Bab 4
Siang hari di sekolah, terlihat Elena yang sedang berada di ruang guru untuk membicarakan sesuatu.
" Saya mohon bu, ijinkan saya untuk tidak mengikuti camp LDK tahun ini. Saya harus membantu mengurusi adik adik di panti. " Kata Elena sopan kepada wali kelas nya.
" Ya ga bisa begitu. Ini kan kegiatan wajib setiap tahun, tidak menerima alasan apapun. Apalagi ini kan juga acara gratis, yayasan yang membiayai. " Jawab bu guru ketus.
" Tapi bu.. "
" Tidak ada tapi tapi. Namanya wajib ya harus ikut. " Kata bu guru tegas menolak permohonan Elena.
Selesai dengan pembicaraan itu, Elena dengan lesu pergi ke tempat favorit nya yaitu di taman belakang.
Tempat itu sangat jarang di kunjungi oleh para murid karena dekat dengan tempat pembuangan.
Namun bagi Elena itu adalah tempat ternyaman nya, jauh dari kerumunan dan keusilan teman teman nya.
Ia nampak lesu dan termenung membayangkan apa yang akan di alami nya selama camp LDK 2 hari 1 malam yang akan di gelar besok lusa.
Kegiatan nya pasti tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Menjadi porter yang harus membawakan banyak nya barang bawaan Via dan teman teman.
Menjadi pesuruh, mencuci tumpukan piring dan gelas kotor, mendirikan tenda bahkan hal terburuk adalah di tinggalkan kelompok dan tersesat sendirian di hutan..
Tekad nya untuk tidak pergi begitu besar, namun apa daya.. Elena hanyalah siswa jalur beasiswa yang tidak punya kekuatan apapun untuk menolak apalagi melawan..
Hembusan angin mengibarkan helai demj helai rambut panjang nya, dan sesekali ******* nafas lelah keluar dari mulut nya..
Di tengah lamunan nya, tiba tiba seseorang melempari tubuh nya dengan botol kosong..
BUUUKKK..
" Auw.. " Reflek Elena kaget dan mengira bahwa itu perbuatan Via, namun ternyata bukan.
" Sakit ya?? " Kata seorang gadis yang menghampiri nya sendirian.
Elena tidak merasa kenal dengan gadis itu, namun yang jelas terpancar adalah tatapan kebencian.
" Maaf.. Ada yang bisa aku bantu? " Tanya Elena baik hati.
" Ada banget. Hari ini, kamu punya ku. " Kata gadis bernama Okta itu, sambil menarik paksa rambut Elena.
" Aaa.. tapi aku salah apa? " Rintih Elena kesakitan.
" Gara gara kamu, rencana ku kemarin jadi kacau. " Teriak Okta yang ternyata adalah gadis yang berencana menyatakan perasaan kepada Leon.
Dengan segala amarah nya, ia menarik Elena ke gudang sekolah yang kotor dan sangat sepi.
Ia menjejalkan kue buatan nya kemarin ke mulut dan wajah Elena tanpa ampun.
" Nih makan nih. Biar ga sia sia, aku susah susah bikin kemarin. "
Elena berusaha meronta melawan dan melepaskan diri dari siksaan namun tidak berhasil karena teman teman Okta yang sama tega nya, datang membantu.
Terlihat Sean yang diam diam mencari tempat sepi, berencana ingin merokok mendengar suara berisik dari dalam gudang dan memeriksa nya.
Dia terkejut ternyata disana sudah ada murid murid wanita yang sedang menyiksa Elena hingga ia tersungkur di lantai dan seluruh seragam nya kotor.
" Kenapa kak?? Ada masalah?? " Kata Okta tidak kenal takut.
" Gak, cuma lewat aja. " Sean pun memutuskan untuk tidak ikut campur dan meninggalkan tempat itu.
Ia mengurungkan niat nya untuk merokok dan menghampiri teman temannya yang sedang bermain basket di lapangan.
" Abis dari mana sih? Di cari daritadi. " Kata Niko.
" Abis dari taman belakang.. mau puas puasin ngerokok, malah ngeliat anak anak cewe berulah. " Gerutu Sean kesal.
" Berulah?? Ngerokok juga?? " Tanya Niko penasaran.
" Bukan. Biasa lah.. ngerjain si Elena. " Jawab Sean santai, seperti bukan sesuatu yang aneh.
Leon yang bermain bola tidak jauh dari mereka, seketika terhenti mendengar perkataan Sean. Tiba tiba ia tampak memikirkan sesuatu dan mengoper bola basket nya ke arah Niko.
" Mau kemana?? " Tanya Niko.
" Ada urusan sebentar. " Jawab Leon sambil berlari meninggalkan lapangan.
Antara ya atau tidak, Leon merasa dilema. Ia sudah berada dekat dengan tempat Elena di bully, namun ia ragu jika bersikap berlebihan.
Setelah beberapa saat, Leon memutuskan untuk mengikuti hati nurani nya dan perlahan menghampiri gudang.
Benar saja, terlihat Elena yang sudah comoang camping dengan seragam yang robek, rok yang kotor dan juga robek. Rambut yang sangat berantakan, wajah yang kotor dan merah karena di pukul.
" Kamu ngapain? " Pertanyaan bingung yang terlontar dari mulut Leon.
Mengetahui keberadaan Leon, Elena dengan segera menghapus air mata nya dan menutupi bagian paha nya yang terlihat karena rok yang sobek.
" Hmmm.. tunggu sebentar disini. " Kata Leon terlihat kesal dan berlalu pergi meninggalkan nya.
Beberapa saat kemudian dia kembali ke tempat Elena, dan melemparkan pakaian olahraga nya ke arah Elena.
" Pakai ini. " Kata Leon sambil memalingkan wajah nya tidak tega melihat Elena.
" Kamu kenapa bisa ada disini?? " Tanya Elena penasaran dengan kemunculan Leon yang tiba tiba.
" Ga sengaja lewat. Ga usah banyak tanya, cepet ganti pakaian mu sebelum banyak yang melihat. " Perintah Leon dingin.
" Aku akan segera mencuci dan mengembalikan nya. Lagi lagi kamu menolong ku, aku sangat berhutang budi sama kamu. " Kata Elena tidak enak hati dan malu, setiap bertemu Leon selalu dalam kondisi menyedihkan.
" Ga perlu hutang budi. Anggap aja balasan karena ngebantu aku naik bus umum kemarin. " Jawab Leon sambil pergi meninggalkan Elena agar tidak semakin merasa malu.
Setelah Leon pergi, Elena tiba tiba menangis tersedu sedu merasakan rasa malu dan lelah yang terjadi dalam hidupnya.
Tangisan Elena pecah di tempat itu dengan sendiri nya, ia meluapkan segala apa yang ia rasakan dengan tangisan nya yang ter sedu sedu.
Leon yang ternyata belum jauh dari situ, mendengar suara tangisan Elena yang rapuh untuk pertama kali.
" Dasar merepotkan. " Gerutu Leon semakin merasa kesal mendengar tangisan Elena.
Waktu pun berlanjut hingga jam pulang, Leon yang sedang berjalan bersama Niko dan Sean ke tempat parkir motor tiba tiba kembali di hadang oleh Okta yang belum menyerah mendekati Leon.
" Hai kak Leon.. mau makan rame rame ga?? Ada cafe baru di deket sekolah kita." Tanya Okta centil di hadapan lelaki yang sama sekali tidak merespon nya.
" Makan aja sama yang lain. " Jawab Leon ketus.
" Aku maunya ajak kakak gabung. Aku yang traktir. " Kata Okta tidak menyerah.
Leon pun mulai kehabisan kesabaran melihat tingkah gadis di hadapan nya ini.
" Jangan suka muncul di depan ku lagi. Jangan buat aku semakin ilfeel melihat kamu. " Begitu ketus dan menusuk jawaban Leon kepada Okta. Hingga Niko dan Sean ikut merasa tidak enak mendengar perkataan Leon yang jahat.
Mereka bertiga segera kabur dan meninggalkan Okta yang begitu terpukul mendengar jawaban Leon.
" Jahat banget bro. " Kata Niko sambil menepuk bahu Leon.
" Dia yang lebih jahat duluan. " Jawab Leon dengan tatapan kesal dan tidak peduli.
Elena berjalan pulang ke halte bus dengan pakaian olahraga milik Leon yang tentu nya terlalu besar di pakai nya. Perlu beberapa gulungan pada celana dan lengan pakaian agar nyaman di pakai.
Elena dapat merasakan wangi parfum yang biasa di gunakan Leon saat ini melekat di tubuh nya.
Perasaan Elena saat ini campur aduk, ia merasa setelah melalui badai ya g besar.. ada kehangatan sinar matahari yang hadir dalam hidup nya..
Jantung Elena terus berdegup semakin kencang ketika ia memikirkan perlakuan Leon, yang walaupun ketus tetapi mau menolong nya..
Satu satu nya murid dan lelaki yang menolong nya ketika mengalami kesulitan..
Dalam perjalanan pulang, terlihat Leon yang mengendarai motor melewati Elena yang berjalan di trotoar..
Kedua mata Leon yang tertutup kaca helm pun juga diam diam tidak lepas pandang dari keberadaan Elena..
Walaupun Leon melewati nya, namun ia cukup merasa lega melihat wanita itu memakai pakaiannya dengan nyaman dan bisa berjalan pulang dengan aman..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Pansy
Aku mampir lagi kak ❤️
2022-04-21
1
Gabrielle
Krn miskin jadi di bully
2021-11-13
1
Aurora
Kok temen2nya pd jahat semua🤔😠
2021-11-13
0