lain.
Di apartemen mewah di dekat pusat perbelanjaan Casablanca
Apartemen mewah tipe 3BR yang harganya bisa mencapai Miliaran itu.
Seorang laki-laki bertubuh putih bersih sedang marah - marah pada managernya, Ia belum bisa mendapatkan seorang pembantu untuk membersikan Apartemen miliknya.
Karena yang biasa beres-beres di tempatnya lagi pulang kampung, wanita paruh baya yang sudah bekerja padanya satu tahunan lebih.
Memarahi managernya karena belum juga menemukan kriteria yang tepat untuknya. Sebenarnya banyak yang mau, apalagi kalau tahu apartemen itu milik seorang Aktor kenamaan Tanah air
Tetapi ia mencari tipe wanita yang paruh baya, untuk membereskan apartemennya. Ia harus mencari orang seperti itu karena tidak merepotkan, karena menurutnya wanita paruh baya punya hasrat bekerja keras dan pengertian. Ia juga memiliki keunikan sendiri, ia tidak suka diganggu ruang pribadinya. Ia tipe orang yang suka ketenangan
Dialah Bastian Salim, lelaki berusia dua puluh empat tahun, lelaki muda sosok orang yang rasional, yang sering sekali mengutamakan otak daripada hati.
Lelaki yang selalu tampil rapi dalam situasi apapun. Baginya, semuanya harus tampil sempurna. Ia seorang Aktor dan sekaligus pengusaha muda, kelurganya pemilik sejumlah stasiun TV swasta. Serta pemilik rumah produksi film di tanah air
*
Hingga seorang satpam apartemennya membawa seorang wanita yang lumayan sudah berumur untuk bekerja untuknya, kesan pertama melihat wanita itu sebenarnya tidak menarik, karena pakaian yang dipakai mirip tukang parkir di pasar-pasar.
Karena ia merasa apartemennya sudah sangat kotor, dengan berat hati Bastian menerimanya. Tetapi ia memberikan wanita itu kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam hal beres-beres rumah.
“Siapa Ibu?" tanya Bastian
“ Rara Winarti, Pak."
"Bisa beres-beres'kan?"
“Bisalah Pak, makanya gue melamar ke sini, kalau tidak ngapain kesini," ujar wanita itu tidak mengenal kata takut.
Bastian menyengitkan kedua alis matanya, melihat keberanian Rara, karena menjawab semua pertanyaannya dengan gaya santai.
“Baiklah saya akan memperkerjakan Ibu, tetapi beberapa hari ini, saya mau lihat hasil pekerjaannya dulu baru saya memtuskan."
Rara merasa senang karena mendapatkan pekerjaan, dan sekaligus bisa jadi tempat pelarian dari keluarganya. Ia harus memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan pekerjaan yang baik, agar calon majikanya menerima ia bekerja.
“Apakah anda mau pulang, apa akan tinggal di sini?" tanya Bastian kemudian.
“ Kalau boleh ... Gue, memilih tinggal di sini saja Pak," Kata Rara dengan raut wajah memelas dan dibuat sesedih mungkin.
Penampilan Rara dibuat lebih tua dari umurnya, sesuai kriteria yang inginkan lelaki itu.
“Baiklah, saya juga lebih suka ibu tinggal di sini, agar bisa saya suruh jika ada hal penting, Tapi ingat! saya punya peraturan yang sangat ketat di rumah ini, Ibu harus mematuhinya jika ingin tinggal di sini."
“Baik Pak, saya mengerti." Rara menjawap dengan tenang.
“Satu hal lagi, panggil saja saya Bastian”
“Baik Pak”
Rara menempati salah satu kamar apartemen yang jendelanya menghadap langsung ke jalanan ibu kota.
Rara melompat-lompat kegirangan karena ia mendapat persembunyian yang tidak akan bisa ditemukan keluarganya.
Ia sudah sering melihat apartemen, tetapi bagi Rara milik lelaki ini sangatlah mewah, pemilihan desain interior dan gaya klasik yang elegan.
Furnitur dan segala isinya semuanya yang ada di dalamnya berlabel mahal.
"Ha! Horang kaya mah bebas," ujar Hara menggeleng takjub.
Apartemen Bastian memiliki dua kamar, tepatnya bersebelahan dengan kamar miliknya, satu dapur luas, ruang tamu, ruang kebugaran dan balkonnya di depan kamar Rara dan Bastian.
Dalam mimpi sekalipun. Rara tidak berharap dan tidak pernah, akan menginap di kamar semewah milik Majikanya.
**
Rara melakukan semua pekerjaannya dengan rapi, berharap lelaki berwajah putih mulus itu, memperkerjakan dirinya.
Besok harinya Bastian saat itu ada job di luar kota, maka Rara menikmati kesendirian, Ia melakukan kegiatan kesukaannya, tidak jauh dari namanya menonton drama Korea
Majikannya akan pulang dua hari ke depan. Ini waktu yang luar biasa untuk Rara. Ia bisa bebas melakukan apapun di apartemen mewah itu. Ia membuka pintu jendela, terlihat pemandangan indah, gedung-gedung perkantoran pencakar langit berderet di sejauh mata memandang.
Rara menyelidiki setiap ruangan, ingin tahu untuk segalanya. Ia belum menyadari kalau laki-laki itu memasang camera pengawas di apartemennya.
Saat Rara berjalan menyusuri setiap sudut ruangan apartemennya dengan santai.
Saat itu juga laki-laki itu melihat Rara, kedua alis matanya menyengit kesal, mimik wajahnya terlihat aneh saat ia melihat Rara, menyelidiki semuanya seperti seorang mata-mata.
“Apa dia pencuri, apa barang kali wartawan? Apa yang dia cari?"
Ia paling tidak suka barang pribadinya disentuh, apa lagi dipakai.
Saat ini, dalam layar ponselnya yang terhubung pada camera pengawas ke apartemennya. Ia melihat barang-barangnya disentuh.
Rara masuk keruang fitnes miliknya, lalu mencoba sepeda statisitis.
“Dia tidak bisa dipercaya, aku tidak suka ini," ujar Bastian menggeleng.
Bastian Salim seorang yang berprilaku perfeksionis, yang ingin segala sesuatunya perfek.
Ia terbiasa hidup penuh kesempurnaan, berpikir segala sesuatu yang ia inginkan harus seperti itu.
Baginya kebersihan adalah yang paling nomor satu,
Dari awal kedatangan Rara sebenarnya malam itu Ia tidak menyukainya. Tetapi karena terpaksa ia memakainya. Namun, saat ini melihatnya menyentuh barang –barang pribadinya, sesuatu yang tidak bisa ditelorir.
“Hubungkan aku pada pemilik apartemenku" Ia memerintahkan asistennya menelepon kantor apartemen.
"Untuk apa?" tanya Lira ingin tau alasan bosnya,.
“Udah Lir, uda telepon aja, gak usah banyak tanya, lagi-lagi ia menarik beberapa lembar tissue Antiseptik untuk melap tangannya.
Ia akan bertingkah seperti itu setiap kali bepergian, ia seolah-olah punya penyakit khusus tentang namanya kebersihan.
Entah beberapa banyak boks tissue yang dibawa asistennya setiap kali Bastian bepergian.
Lira yang sudah bekerja padanya selama dua tahun belakangan ini, Ia sudah sangat paham kebiasaan atasannya, bagaimana mendampingi bosnya.
Setiap kali ada jadwal syuting iklan ,maupun film. Ia dan pegawai lainya sudah seperti mau pindahan setiap ada syuting di luar kota.
Barang bawaannya Bastian harus komplit dan lengkap bersih dan wangi.
Bagi orang –orang yang tidak biasa bersamanya syuting menganggapnya terlalu berlebihan, dianggap manja.
Tetapi tidak satupun yang berani menegurnya, atau menyinggungnya, karena keluarganya pemilik sejumlah stasiun televisi. Keluarganya pemilik produksi film dari atas sampai bawah milik kelurga Bastian.
Jadi siapa yang mau menegur bos Bastian. Malah yang bermuka dua yang banyak,
Tapi bagi Lira, bosnya sebenarnya baik, hanya saja, terlalu bersih dan suka marah-marah, jika yang di minta tidak sesuai. Lalu bagaimana dengan nasib Rara?
Bersambung ....
Jangan lupa like dan vote
Bagaimana kelanjutannya baca terus iya gaes, bantu like dan vote beri komentar dan kasih hadiah juga boleh .... Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Ucan ucan
semoga Rara tidak dipecat
2024-02-29
0