Bab 5
Hari yang tidak dinantikan Elena pun datang. Tepat pukul 6 pagi para murid kelas 11 dan 12 sudah berkumpul di halaman sekolah sambil membawa barang masing masing.
Terlihat lebih dari 10 bus besar sudah terparkir rapi menunggu keberangkatan mereka untuk acara camp LDK tahunan.
Mereka akan di ajarkan untuk hidup berdampingan dengan alam selama 2 hari 1 malam di bawah kaki gunung yang semua serba terbatas.
Tidur di kemah dengan udara yang dingin, makanan yang harus memasak sendiri dan lain sebagai nya.
Bagi Elena tentu itu adalah suatu kegiatan yang mudah karena sedari kecil hidup di panti asuhan, ia terbiasa mandiri.
Pluit ketua Osis pun berbunyi, menandakan panggilan untuk segera berbaris dan berkumpul sesuai kelas masing masing.
Mata Elena diam diam memcari keberadaan Leon yang ada di barisan kelas 12A dan ia menemukan nya.
Leon tampak semakin tampan dengan pakaian kasual yang modis, kaos hitam.. jaket hitam, celana jeans dan sepatu kets. Leon tampak dewasa dengan penampilan kasualnya, sedangkan Elena hanya mengenakan pakaian pakaian tidak ber merk seadanya.
" Saya akan mengumumkan pembagian kelompok acara, masing masing kelompok terdiri dari 6 siswa.. 3 putra dan 3 putri.. tidak ada diskriminasi baik kelas 11 maupun kelas 12.. Saya sengaja mencampurkan tingkatan kelas agar para senior punya tanggung jawab lebih untuk menjaga adik kelasnya.. Untuk kelompok tenda sudah saya berikan kepada ketua tenda masing masing.. "
Semua peserta dengan seksama mendengarkan briefing dari ketua Osis, setelah beberapa saat mereka berkelompok dengan para siswa yang sudah di tentukan.
Elena mendapat kelompok dengan beberapa murid yang asing namun tentu saja ia tetap di kucilkan. Bagaikan manusia yang tidak terlihat, teman sekelompok nya tidak mengajak ia bicara bahkan hanya menyuruhnha untuk membawakan beberapa barang milik mereka.
Via dan geng nya merasa sangat puas, karena tidak perlu menunggu perintah semha anak anak sudah paham untuk menyiksa Elena.
Walaupun berat, Elena berusaha sebisa mungkin untuk mengangkat tas milik teman teman tidak berperasaan yang meninggalkan nya jauh di belakang.
Leon yang kebetulan tidak sekelompok dengan Elena, sangat terganggu dengan pemandangan itu. Ia mendekati ketua Osis yang sekelas dengan nya dan memberitahu keadaan tidak adil itu.
" Perhatian.. Perhatian... " Kata ketua Osis menghentikan langkah para peserta.
" Camp LDK ini di selenggarakan untuk melatih kemandirian kita. Dimohon untuk menjaga barang masing masing dan tidak menitip nitip kan barang ke teman. " Perkataan ketua Osis itu secara tidak langsung menegur para murid yang tidak adil kepada Elena.
" Sialan. " Umpat salah seorang teman sekelompok Elena sambil mengambil tas nya dari tangan Elena.
Elena pun merasa sedikit lega karena ia terbebas dari tugas itu. Ia perlahan masuk ke dalam bus dan duduk di bangku belakang sendirian, tidak ada yang mau duduk dekat dengan nya.
Namun situasi itu malah menyenangkan bagi Elena, ketika ia bisa sendirian.
Tiba tiba seseorang menempati kursi kosong di sebelah Elena.
" Kamu?? " Kata Elena terbelalak kaget. Semua peserta reflek menoleh ke belakang dan terkejut melihat Leon duduk di sebelah Elena.
" Kosong kan?? " Tanya Leon santai.
" Iya.. tapi kamu kan, di bus itu. " Kata Elena gugup dan takut karena mencuri perhatian.
" Disana penuh dan sangat berisik. Jadi aku ijin pindah kesini. " Jawab Leon santai sambil menyandarkan kepala nya ke kursi bus dan memejamkan mata agar terhindar dari berbagai pertanyaan.
Perjalanan selama kurang lebih 4 jam dimulai, di sepanjang perjalanan udara menjadi semakin dingin. Elena tanpa lelah memperhatikan pemandangan di samping jendela nya.
Suasana pegunungan yang semakin terlihat, membuat nya sedikit mendapat penyegaran dan melupakan kegugupan nya karena keberadaan Leon di sebelah nya.
Leon yang sibuk bermain game untuk menghabiskan waktu, sesekali melirik ke arah Elena di samping kanan nya.
Lengan mereka yang terus bersentuhan karena duduk bersebelahan, membuat suasana sedikit hangat.
" Kamu.. udah tau mau ke gunung, kenapa pake jaket tipis begini. " Kata Leon memulai pembicaraan.
" Ehm.. aku terbiasa memakai nya. " Jawab Elena pelan agar tidak memancing perhatian yang lain.
" Oh.. gitu. Terserah juga sih. " Kata Leon singkat.
Perjalanan pun terus berlanjut, masih tersisa 2 jam lagi untuk sampai di tempat tujuan.
Udara pun semakin terasa dingin, para peserta mulai menikmati udara dan beberapa lelap dalam tidur nya. Begitu juga Leon dan Elena yang sudah sama sama memejamkan mata.
Perjalanan yang mulai berliku liku membuat mereka harus tergeser ke kanan dan ke kiri. Elena yang sudah lelap tertidur tanpa sadar kepalanya tersandar di bahu Leon dan seraya mengejutkan lelaki itu untuk membuka mata.
Ia melihat wajah Elena yang lelah dan lelap dalam tidurnya serta membiarkan bahu nya menjadi sandaran hangat untuk Elena.
" Awas aja kalo ngiler. " Gerutu Leon sambil menyilangkan tangan nya dan kembali memejamkan mata.
Perjalanan mereka pun akhirnya sampai, di kaki gunung tempat biasa para pecinta wisata mengadakan camping.
Elena yang terbangun dari tidur nya, begitu kaget dan salah tingkah melihat diri nya yang tanpa sadar tidur bersandar di bahu Leon.
Ia bergegas merapikan rambut dan pakaiannya dan perlahan membangunkan Leon.
Ia menarik jaket Leon untuk membangunkan nya.
" Kak.. bangun.. kita sudah sampai. " Kata Elena perlahan.
Leon pun terbangun dari tidur nya dan tiba tiba bersikap canggung. Tanpa berkata apapun, ia segera turun dari bus meninggalkan Elena.
Kegiatan pertama mereka adalah mendirikan tenda setiap kelompok.
Kelompok tenda Elena yang semua berisikan wanita tidak mau mendirikan tenda karena rumit, hanya Elena yang bersedia membantu beberapa murid lelaki mendirikan tenda.
" Heh.. Elena.. biarin aja deh, biar anak cowok yang ngerjain. Mending sekarang kamu ambilin tas make up ku di koper. Sana sanaa.... " perintah Shara yang langsung di turuti oleh Elena.
Ia berlari menghampiri koper Shara dan mengambilkan apa yang di inginkan Shara. Tiba tiba dari belakang, Leon memberikan jaket yang cukup tebal ke tubuh Elena.
" Kak.. apa yang kamu lakukan? " Tanya Elena sangat terkejut dan membalikkan badan nya menghadap Leon.
" Kan aku udah bilang.. jaket mu terlalu tipis. Bibir mu aja udah membiru. Pakai aja, aku bawa lebih. " Kata Leon dengan gaya bicara dingin seperti biasa nya.
" Jangan repot repot kak, aku ga apa apa. " Tolak Elena.
" Tinggal pake aja susah nya apa sih. Kembali kan sekalian sama pakaian olah raga ku, awas kalo sampe ada yang rusak." Walaupun perkataan Leon ketus, namun ia berinisiatif mendekat dan menutup resleting jaket nya yang kebesaran di badan Elena.
Jantung Elena berdetak tidak karuan mendapatkan perlakuan ini dari Leon. Ia menjadi semakin penasaran, kenapa lelaki ini selalu bersikap baik padanya meskipun terkadang perkataan nya menyebalkan.
" Apa lihat lihat??? " Kata Leon membubarkan lamunan Elena yang sekejap memandang lelaki itu.
" Terima kasih kak. " Kata Elena sambil tersenyum manis.
Melihat senyuman manis Elena, jantung Leon ganti yang berdegup kencang.
" Sama sama. Sebentar.. Kamu selalu bilang Iya kalau di suruh suruh mereka.. tapi giliran sama aku, pasti ngajak berdebat dulu. " Gerutu Leon kesal.
" Hmmm.. Karena kakak berbeda dengan mereka. Kakak terlalu baik sama aku, aku gak mau membuat kakak ikut di benci. " Jawab Elena jujur mengkhawatirkan Leon.
" Cebol.. ga usah khawatirin orang lain. Mikirin diri sendiri aja kamu ga bisa. " Jawab Leon ketus lagi dan segera menghindar karena wajah nya yang mulai memerah dan jantung nya yang semakin berdegup tidak karuan.
Acara terus berlanjut, mulai dari seminar pengetahuan.. makan siang bersama hingga game game seru yang dimainkan dan mencairkan suasana..
Cuaca semakin sore semakin dingin, semua peserta bergegas membersihkan diri di sungai terdekat dan berganti pakaian..
Begitu juga Elena, ia berganti pakaian dan tak lupa memakai jaket milik Leon yang sangat nyaman dan tebal membuat dirinya hangat.
" Jaket mahal memang beda. " Gerutu Elena sambil mennutup resleting jaket berwarna biru dongker itu.
Via pun mulai curiga ketika melihat jaket mahal yang di pakai oleh Elena, hasrat usil nya pun langsung keluar.
Ia menghampiri dan menarik tudung jaket Elena tiba tiba.
" Eh.. tunggu.. jaket siapa nih?? Nyuri ya?? " Tuduh Via seenak nya di hadapan banyak peserta lain mempermalukan Elena untuk ke sekian kali nya.
" Bukan. Aku ga nyuri. " Jawab Elena langsung mengelak.
" Bohong. Nih liat.. Ini jaket limited edition, jaket mahal. Mana bisa anak yatim piatu kayak kamu beli ini.. mau kerja 5 tahun pun, ga mungkin mampu kamu beli. " Hina Via semakin tajam.
Perhatian pun semakin tersorot ke arah Via dan Elena yang berada di dekat kumpulan kayu api unggun untuk acara nanti malam.
" Tapi aku ga nyuri. " Kata Elena mencoba tidak membocorkan siapa sebenarnya pemilik jaket itu.
" Terus?? Punya siapa?? Oohh.. punya pacar mu ya?? Diem diem ada pacar yaa.. waahhh, berani juga ya.. aku kira kamu lugu, ternyata berani bawa pacar jauh jauh kesini. " Via pun semakin memancing dan menggiring opini yang di buat buat nya.
" Jangan ngawur Via. Semua itu ga benar." Kata Elena memberanikan diri mengelak.
" Jangan bohong deh. Udah berani bohong ya sekarang. " Bentak Via dan mengayunkan tangan nya hendak memukul Elena.
" Berisik banget sih jadi orang. Itu jaket ku, emang kenapa? "
Lagi dan lagi, dengan gentle Leon menghalangi pukulan yang hampir mendarat di tubuh Elena.
Dan secara terang terangan tanpa takut Leon membela Elena di depan banyak pasang mata dan telinga yang melotot kaget mengetahui nya.
Hal serupa juga di alami Elena, seperti nyaris kena serangan jantung ia menatap dan menyayangkan perbuatan Leon.
Ia lebih memilih di pukul daripada melibatkan Leon dalam situasi yang seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Gabrielle
Dunia nyata jg byk yg kayak gini...apalagi merasa ortunya punya kekuasaan.
2021-11-13
2
Aurora
Darah tinggi bacanya🤨🤨🤨
2021-11-13
1
ANAA K
Semangat thor👍🏾 jangan lupa mampir yah thor😉🙏🏿
2021-09-19
0