Si Bungsu
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Begitulah salah satu bait lagu keluarga cemara yang menggambarkan suana sore hari disebuah keluarga yang sedang menikmati petang di hari weekend disamping rumahnya. Ada tiga pria dan satu wanita, ke empat orang itu adalah kakak beradik.
Anak pertama yang bernama Alfa sedang asik duduk di pojokan Gazebo sambil menjulurkan kaki, bersandar disandaran gazebo kayu tersebut, di atas pahanya terdapat bantal kecil yang dijadikan alas buku yang sedang ia baca, ia seperti tidak terganggu dengan suara saudara kembarnya bernama Alfi yang sedang asik melakukan Live instagram menawarkan barang endorse-an dipojokan Gazebo yang bersembrangan dengan tempat duduknya. Sedangkan kedua adiknya Andrian dan sibungsu Adriana sedang asik bermain Badminton dihalaman depan Gazebo, sesekali kedua anak itu tertawa keras karena kahebohan mereka bermain dan kadang berteriak mengejek yang kalah disalah satunya.
“Bang Dri udahan aja yuk, aku udah lelah nih.” Ajak Riana pada kakaknya.
“Baru juga bentaran dek, masa udah lelah,” ujar Andrian yang masih ingin bermain.
“Yaudah bang Dri aja yang main sendiri! Aku mau istirahat.” Riana menggeletakan Raket begitu saja diatas rurumputan lalu berjalan ke arah kedua kakaknya di Gazebo.
“Bang kipasin Riana dong, gerah nih.” Riana merebahkan Kepalanya di Paha Alfi yang sedang Live Instagram sambil mengipas-ngipaskan tangan ke Wajahnya.
“Abang lagi Live Instagram, dek. Minta aja sama bang Alfa!” ujar Alfi tanpa melihat ke arah adiknya
Riana berdecak, ia bangkit dari rabahan lalu mendekat ke arah kakaknya yang pertama, Alfa. “Bang Alfa aku gerah,” ujar Riana setelah di dekat Alfa.
Alfa mengalihkan pandangannya dari buku ke adik bungsunya lalu mengipaskan tangannya di Wajah Riana.
Riana terkekeh “Gak kerasa kalau dikipasin pake satu tangan doang mah, bang.”
Alfa menuruti saja kemaun adiknya ini, ia mengipaskan kedua tangannya di hadapan Riana.
“Kebiasaan banget sih kamu tuh, bekas mainnya gak suka di taro ketempatnya lagi.” Celetuk Andrian yang ikut duduk di samping adiknya.
“Hehe.. Maaf Riana lupa,” ucap Riana sambil tersenyum.
“Tuhkan kebiasaan! Yaudah sekarang ambilin abang Dri minum gih.” Andrian menyuruh.
“Itu ada minum bang.” Riana menunjuk minuman di meja kecil yang sudah disediakan sebelum mereka mulai bermain tadi.
“Udah gak dingin itu mah, dek. Abang pengen yang dingin banget,” ujar Andrian
“Habis olahraga itu gak baik langsung minum air dingin, Dri.” Celetuk Alfa memberitahu, tangannya masih setia mengipasi Riana.
“Nah betul tuh kata pak Dokter! Gak baik habis olahraga langsung minum air dingin nanti bisa menyebabkan melemahnya Jantung, Perut jadi semakin buncit, Sering buang Air Kecil, Kepala menjadi pus—.“ Andrian langsung membekap mulut kakak keduanya, Alfi. Yang menyerocos begitu saja.
“Aku udah tahu kali,” ketus Andrian lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Alfi.
“Udah tahu tapi tetap aja dilakuin,” ucap Alfi sambil mengusap mulutnya dengan punggung tangan. Saat ini ia sudah selesai dengan Live Instagramnya dan duduk mendekat di dekat tiga saudaranya.
Andrian hanya mengangkat bahunya, tidak peduli.
“Dek, tangan abang pegel dari tadi ngipasin kamu terus” celetuk Alfi. Ketiga orang itu langsung menatap pada kakak petamanya yang duduk di paling pojokan.
Riana terkekeh “Ya, kalau pegel turunin aja tangannya, bang. Ariana udah gak terlalu gerah kok.” Alfa pun menyudahi mengipasi adiknya.
“Makasih udah ngipasin Riana, bang.” Ucap Riana sambil tersenyum. Alfa hanya mengangguk kecil sambil tersenyum lalu mengelus puncak kepala adiknya pelan.
“Senengnya lihat anak-anak papah pada akur.” Ucap Arun yang berdiri tidak jauh dari arah mereka di sampingnya ada Mita sang istri.
Ke empat anaknya langsung menengok ke arah suara dan Riana langsung berteriak heboh melihat Daddynya sudah pulang dari perjalanan bisnis. Riana langsung beranjak dari Gazebo lalu berlari ke arah Arun.
Arun tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya lebar, menyambut kedatangan putrinya hingga tubuh Riana berhambur kepelukannya, merengkuh punggung Riana erat. Sedangkan Mita yang melihat itu hanya terkekeh geli, melihat tingkah Riana seperti tidak bertemu Arun berbulan-bulan.
“I miss you, dad.” Riana semakin mempererat lingkaran tangannya di leher Arun.
Arun terkekeh “I miss you too, sugar.” Arun mencium kedua pipi putrinya lalu melepaskan pelukannya.
“Kenapa perjalanan bisnis daddy kali ini lama sekali?” tanya Riana. Tangan Arun melingkar di bahu putrinya lalu berjalan perlahan menuju Gazebo.
“Perjalanan bisnis daddy seperti biasa Cuma tiga hari, yang ini juga tiga hari,” ucap Arun heran.
“Tapi menurutku tiga hari seperti sudah tiga bulan, dad.”
Arun tertawa pelan. Sungguh, menggemaskan sekali putrinya ini. “Sepertinya putri daddy ini sudah besar, sudah bisa berkata-kata manis merayu daddy”
Riana hanya terkekeh “Aku memang sudah besar, dad.”
“Putri daddy ini jangan terlalu cepat besar, nanti kaya abang-abangmu ini, hanya diam tidak menyambut kedatangan daddy” ucap Arun yang saat ini sudah sampai di Gazebo.
Satu persatu ketiga pria itu menyalami tangan Arun lalu duduk kembali ke tempatnya semula. “Kami bukan lagi anak kecil, pi. Yang harus menyambut pipi dengan berlari seperti Riana.” Celetuk Andrian setelah menyalami tangan pipinya itu.
“Maksud bang Dri Riana masih kecil, hah?” tanya Riana ketus tidak rela masih di anggap anak kecil.
Andrian hanya mengangkat bahunya, tidak ingin menjawab pertanyaan Riana. Walaupun Riana saat ini sudah kelas tiga SMA tapi menurut semua anggota keluarga, Riana masih si mungil kesayangan mereka. Riana itu bagaikan pelengkap keluarga ini, gadis cerewet, ceria, manja, cerdas, baik hati, smart dan kebanggaan mereka semua. Tapi sayang, Riana itu orang yang tidak bisa rapih, lihat saja kamarnya yang sangat berantakan walaupun setiap hari di rapihkan oleh ART.
“Riana gak perlu dengerin ucapannya abang Dri, kaya Riana gak tahu saja sikapnya bang Dri.” Ucap Mita menengahi sebelum terjadi adu mulut antara Riana dan Andrian. Karena jarak umur Riana dan Andrian hanya satu tahun, membuat mereka gambang sekali ribut. Hal sepele saja mereka ributkan, tidak seperti kedua abangnya yang sudah besar. Mereka sudah mengerti harus bersikap seperti apa menghadapi adik-adiknya itu.
“Awas saja nanti bang Dri kalau ngajak Riana olahraga pagi, bakal Riana tolak.” Ucap Riana ketus sambil memberikan ekspresi permusuhan. Ketika Andrian ingin membalas, Mita langsung menyentuh bahunya agar tidak perlu menyahuti ucapan Riana. Mita tidak mau mendengar percekcokan mereka yang akan membuat kepalanya pusing.
“Oh iya papah udah bawa oleh-oleh yang kalian minta” ucap Arun sedikit keras penuh semangat mencoba mengalihkan perhatian mereka.
“Kita gak minta, Ayah saja yang memaksa kita minta oleh-oleh,” ucap Alfi yang tidak setuju dengan kata ‘minta’ yang di ucapkan ayahnya.
Arun hanya tersenyum menanggapi ucapan putra sulungnya. Ya, memang benar dirinyalah yang memaksa anak-anaknya agar meminta di bawakan oleh-oleh di perjalanan bisnis kali ini. Arun merasa rindu akan kenangan masa kecil anak-anaknya. Ketika mereka masih kecil pasti selalu minta dibawakan oleh-oleh dan mereka akan berebutan memeluknya ketika ia sampai di rumah tapi sekarang anak-anaknya sudah besar. Tidak ada lagi teriakan bahagia menyambutnya pulang, tidak ada lagi saling dorong mendorong ingin memeluknya. Untung saja si bungsu masih menyambutnya seperti tadi membuat Arun tidak terlalu kehilangan akan masa kecil mereka.
“Ini oleh-oleh Alfa, Alfi, Andrian dan ini buat Adriana.” Arun membangikan oleh-oleh yang telah di belinya kepada anak-anaknya.
“Wow, ayah ini ponsel keluaran baru bahkan di negara kita saja belum ada yang jual.” Alfi excited meneriama barang pemberian ayahnya. Ia memang meminta oleh-oleh ponsel baru karena bingung ayahnya yang terus memaksa ingin membelikan oleh-oleh tapi ia tidak menyangka akan dibelikan ponsel keluaran baru ini.
“Ayah emang luar biasa, makasih ayah,” lanjut Alfi bahagia lalu memeluk ayahnya. Arun hanya tersenyum mengangguk lalu mengelus kepala Alfi gemas. Sekilas terbayang wajah anak-anaknya waktu kecil yang sangat bahagia menerima oleh-oleh yang diberikannya.
“Makasih juga bukunya ayah, ini buku sudah lama sekali aku cari tapi di toko buku manapun sudah tidak ada yang jual. Aku gak tahu bagaimana cara ayah mendapatkan buku ini tapi aku berterimakasih banget, ayah,” ucap si sulung tersenyum bahagia lalu memeluk ayahnya.
Alfa pun sama bingungnya seperti Alfi ketika ditanyai ingin di belikan oleh-oleh apa. Karena sangat menyukai buku ia pun minta dibawakan buku tanpa mengatakan judul atau karya siapapun, tapi siapa sangka ternyata ayahnya membawakan buku yang sudah lama ia cari. Ayahnya memang sangat luar biasa.
“Ayah selalu tahu apa yang di mau putranya.” Arun tersenyum bahagia lalu megelus puncak kepala Alfa sama gemasnya.
“Kedua anak ayah yang ini gak mau memeluk ayah juga? atau gak suka dengan oleh-olehnya?” tanya Arun yang heran dengan sikap Andrian dan Riana yang hanya diam melihat abang-abangnya memeluk dirinya.
Andrian dan Riana sekilas saling melirik satu sama lain lalu tersenyum memeluk Arun bersamaan. Tubuh Arun sampai terdorong sedikit kebelakang mendapatkan pelukan dadakan dari dua anaknya ini.
“Walaupun aku hanya dibelikan obat vitamin daya tahan tubuh tapi obat ini yang paling aku butuhkan saat ini. Aku akan lebih semangat lagi latihan untuk jadi Atlet yang hebat untuk pipi.” Ucap Andrian setelah melepas pelukannya.
“Riana juga, walaupun hanya di belikan oleh-oleh bibit bunga, Riana akan menanamnya dengan baik dan akan menjadikan taman belakang rumah kita menjadi lebih indah. Jadi, daddy dan momy bisa bermesraan sambil menikmati pemandangan bunga dari bibit bunga ini.” ucap Riana diakhiri dengan kekehan.
Keduanya mengucapkan terimakasih lalu mencium pipi Arun bersamaan. Senyuman Arun semakin mengambang di wajahnya, ia benar-benar bahagia mendapatkan anak-anak yang manis seperti mereka berempat.
Arun memang membelikan semua oleh-oleh sesuai kiteria anak-anaknya, anaknya yang pertama, Alfa. Lebih suka membaca buku dan sekarang pun sudah menjadi seorang Dokter seperti ibunya. Anaknya yang kedua, Alfi. Dia lebih suka berkarya di dunia hiburan dan Arun sengaja membelikannya ponsel keluaran baru agar memudahkan eksistensi Alfi di dunia entertainment dan saat ini juga Alfi sudah menjadi Artis sekaligus aktor yang cukup terkenal. Bahkan anaknya juga menggarap sebagai youtuber.
Sedangkan putra ketiganya bercita-cita ingin jadi seorang Atlet Bulutangkis. Andrian sudah sering mendapatkan juara jika ada perlombaan bulutangkis sejak masih duduk dibangku SMA. Saat ini dia baru saja lulus dari bangku SMA dan sedang mengikuti seleksi menjadi anggota pemain bulutangkis, makanya itu Arun memberi obat daya tahan tubuh yang jarang sekali bisa didapatkan oleh orang sembarangan. Agar anaknya mempunyai fisik daya tahan tubuh lebih kuat untuk mengikuti seleksi tersebut.
Dan si bungsu yang saat ini kelas 3 SMA, yang hobinya menanam bunga dan bermain musik, Arun sengaja membelikannya bibit bunga agar ia bisa melihat senyum cerah menawan anaknya setiap hari Karena menurut Arun senyuman anaknya terlihat sangat berbeda dari biasanya ketika putrinya sedang memandangi bunga-bunga hasil tanamannya sendiri.
Ke empat anaknya itu mempunya keunikan masing-masing, saking uniknya setiap anak memanggil Mita dan Arun dengan panggilan berbeda, si kembar memanggilnya dengan panggilan Bunda dan Ayah, anak ketiga Mimi dan Pipi lalu anak ke empat Daddy dan Momy.
Pertamanya Arun dan Mita merasa bingung anaknya memanggil dengan panggilan berbeda padahal mereka tidak menyuruhnya begitu tapi biarlah anaknya memanggilnya dengan panggilan apapun asalkan anaknya merasa bahagia dengan panggilan tersebut.
“Bunda iri banget masa Cuma ayah doang yang dikasih pelukan sama ciuman, mentang-mentang ayah beliin sesuatu yang spesial untuk kalian. Padahal bunda kan setiap hari kasih masakan yang enak untuk kalian.” Ucap Mita pura-pura sedih.
Semuanya terkekeh mendengar sang ratu berbicara demikian dan mereka pun mendekatkan diri pada Mita lalu memeluk wanita itu bersamaan. Semua tertawa bahagia dalam pelukan tersebut. Orang tua luar biasa pasti akan melahirkan anak-anak yang luar biasa pula, Arun dan Mita mendidik anaknya diiringi kasih sayang yang luar biasa, memberi mereka pengertian, kehangatan, kebebasan memilih, dan tidak menuntut anaknya harus menjadi seperti apa.
Arun dan Mita hanya memberi saran, nasihat, arahan dan mengajarkan sikap tanggung jawab atas apa yang anaknya pilih, tapi bukan berarti Mita dan Arun sayang pada anaknya menjadikan mereka orang tua yang lepas tangan terhadap pilihan anaknya. Jika anaknya membuat salah atau melangkar peraturan yang mereka buat maka hukuman pun tidak akan lepas dari anaknya.
Begitul hasil didikan Arun dan Mita pada anak-anaknya membuat anaknya menjadi anak luar biasa dimatanya dan dimata orang lain.
...----------------...
Semoga para pembaca bisa suka dengan cerita ini. Jangan Lupa Like, Komen, Vote dan Hadiahnya juga ya😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fay
mampir baca thor
2023-06-26
1
Erni Kusumawati
ahhh syuka dg situasi keluarga Arun-Mita😊😊
2022-01-07
0
Deanna Anne
Aku datang Thor selepas membaca habis cerita disebalik pernikahan. 😊😊
2021-10-25
0