Saat melampiaskan kemarahannya pada Rara, kini pikirannya terbayang pada tubuh Rara yang begitu indah menurutnya.
Bastian berpikir, untuk wanita sudah berumur seperti itu, ia tidak pernah berpikir wanita itu memiliki tubuh indah dan masih sekal, layaknya gadis muda yang belum disentuh.
'Dadanya masih sintal seperti belum pernah di jamah pria' ucap Bastian dalam hatinya. Tetapi ia tidak tahu entah masalah apa nanti yang ia hadapi setelah Ini.
“Bagaimana kalau dia menuntut ku dengan tuntutan pemerkosaan, bagaimana ini? Aaah ... sial," ujarnya mengaduk kepalanya dengan kasar.
*
Pukul 21.00 WIB
Bastian ketiduran karena kelelahan, kini perutnya merasa lapar, tetapi suara televisi di ruang tamu masih terdengar, itu artinya Rara masih menonton, ia mengurungkan niatnya ingin keluar. Bastian takut keluar kamarnya, karena tindakannya tadi.
Ia bondar- mandir, belum siap bertemu Rara, wanita yang hampir membuatnya gelap mata, wanita yang hampir ia nikmati tadi.
Di sisi lain, Rara mencoba menenangkan diri, tentang yang terjadi tadi sore.
Ia berpikir, itu hanya kecelakaan yang tidak disengaja, itu semua karena kesalahannya juga.
Bastian semakin merasa kelaparan, kini hidungnya mencium aroma sesuatu yang membuatnya makin tamba lapar,
Rara memasak makanan sejuta umat, mie instan . Bastian tidak bisa menahan diri lagi, ia ingin pergi ke dapur untuk mengambil air minum, Tetapi baunya makin menyiksa.
Cacing-cacing dalam perutnya berontak minta dikasih makan.
Ia memberanikan diri keluar kandang, menuju dapur saat tiba di kabinet dapur, kini jantungnya berdetak semakin cepat ada Rara di sana mengenakan celana pendek selutut dengan model robek. Baju yang dipakai kaos berbahan longgar, gayanya terlihat cuek. Begitulah gaya asli Rara tomboy.
Lalu ia menoleh ke arah Bastian yang datang ke dapur.
“Mau? “ tanya Rara
“Haaa …!” Bastian gugup dan kaget, tadinya ia pikir Rara akan marah besar padanya, karena kejadian tadi sore, tidak mengira, Rara melupakan kejadian yang tadi.
“Ti-tidak, aku tidak lapar," ucap Bastian gugup. Tetapi suara keroncongan dari perutnya membuktikan mulutnya berbohong.
“Ambillah, aku memasak dua bungkus tadi.” Rara mengambil satu mangkok lagi dan menuangkannya, membagi jadi dua bagian,
Bastian diantara dua pilihan. Ia memang jarang makan mie cepat saji, bisa dihitung pakai jari, berapa kali ia Mengkonsumsinya dalam satu tahun. Karena ia lelaki yang selalu menjaga makanan yang masuk ke lambungnya, justru berbalik dengan Rara yang hampir tiap hari, memakan makan mie instan.
Kali ini, ia berpikir apa akan memakannya atau gengsinya yang ia pilih.
'Ah… bodoh, aku lapar' Rasa lapar Bastian mengalahkan gengsinya.
Rara dan Bastian makan dalam diam, hanya suara sendok dalam mangkok yang saling beradu yang terdengar. Tetap kali ini, wanita itu mengeluarkan suara lain dari mulutnya dengan gayanya yang cuek. Rara menghirup mienya tanpa perlu menjaga image di depan lelaki tampan di depannya.
Bastian yang melihat merasa sedikit aneh, karena baru kali ini, ia menemukan wanita yang berpenampilan urakan dengan gaya absurd nya. Ia menaikkan alisnya dan menghentikan makanya tiba-tiba merasa kenyang melihat tingkah Rara.
“Ahhh kenyang,” ucap Rara ia memukul-mukul perutnya,
“Apa yang kamu lakukan membuatku jadi tidak bernafsu makan,” ujar Bastian.
“Iya ella lu …. Gitu aje, makan mie kudu gitu, biar enak masuknya,” sahut Rara dengan gayanya yang cuek.
‘Bagaimana ia melupakan hal yang tadi? Dasar wanita aneh’ Bastian membatin.
Sebenarnya, ia tidak ada niat melakukan hal itu , tetapi ia marah mengingat kata-kata Rara yang beberapa hari lalu yang mengatainya barangnya kecil, Bastia menganggap itu sebuah penghinaan.
Belum lagi drama jatuh, rasa sakit ditambah ingatannya yang Rara selalu menghinanya, membuatnya gelap mata, niatnya hanya memberi pelajaran. Tetapi tidak disangka terbawa hasrat, karena keindahan tubuh Ara yang seksi saat itu.
Rara mencuci mangkoknya, meniggalkan Lelaki itu yang masih sibuk dengan pikiran mesumnya.
“Oh iya nanti cuci mangkoknya,” Perintah Rara pada majikanya.
“Oooh, iya, Eh .... Apa kamu bilang?” tanya Bastian setelah tersadar. “Kamu nggak salah, suruh saya cuci piring?”
“Tidak."
Rara lalu duduk selonjoran lagi didepan Televisi yang tadi ia skip. Karena ia memasak mie instan nya, hidupnya terasa bahagia, saat ia menonton Drama Korea kesibukannya dan Aktor kesukaannya Jichangwook. Aktor tampan berbadan atletis itu membuat Rara senyum sendiri.
Ia bahkan bisa melupakan kejadian pelecehan yang dilakukan majikanya padanya.
Bastian menghabiskan isi mangkok, tanpa sadar ia membawa mangkok kotornya ke wastafel pencuci piring, ia baik hati mencuci mangkok kotor yang ia pakai Sesudah ia rasa bersih baru sadar
“Ngapain aku cuci mangkok itu, kan, tugas dia." Bastian garuk kepala, untuk pertama kalinya ia mencuci piring, tetapi ia masih merasa bersalah pada Rara akibat kejadian tadi sore karena itu, ia membereskannya dan menyimpannya di tempat piring bersih.
Dengan perasaan tidak enak dan sikap takut-takut. Bastian ikut duduk di sofa tepatnya di samping Rara. Saat ia merasa detak jantungnya berdetak belum stabil , justru kebalikannya pada Rara, ia bersikap santai seakan-akan tidak ada yang terjadi.
Bastian masih duduk diam, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia berpikir kalau Rara Lah yang bersalah duluan, makanya ada hal seperti tadi, saat pertama Rara datang ia masih menghormatinya. Namun, kali ini, tidak ada batas majikan dengan pembantu.
Bastian berpikir akan meluruskan kesalahpahaman antara ia dan Rara.
“ Kamu ngapain?”
“Menontonlah, masa mandi?” jawab Rara ketus matanya masih terfokus pada layar televisi.
“Mari kita bicara," ucap Bastian menarik napas panjang, lalu ia menatap Rara dengan raut wajah serius.
“Baiklah, bicaralah aku mendengarkan," sahut Rara tanpa menoleh
“ Oh ... tentang yang tadi?
Lupakanlah, anggap saja Lu hilap, gue yang salah, gue minta maaf," ucap Rara, ia mengaku salah, karena dua kali menyakiti bagian bawah Bastian, pertama ia tumpahkan kopi panas, kedua ia terjatuh dan menyikut dengan keras.
'Kenapa jadi ini orang yang minta maaf? harusnya aku yang melakukan itu' Bastian membatin dalam hatinya
Tapi mata Rara tidak lepas dari layar televisi, Bastian makin bingung, harus berkata apa pada Rara, padahal niatnya ia yang ingin minta maaf, karena telah melecehkan Rara dan hampir membuatnya kesalahan besar
Ia merasa ada yang salah dengan otak Rara, karena bersikap tenang dan santai setelah apa yang telah terjadi.
Bastian berpikir harus meluruskan kejadian tadi, sebelum semuanya makin panjang nantinya. Ia mematikan layar televisi.
“Eh ...! Jangan," teriak Rara sorot matanya tajam menatap Bastian majikannya
“Kita perlu bicara serius.” Pinta Bastian memberi ultimatum dengan nada tegas.
“ Baik, lu mau ngomong apa?”
“Eh dengar! berhenti deh ngomong lu -gue," ujar Bastian merasa jengkel dengan panggilan Rara padanya,
“Itu dah kebiasaan, ngomong gue dari sononya," ujar Rara tidak bersemangat.
“Tuh, kan."
“Iye, lu ngomong aje, mau ngomong apaa?"
“Begini iya Ibu Rara, kita perlu bicara. Pertama saya di sini Bos mu,
Kedua; saya tidak suka kamu memangil saya dengan seperti itu lagi.
Ketiga: mengenai gaji kamu, aku harus potong biaya kamu menginap dan menonton semuanya di sini," ucap Bastian.
Bersambung ….
Bantu vote like don't kakak . Jangan lupa kasih komentar kalian bagaimana ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
N Wage
next
2024-06-14
0