Menikah Dengan Brondong
Prolog
Tentang seorang gadis Dewasa, bernama Rara Winarti tinggal di Ibukota Jakarta yang dikenal padat penghuninya.
Rara dan keluarga tinggal di Keramat Pulo Jakarta Pusat, rumah bedeng berderet sepanjang gang memasuki rumah Rara.
Anak-anak berlarian dan bermain di area rel kereta api. Pemandangan seperti itu sudah biasa di area itu,
rel kereta api sudah seperti halaman rumah, dijadikan tempat nongkrong bergosip ibu-ibu, dan anak-anak bermain sepak bola di pinggir rel setiap sore.
Jika kereta api lewat ibu -ibu akan berdiri sebentar dan duduk bergosip ria kembali setelah kereta lewat
Tidak ada raut takut pada wajah mereka , bagi anak-anak itu hanya ulat besi lagi numpang lewat yang tidak perlu ditakutkan,
Di pinggir jalan sebuah bangunan kecil yang bertuliskan
“JUAL NASI UDUK”
Di situlah ibunya Rara mencari rezeki , mpok Imah, atau atau dipanggil mak Soimah,
Untuk mencari kesibukan dan mencari tambahan, Ia menjual nasi uduk, gorengan berserta kawan kawannya termasuk lontong dll.
Babeh nya Rara seorang PNS, dan kelurganya Rara juga memiliki beberapa kontrakan sebagai lahan pemasukan untuk keluarganya.
Kehidupan keluarga Rara bukan orang yang susah, boleh dibilang kalangan menengah keatas.
Tetapi yang membuat kehidupan keluarga itu terlihat susah karena kelakuan Rara yang urakan.
Diusianya boleh dibilang sudah matang, tetapi pemikirannya masih dangkal tentang kehidupan.
Apa lagi tentang berumahtangga. Jangan ditanya, dia akan bersikap cuek tentang itu, semua di matanya tampak rata .
Gimana tidak, sejak lulus dari bangku kuliah, Ia baru sekali merasakan yang namanya bekerja, dan baru tiga kali mendapat gajian.
Dan sekarang hari- harinya ia habiskan nongkrong dan main game di warnet.
Sering kali mpo Ima mengusir Rara dari Warnet jika sering lupa waktu hingga seharian di warnet.
Kalau sudah seperti itu, sapu lidi ikut bertindak, tentu itu di lakukan mpo Ima bukan ingin mempermalukan putri sulungnya, tetapi lebih tepatnya nya memberinya didikan.
Tidak tahan dengan kelakuan putrinya yang menganggap semuanya gampang, akhirnya ibunya mencarikan Jodoh untuk Rara, agar membuatnya berubah, karena anak se-umurannya hampir semua sudah menikah dan mempunyai anak. Bahkan teman akrabnya, Sukma mempunyai empat orang anak berderet,do,re,mi,fa.
Hasil pencarian jodohnya berlabuh pada seorang duda beranak satu, yang baru enam bulan menyandang status Duda.
Tanpa pikir panjang ibunya Rara menerima pinangan itu, walau Rara tidak menyetujuinya.
Hari pernikahan pun akan tiba.
Segala persiapan sudah lengkap dan undangan sudah disebar, tetapi entah kenapa pihak mempelai pria membatalkan pernikahan dengan sepihak.
Tentu saja keluarga Rara jadi bahan pergunjingan para tetangga,
Membuat keluarganya malu.
Tidak tahan dengan segala caci dan sumpah serapah dari ibunya, Rara memilih keluar dari rumah keluarganya dan berjanji tidak akan kembali ke rumah orang tuanya.
Pekerjaan barunya yang mengubah seluruh hidupnya.
Bastian salim seorang Pengusaha muda sekaligus seorang aktor.
Ia lebih memilih tinggal di sebuah apartemen mewah dari pada hidup bersama kelurganya, sebuah kelurga besar yang hidup layaknya kelurga Dinasti, yang Ratunya adalah neneknya, dengan segala aturan dan kedisiplinan yang ketat.
Bastian salim berjiwa bebas yang tidak mau diatur- atur, apalagi menyangkut tentang pernikahan, ia ingin menjalani hidup sesuai keinginannya, tidak ingin diganggu tidak ada yang menganggu kehidupan pribadinya.
Tetapi setelah ia memiliki pembantu baru di apartemennya, semuanya berubah, hidupnya tidak setenang dulu lagi.
Pertengkaran demi pertengkaran menjadi bagian hidupnya setiap hari, sayangnya ia tidak bisa memecat wanita itu, karena sudah menandatangani kontrak kerja selama dua tahun.
Bagaimana jadinya jika ia akhirnya harus menikah dengan wanita yang bukan tipenya sama sekali, bahkan jauh dari kata sempurna untuknya.
Wanita itu bahkan lebih tua darinya, dan lebih buruk lagi , wanita itu pembokatnya sendiri.
Kecelakaan malam itu mengharuskannya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan.
Rara
Suara ayam saling bersahutan saat orang masih terlelap dalam tidur, Emak Imah sudah berkutat dengan panci dan penggorengan.
"Praaaaaaak "
Bagun kagak lu, hah ! muke lu gue siram pakai kopi entar ne iye."
teriak seorang wanita paru baya itu dengan logat bahasa Betawi yang sangat kental. Suara berisik itu berasal dari rumah permanen berlantai satu, di kawasan padat penduduk di pusat Kota Jakarta.
“Iyeee... ella mak, baru juga jam segini uda ribut aje, kayak hansip malam bangunin sahur," sahut Rara dari dalam kamar
“Eh... masih nyahut aje mulut lu Iye , gue sambet pakai sandal, baru tau rasa," teriak si wanita dengan sikapnya yang buru buru
“Iye,’iye, gue bagun ”
“Makan aje lu segentong habis...." Teriak wanita itu
sesekali Ia mengibaskan daster bermotif bunga-bunga ke belakang.
“Iya, iyelah mak, kalau lapar iya kudu makan, masa kagak," jawab Anaknya itu lagi
“Trus, trus , trus aje lu jawab Iye ."
“Lah... Mak, kan yang mulai dari tadi ribut mulu, kalau biasanya tuh... mak iye, kalau pagi-pagi tuh ayam yang berkokok bangunin orang -orang, lah ini... kenape jadi mak yang nyap-nyap terus dari tadi pagi," ujar Rara
“Eh, ini anak... kagak ada sopan -sopannya , ame orang tua dah.
Buruan sana angkatin keburu siang ini!" Pintanya lagi dengan suara yang menggelegar
“Iye, iyeee," jawab Rara sambil bergegas
Suasana itu sudah biasa terjadi di rumah Itu.
Bu Soimah harus teriak -teriak dulu untuk bangunin anaknya yang sehari harinya bantuin angkutin jualannya di pinggir jalan.
Rara hanya bantuin angkat- mengangkat saja, urusan melayani pembeli Nasi uduknya tetap jadi bagian emaknya.
Rara hanya seorang Pengacara (Pengangguran banyak acara} pertengkaran dan ribut- ribut dengan emaknya Itu sudah serapan saban hari buat Rara.
Diumur nya yang tidak muda lagi, ia hanya seorang wanita dewasa yang tidak bekerja.
Buat dia, wanita itu tidak perlu bekerja, Lelakinya harus bekerja, jadi tugas dia bukan cari kerja, tapi cari suami yang bekerja untuk menghidupinya nanti.
Kebutuhannya yang selalu tercukupi, menjadikannya wanita yang malas untuk mencari kerja.
Kalau Ia kehabisan kuota atau ingin beli sesuatu, tinggal minta dari Engkongnya, seorang juragan Kontrakan, dan peternak Lele yang lumayan sukses.
Rara anak Pertama dari tiga bersaudara , ia mempunyai dua adik perempuan dan satu lagi laki-laki, adik perempuannya sudah bekerja di salah satu rumah sakit di daerah Cikini.
Dan adik laki-laki Rara masih duduk di bangku Menengah Atas.
“Ra, lu cari kerja kek, lu kagak malu ape, sama anak lu ntuh,"
ucap Bu Soimah pada anak sulungnya
“Iya ela.... Mak itu –itu lagi yang dibahas, kagak bosan apa , ulang kalimat itu terus –terusan" Celetuknya.
Rara punya anak umur dua tahun Bernama calvin, wajah tampannya yang kebule-bulean dengan Matanya yang berwarna abu-abu membuatnya jadi idola emak-emak di gang rumahnya.
“Gue malu Rara liat lu ntuh yang tidak punya pekerjaan, dan penampilan lu yang urakan, kampungan," ucap Ibunya,
“Hidup itu dibawa nyantai aje kali mak. Nikmati apa yang ada, hidup cuman sekali, mati juga sekali, jadi nyantai aje,” kata Rara sok Tua.
Bagi Rara hidup itu tidak di perlu dijadikan beban, ada makanan Iya makan, kalau tidak ada, tinggal diam.
Makanya , kerjaannya saban hari Nonton drama Korea, main game di ponselnya, Jadi seorang single mother tidak lantas menjadikannya pusing, toh juga anaknya Babehnya yang urusin, segala kebutuhan anak semata Wayangnya.
Bapak Rara seorang PNS bekerja di Pencatatan sipil Negara. Jadi hidup keluarga bukan orang yang susah.
Pak Agus tidak pernah mengomentari kehidupan anak sulungnya, Ia tidak pernah memarahi Rara dengan segala kelakuannya. Kalau beliau ada waktu luang, Ia akan menghabiskan bersama Cucunya.
Banyak kegiatan mereka lakukan kalau ada waktu luang, dari pada marah-marah terus menerus, seperti yang di lakukan Istrinya saban hari, hanya Merepet terus.
Baik Aisah adik Rara tidak mengambil pusing atas sikap dan kelakuan mpoknya.
Ia menghormati kakaknya layaknya seorang kakak. Baik adik laki-lakinya Risky, anak remaja itu juga selalu hormat dan sayang pada kakak pertamanya, walau tetangga dan teman-temanya sering menggosipkan kakaknya, tidak lantas membuatnya malu atau ikutan tidak suka.
Bagi mereka bertiga, cukup ibu saja yang memarahi kakaknya dan menasehatinya, mereka bertiga hanya jadi pendengar, dan tidak mau ikut campur.
“Bang nasehatin napa Anak lu ” kata bu Soimah karena merasa putus asa ketika Rara tidak mendengar ocehannya
Pak Agus hanya mengangguk dan menyibukkan diri bermain burungnya
“Babe bagi duit, Rara mau jalan," ucap Rara pada babe nya yang sibuk main burung, babeh nya tidak bertanya duitnya untuk apa, dan mau kemana?
Pak agus mengeluarkan dua lembar duit seratus ribuan dari balik sarung
,
“Makasi Be”
Ia mengeluarkan motor dan pergi, Mamanya masih bernyanyi dengan segala ocehannya,
“Lu tuh iye Bang, gua kagak ngarti dah ama jalan pikiran lu, anak nakal bukannya di nasehatin, malah dimanjain aje"ocehan mak Soimah kali ini menular ama suaminya.
Pak Agus seperti biasa, hanya jadi pendengar yang baik, kalau dijawab akan panjang urusannya, masalahnya bisa berambet kemana-mana
“Dengar!
Kagak lu bang yang gua omongin,” kata Bu Soimah
“iye bu, iye, bikinin gue kopi hitam aja dah, sepat ni mulut dari tadi belum minum ngopi “ kata Pak Agus mengalihkan pembicaraan istrinya.
Suasana hening pun terjadi di rumah Rara, karena seperti biasa ketiga anak-anaknya dan cucu mereka yang jadi menghidupkan suasana rumah.
Calvin bocah tampan itu lagi tertidur lelap di depan TV, yang tadinya duduk anteng menonton film kartun kesukaannya Ipin dan Upin , Film kartun karya Negara tetangga Malaysia itu menjadi salah satu favoritnya.
Risky anak bungsu mereka ikut latihan pertandingan bola.
Aisah putri kedua mereka jam segini belum pulang dari rumah sakit, Ia bekerja jadi seorang perawat disalah satu rumah sakit di Jakarta Pusat di Cikini Raya.
Rara seperti biasa, Ia akan kelayapan entah kemana, dengan motor Scoopy nya, dan tidak jauh dari namanya Warnet, atau mungkin menonton drama korea, kalau lagi paket kuotanya lagi nyekak
Atau main game online dari computer.
Jarum Jam dinding sudah bertengger di angka delapan, Rara sejak sore tadi belum juga pulang, Calpin bocah tampan itu lagi duduk di karpet depan TV.
Matanya tidak lagi terfokus pada layar televisinya, tapi Ia sibuk dengan mainan mobil-mobilan . Karena film kartun kesukaannya sudah habis . kalau sudah jam malam maka remote tv jadi milik Emak soimah.
Ia menonton acara pencarian bakat dangdut, yang setiap hari tayang di salah satu televisi swasta.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
N Wage
sekarang drama dr keluarga betawi ya kak?
sebelumnya sdh baca yg dari batak,sunda.
gak tau nih novel yg lain latar belakangnya dr suku mana lagi.
belum baca semua novel karya2 mu.
2024-06-14
0
rjvjr
absen dulu Thor
2022-08-07
0
rjvjr
hadir Thor
2022-07-18
0