NovelToon NovelToon

Si Bungsu

Kerinduan.

Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga

Begitulah salah satu bait lagu keluarga cemara yang menggambarkan suana sore hari disebuah keluarga yang sedang menikmati petang di hari weekend disamping rumahnya. Ada tiga pria dan satu wanita, ke empat orang itu adalah kakak beradik.

Anak pertama yang bernama Alfa sedang asik duduk di pojokan Gazebo sambil menjulurkan kaki, bersandar disandaran gazebo kayu tersebut, di atas pahanya terdapat bantal kecil yang dijadikan alas buku yang sedang ia baca, ia seperti tidak terganggu dengan suara saudara kembarnya bernama Alfi yang sedang asik melakukan Live instagram menawarkan barang endorse-an dipojokan Gazebo yang bersembrangan dengan tempat duduknya. Sedangkan kedua adiknya Andrian dan sibungsu Adriana sedang asik bermain Badminton dihalaman depan Gazebo, sesekali kedua anak itu tertawa keras karena kahebohan mereka bermain dan kadang berteriak mengejek yang kalah disalah satunya.

“Bang Dri udahan aja yuk, aku udah lelah nih.” Ajak Riana pada kakaknya.

“Baru juga bentaran dek, masa udah lelah,” ujar Andrian yang masih ingin bermain.

“Yaudah bang Dri aja yang main sendiri! Aku mau istirahat.” Riana menggeletakan Raket begitu saja diatas rurumputan lalu berjalan ke arah kedua kakaknya di Gazebo.

“Bang kipasin Riana dong, gerah nih.” Riana merebahkan Kepalanya di Paha Alfi yang sedang Live Instagram sambil mengipas-ngipaskan tangan ke Wajahnya.

“Abang lagi Live Instagram, dek. Minta aja sama bang Alfa!” ujar Alfi tanpa melihat ke arah adiknya

Riana berdecak, ia bangkit dari rabahan lalu mendekat ke arah kakaknya yang pertama, Alfa. “Bang Alfa aku gerah,” ujar Riana setelah di dekat Alfa.

Alfa mengalihkan pandangannya dari buku ke adik bungsunya lalu mengipaskan tangannya di Wajah Riana.

Riana terkekeh “Gak kerasa kalau dikipasin pake satu tangan doang mah, bang.”

Alfa menuruti saja kemaun adiknya ini, ia mengipaskan kedua tangannya di hadapan Riana.

“Kebiasaan banget sih kamu tuh, bekas mainnya gak suka di taro ketempatnya lagi.” Celetuk Andrian yang ikut duduk di samping adiknya.

“Hehe.. Maaf Riana lupa,” ucap Riana sambil tersenyum.

“Tuhkan kebiasaan! Yaudah sekarang ambilin abang Dri minum gih.” Andrian menyuruh.

“Itu ada minum bang.” Riana menunjuk minuman di meja kecil yang sudah disediakan sebelum mereka mulai bermain tadi.

“Udah gak dingin itu mah, dek. Abang pengen yang dingin banget,” ujar Andrian

“Habis olahraga itu gak baik langsung minum air dingin, Dri.” Celetuk Alfa memberitahu, tangannya masih setia mengipasi Riana.

“Nah betul tuh kata pak Dokter! Gak baik habis olahraga langsung minum air dingin nanti bisa menyebabkan melemahnya Jantung, Perut jadi semakin buncit, Sering buang Air Kecil, Kepala menjadi pus—.“ Andrian langsung membekap mulut kakak keduanya, Alfi. Yang menyerocos begitu saja.

“Aku udah tahu kali,” ketus Andrian lalu melepaskan tangannya yang membekap mulut Alfi.

“Udah tahu tapi tetap aja dilakuin,” ucap Alfi sambil mengusap mulutnya dengan punggung tangan. Saat ini ia sudah selesai dengan Live Instagramnya dan duduk mendekat di dekat tiga saudaranya.

Andrian hanya mengangkat bahunya, tidak peduli.

“Dek, tangan abang pegel dari tadi ngipasin kamu terus” celetuk Alfi. Ketiga orang itu langsung menatap pada kakak petamanya yang duduk di paling pojokan.

Riana terkekeh “Ya, kalau pegel turunin aja tangannya, bang. Ariana udah gak terlalu gerah kok.” Alfa pun menyudahi mengipasi adiknya.

“Makasih udah ngipasin Riana, bang.” Ucap Riana sambil tersenyum. Alfa hanya mengangguk kecil sambil tersenyum lalu mengelus puncak kepala adiknya pelan.

“Senengnya lihat anak-anak papah pada akur.” Ucap Arun yang berdiri tidak jauh dari arah mereka di sampingnya ada Mita sang istri.

Ke empat anaknya langsung menengok ke arah suara dan Riana langsung berteriak heboh melihat Daddynya sudah pulang dari perjalanan bisnis. Riana langsung beranjak dari Gazebo lalu berlari ke arah Arun.

Arun tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya lebar, menyambut kedatangan putrinya hingga tubuh Riana berhambur kepelukannya, merengkuh punggung Riana erat. Sedangkan Mita yang melihat itu hanya terkekeh geli, melihat tingkah Riana seperti tidak bertemu Arun berbulan-bulan.

“I miss you, dad.” Riana semakin mempererat lingkaran tangannya di leher Arun.

Arun terkekeh “I miss you too, sugar.” Arun mencium kedua pipi putrinya lalu melepaskan pelukannya.

“Kenapa perjalanan bisnis daddy kali ini lama sekali?” tanya Riana. Tangan Arun melingkar di bahu putrinya lalu berjalan perlahan menuju Gazebo.

“Perjalanan bisnis daddy seperti biasa Cuma tiga hari, yang ini juga tiga hari,” ucap Arun heran.

“Tapi menurutku tiga hari seperti sudah tiga bulan, dad.”

Arun tertawa pelan. Sungguh, menggemaskan sekali putrinya ini. “Sepertinya putri daddy ini sudah besar, sudah bisa berkata-kata manis merayu daddy”

Riana hanya terkekeh “Aku memang sudah besar, dad.”

“Putri daddy ini jangan terlalu cepat besar, nanti kaya abang-abangmu ini, hanya diam tidak menyambut kedatangan daddy” ucap Arun yang saat ini sudah sampai di Gazebo.

Satu persatu ketiga pria itu menyalami tangan Arun lalu duduk kembali ke tempatnya semula. “Kami bukan lagi anak kecil, pi. Yang harus menyambut pipi dengan berlari seperti Riana.” Celetuk Andrian setelah menyalami tangan pipinya itu.

“Maksud bang Dri Riana masih kecil, hah?” tanya Riana ketus tidak rela masih di anggap anak kecil.

Andrian hanya mengangkat bahunya, tidak ingin menjawab pertanyaan Riana. Walaupun Riana saat ini sudah kelas tiga SMA tapi menurut semua anggota keluarga, Riana masih si mungil kesayangan mereka. Riana itu bagaikan pelengkap keluarga ini, gadis cerewet, ceria, manja, cerdas, baik hati, smart dan kebanggaan mereka semua. Tapi sayang, Riana itu orang yang tidak bisa rapih, lihat saja kamarnya yang sangat berantakan walaupun setiap hari di rapihkan oleh ART.

“Riana gak perlu dengerin ucapannya abang Dri, kaya Riana gak tahu saja sikapnya bang Dri.” Ucap Mita menengahi sebelum terjadi adu mulut antara Riana dan Andrian. Karena jarak umur Riana dan Andrian hanya satu tahun, membuat mereka gambang sekali ribut. Hal sepele saja mereka ributkan, tidak seperti kedua abangnya yang sudah besar. Mereka sudah mengerti harus bersikap seperti apa menghadapi adik-adiknya itu.

“Awas saja nanti bang Dri kalau ngajak Riana olahraga pagi, bakal Riana tolak.” Ucap Riana ketus sambil memberikan ekspresi permusuhan. Ketika Andrian ingin membalas, Mita langsung menyentuh bahunya agar tidak perlu menyahuti ucapan Riana. Mita tidak mau mendengar percekcokan mereka yang akan membuat kepalanya pusing.

“Oh iya papah udah bawa oleh-oleh yang kalian minta” ucap Arun sedikit keras penuh semangat mencoba mengalihkan perhatian mereka.

“Kita gak minta, Ayah saja yang memaksa kita minta oleh-oleh,” ucap Alfi yang tidak setuju dengan kata ‘minta’ yang di ucapkan ayahnya.

Arun hanya tersenyum menanggapi ucapan putra sulungnya. Ya, memang benar dirinyalah yang memaksa anak-anaknya agar meminta di bawakan oleh-oleh di perjalanan bisnis kali ini. Arun merasa rindu akan kenangan masa kecil anak-anaknya. Ketika mereka masih kecil pasti selalu minta dibawakan oleh-oleh dan mereka akan berebutan memeluknya ketika ia sampai di rumah tapi sekarang anak-anaknya sudah besar. Tidak ada lagi teriakan bahagia menyambutnya pulang, tidak ada lagi saling dorong mendorong ingin memeluknya. Untung saja si bungsu masih menyambutnya seperti tadi membuat Arun tidak terlalu kehilangan akan masa kecil mereka.

“Ini oleh-oleh Alfa, Alfi, Andrian dan ini buat Adriana.” Arun membangikan oleh-oleh yang telah di belinya kepada anak-anaknya.

“Wow, ayah ini ponsel keluaran baru bahkan di negara kita saja belum ada yang jual.” Alfi excited meneriama barang pemberian ayahnya. Ia memang meminta oleh-oleh ponsel baru karena bingung ayahnya yang terus memaksa ingin membelikan oleh-oleh tapi ia tidak menyangka akan dibelikan ponsel keluaran baru ini.

“Ayah emang luar biasa, makasih ayah,” lanjut Alfi bahagia lalu memeluk ayahnya. Arun hanya tersenyum mengangguk lalu mengelus kepala Alfi gemas. Sekilas terbayang wajah anak-anaknya waktu kecil yang sangat bahagia menerima oleh-oleh yang diberikannya.

“Makasih juga bukunya ayah, ini buku sudah lama sekali aku cari tapi di toko buku manapun sudah tidak ada yang jual. Aku gak tahu bagaimana cara ayah mendapatkan buku ini tapi aku berterimakasih banget, ayah,” ucap si sulung tersenyum bahagia lalu memeluk ayahnya.

Alfa pun sama bingungnya seperti Alfi ketika ditanyai ingin di belikan oleh-oleh apa. Karena sangat menyukai buku ia pun minta dibawakan buku tanpa mengatakan judul atau karya siapapun, tapi siapa sangka ternyata ayahnya membawakan buku yang sudah lama ia cari. Ayahnya memang sangat luar biasa.

“Ayah selalu tahu apa yang di mau putranya.” Arun tersenyum bahagia lalu megelus puncak kepala Alfa sama gemasnya.

“Kedua anak ayah yang ini gak mau memeluk ayah juga? atau gak suka dengan oleh-olehnya?” tanya Arun yang heran dengan sikap Andrian dan Riana yang hanya diam melihat abang-abangnya memeluk dirinya.

Andrian dan Riana sekilas saling melirik satu sama lain lalu tersenyum memeluk Arun bersamaan. Tubuh Arun sampai terdorong sedikit kebelakang mendapatkan pelukan dadakan dari dua anaknya ini.

“Walaupun aku hanya dibelikan obat vitamin daya tahan tubuh tapi obat ini yang paling aku butuhkan saat ini. Aku akan lebih semangat lagi latihan untuk jadi Atlet yang hebat untuk pipi.” Ucap Andrian setelah melepas pelukannya.

“Riana juga, walaupun hanya di belikan oleh-oleh bibit bunga, Riana akan menanamnya dengan baik dan akan menjadikan taman belakang rumah kita menjadi lebih indah. Jadi, daddy dan momy bisa bermesraan sambil menikmati pemandangan bunga dari bibit bunga ini.” ucap Riana diakhiri dengan kekehan.

Keduanya mengucapkan terimakasih lalu mencium pipi Arun bersamaan. Senyuman Arun semakin mengambang di wajahnya, ia benar-benar bahagia mendapatkan anak-anak yang manis seperti mereka berempat.

Arun memang membelikan semua oleh-oleh sesuai kiteria anak-anaknya, anaknya yang pertama, Alfa. Lebih suka membaca buku dan sekarang pun sudah menjadi seorang Dokter seperti ibunya. Anaknya yang kedua, Alfi. Dia lebih suka berkarya di dunia hiburan dan Arun sengaja membelikannya ponsel keluaran baru agar memudahkan eksistensi Alfi di dunia entertainment dan saat ini juga Alfi sudah menjadi Artis sekaligus aktor yang cukup terkenal. Bahkan anaknya juga menggarap sebagai youtuber.

Sedangkan putra ketiganya bercita-cita ingin jadi seorang Atlet Bulutangkis. Andrian sudah sering mendapatkan juara jika ada perlombaan bulutangkis sejak masih duduk dibangku SMA. Saat ini dia baru saja lulus dari bangku SMA dan sedang mengikuti seleksi menjadi anggota pemain bulutangkis, makanya itu Arun memberi obat daya tahan tubuh yang jarang sekali bisa didapatkan oleh orang sembarangan. Agar anaknya mempunyai fisik daya tahan tubuh lebih kuat untuk mengikuti seleksi tersebut.

Dan si bungsu yang saat ini kelas 3 SMA, yang hobinya menanam bunga dan bermain musik, Arun sengaja membelikannya bibit bunga agar ia bisa melihat senyum cerah menawan anaknya setiap hari Karena menurut Arun senyuman anaknya terlihat sangat berbeda dari biasanya ketika putrinya sedang memandangi bunga-bunga hasil tanamannya sendiri.

Ke empat anaknya itu mempunya keunikan masing-masing, saking uniknya setiap anak memanggil Mita dan Arun dengan panggilan berbeda, si kembar memanggilnya dengan panggilan Bunda dan Ayah, anak ketiga Mimi dan Pipi lalu anak ke empat Daddy dan Momy.

Pertamanya Arun dan Mita merasa bingung anaknya memanggil dengan panggilan berbeda padahal mereka tidak menyuruhnya begitu tapi biarlah anaknya memanggilnya dengan panggilan apapun asalkan anaknya merasa bahagia dengan panggilan tersebut.

“Bunda iri banget masa Cuma ayah doang yang dikasih pelukan sama ciuman, mentang-mentang ayah beliin sesuatu yang spesial untuk kalian. Padahal bunda kan setiap hari kasih masakan yang enak untuk kalian.” Ucap Mita pura-pura sedih.

Semuanya terkekeh mendengar sang ratu berbicara demikian dan mereka pun mendekatkan diri pada Mita lalu memeluk wanita itu bersamaan. Semua tertawa bahagia dalam pelukan tersebut. Orang tua luar biasa pasti akan melahirkan anak-anak yang luar biasa pula, Arun dan Mita mendidik anaknya diiringi kasih sayang yang luar biasa, memberi mereka pengertian, kehangatan, kebebasan memilih, dan tidak menuntut anaknya harus menjadi seperti apa.

Arun dan Mita hanya memberi saran, nasihat, arahan dan mengajarkan sikap tanggung jawab atas apa yang anaknya pilih, tapi bukan berarti Mita dan Arun sayang pada anaknya menjadikan mereka orang tua yang lepas tangan terhadap pilihan anaknya. Jika anaknya membuat salah atau melangkar peraturan yang mereka buat maka hukuman pun tidak akan lepas dari anaknya.

Begitul hasil didikan Arun dan Mita pada anak-anaknya membuat anaknya menjadi anak luar biasa dimatanya dan dimata orang lain.

...----------------...

Semoga para pembaca bisa suka dengan cerita ini. Jangan Lupa Like, Komen, Vote dan Hadiahnya juga ya😇

Ongkos Kirim

“Good Morning semuanya.” Sapa Riana penuh semangat yang baru gabung dimeja makan untuk sarapan. Saat ini ia sudah rapih dengan seragam SMAnya.

Di meja makan sudah ada ketiga abangnya, mereka hanya membalas sapaan Riana dengan senyuman sekilas.

Riana menarik salah satu kursi di samping Alfa seraya berkata “Momy dan daddy mana?” tanya Riana mendapati meja makan tanpa kedua orang tuanya.

Andrian berdecak mendengar pertanyaan Riana “Kamu tu kaya gak tahu kebiasaan pipi sama mimi kalau pipi baru pulang dari perjalanan bisnis,” ucap Andiran malas sambil mengolesi roti dengan selai kacang tanpa melihat ke arah Riana.

Ariana mengangguk sambil ber-oh mengerti, ia lupa bahwa daddy kemarin baru pulang dari perjalanan bisnis. Kebiasaan orang tuanya yang akan seharian di dalam kamar setelah daddy pulang, bahkan makan pun akan di antarkan oleh pembantunya ke kamar orang tuanya. Dan mereka sebagai anak sudah mengerti untuk tidak menganggu pasangan suami istri itu.

Kadang Riana penasaran tentang apa yang dilakukan momy dan daddy seharian di dalam kamar, apakah mereka tidak bosan? Pernah Riana menanyakan hal tersebut tapi kedua orang tuanya hanya tersenyum tidak menjawab. Membuat Riana semakin penasaran.

Riana juga menanyakan pada abang-abangnya tapi abangnya juga sama tidak tahu. Jadi, semua orang di rumah ini tidak ada yang tahu apa yang dilakukan sepasang suami istri itu seharian di dalam kamar.

“Dek, nanti sepulang sekolah temenin abang cari baju yuk soalnya dua hari lagi abang ada undangan ke acara talk shaw nih,” ucap Alfi.

“Eh gak bisa, adek kan mau nemenin bang Dri lari sore hari.” Sahut Andrian.

Riana memutar bola matanya jengah mendengar ucap abang ketiganya. Abangnya itu akan memanggil adek ketika ada maunya, seperti barusan.

“Dih, kapan Riana bilang mau nemenin bang Dri lari sore hari?” tanya Riana malas lalu ia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Alfi yang mendengar itu langsung tertawa ringan, “Malu gak tuh?” ledeknya pada Andrian.

“Berarti adek mau dong nemenin abang Alfi” lanjut tanya Alfi.

Riana langsung menggeleng sambil mengunyah makanan dimulutnya “Adek udah ada acara” jawab Riana setelah menelan makanannya.

“Acara apaan?” tanya Alfi “Kalau Adek nemenin abang, nanti abang belinn adek baju,” lanjut Alfi mencoba memberi iming-iming.

Riana menggeleng lagi “Adek mau jemput bang Ical di Bandara,” jawab Riana.

“Hah bang Ical pulang?” tanya Alfi skeptis “Kok abang gak tahu?” lanjutnya

“Bang Alfi kan sibuk terus di lokasi syuting mana tahu soal bang Faisal pulang,” celetuk Andrian.

“Kalau tahu bang Faisal pulang ngapain tadi adek ngajak si bungsu lari sore?” tanya Alfi pada Andrian.

“Riana mau berangkat bareng siapa? Kalau mau bareng abang sekarang kita berangkat.” Sela Alfa yang dari tadi hanya diam mendengarkan ocehan adik-adiknya.

“Bareng bang Alfa aja,” jawab Riana cepat “Tapi bentar bang! Aku habisin sarapnnya dulu, dikit lagi” Riana mempercepat makannya.

“Pelan-pelan aja makannya, abang tungguin kok” ucap Alfa.

Setelah menyelesaikan sarapan yang tinggal beberapa suap lagi, Riana pun berjalan keluar rumah meningglkan kedua kakaknya yang sekarang sudah adu mulut. Abangnya yang ketiga itu memang paling sering mengajak ribut saudara yang lain apalagi pada Riana, sering sekali Riana di jadikan bahan jailan oleh Andrian tapi Andrian tidak berani adu mulut dengan Alfa. Bukan karena Alfa galak atau bersikap dingin tapi sikap Alfa yang pendiam dan penuh kharisma membuat Andrian sungkan menjaili kakaknya yang pertama itu dan Alfa juga tidak suka meladeni ejekan Andrian membuat Andrian jadi malu sendiri.

“Oh iya, komik yang mau adek pinjem itu, abang udah selesai bacanya.” Ucap Alfa memulai obrolan sambil menyetir mobil.

“Hah? Abang udah selesai bacanya?” tanya Riana tidak menduga. “Cepet banget!”

Alfa melirik sekilas sambil tersenyum kecil “Seru loh komiknya! Mau abang kasih spoiler gak?”

“Gak gak gak, adek gak spoiler! Nanti gak seru bacanya.” Jawab Riana cepat sambil menutup kedua telinganya.

Alfa tertawa pelan gemas melihat tinggkah sang adik. Sepanjang perjalanan menuju sekolah mereka mengobrol tentang komik-komik yang baru rilis di minggu ini, Riana itu tempat paling nyaman untuk di ajak mengobrol tentang buku fiksi maupun non fiksi apalagi tentang komik.

Mereka mempunyai kesamaan suka membaca buku, semua buku yang di baca Alfa disukai oleh Riana kecuali buku tentang kedokteran. Dan enaknya jadi Riana ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli buku karena ia tinggal meminjam buku yang mau ia baca pada abangnya ini tapi sayang, Alfa tidak terlalu suka Novel Romance, dia lebih suka Novel yang kisah percintaan tragis. Sebenarnya Riana juga suka tapi ia lebih suka novel cinta manis.

“Makasih bang, udah anterin Riana,” ucap Riana sambil melepaskan seatbelt. Saat ini ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

“Iya sama-sama.”

“Nanti sore jangan lupa kita jemput bang Ical!” ucap Riana sebelum keluar dari mobil

“Iya siap Tuan Putri.”

Riana terkekeh lalu keluar dari mobil, sebelum menutup pintunya ia merendahkan kepala melongok ke dalam mobil sambil mengepalkan tangan di udara “Yang semangat kerjanya abang Dokter” ujarnya sambil tersenyum ceria.

Alfa tersenyum lebar sambil mengangguk, sebelum ia membalas menyemangati adiknya pintu mobil sudah terlebih dulu di tutup. Ia pun menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah Riana.

Riana memasuki gedung sekolah dengan hati yang berbunga-bunga, ia tidak sabar menunggu sore hari menjemput pria yang sudah lima tahun tidak pulang ke negaranya ini. Andai saja ia bisa mempercepat waktu pasti ia sudah memajukan waktu langsung ke sore hari agar ia bisa segera bertemu pria itu.

Bang Ical Riana kangen, kangen banget! Batin Riana.

“Riana Riana,” teriak seorang wanita dari arah belakang.

Riana menoleh pada sumber suara dan melihat seorang wanita yang tidak dikenalnya berlari kecil ke arahnya. “Elu Riana, kan?” tanya wanita itu sambil ngos-ngosan “Adiknya kak Alfi?” lanjut wanita itu

Riana hanya mengangguk sebagai jawaban. Hampir semua siswa di sekolah ini mengenal Riana, salah satunya karena ia adik dari seorang artis di tambah lagi semua kakaknya lulusan sekolah ini membuat guru-guru jadi lebih mengenalnya.

“Tenyata elu lebih cantik dari pada di postingan kakak elu.” Ujar wanita itu tersenyum.

Riana hanya tersenyum menanggapi pernyataan itu. Banyak orang yang mengatakan jika Riana sangat cantik, ia mempunya wajah yang manis dan tidak bosan untuk di pandangi terus menerus. Riana itu bagaikan wanita satu paket sempurna, sudah cantik, pintar di bidang akademis dan non akademis, gampang tersenyum, baik hati Di tambah lagi ia sangat mahir memainkan beberapa alat musik membuat para pria berlomba-lomba ingin mendapatkannya.

Tapi semua yang ia punya pada dirinya tidak membuat ia sombong, karena Arun dan Mita telah mendidik Riana dengan baik.

“Ada perlu apa?” tanya Riana langsung karena sebentar lagi waktunya upacara hari Senin

Wanita itu membuka tas ranselnya lalu mengeluarkan sebuah kotak yang sudah dibungkus kertas kado “Ini gue minta tolong kasih ke kak Alfi,” ujar wanita itu.

Riana ber-oh mengangguk mengerti lalu ia mengeluarkan sebuah goodie bag kanvas yang cukup besar dari dalam tas ranselnya.

“Masukin sini.” Riana membuka goodie bag kanvas tersebut dan wanita itu langsung memasukan barangnya sambil terheran-heran melihat goodie bag kanvas yang dibawa Riana.

“Ongkos kirimnya mana?” tanya Riana

“Hah ongkos kirim? Maksudnya?” wanita itu mengerutkan halisnya heran.

“Sepertinya elu fans baru bang Alfi ya? Soalnya setiap orang yang ingin ngasih barang ke bang Alfi lewat gue harus pakai ongkos kirim.” Jelas Riana.

Tiba-tiba ada dua orang wanita yang menghampiri Riana dan memberikan sebuah bingkisan untuk abangnya. Kedua wanita itu memasukan barangnya ke goodie bag kanvas lalu memberikan uang pecahan lima puluh ribu.

“Ini ongkos kirim kita berdua ya.” Ujar salah satu wanita itu.

“Eh kembaliannya?” ucap Riana.

“Buat lu aja, Cuma sepuluh ribu ini.” Ucap wanita itu sambil berlalu.

Riana memasukan uang tersebut ke dalam sakunya, lalu kembali menatap wanita yang terbengong melihat hal tersebut. “Jadi kaya gitu! Elu harus ngasih ongkos kirim sama gue kaya dua cewe tadi, murah kok ongkos kirimnya Cuma dua puluh ribu. Barang aman sampai ke tangan bang Alfi. Dan tenang aja gue orangnya jujur dan amanah, kalau elu gak percaya tanyain aja sama fansnya bang Alfi yang lain yang sering nitipin barang lewat gua” Ujar Riana seperti sedang mempromosikan jasa kirimnya.

“Kalau elu gak mau kasih ongkos kirim, elu kasih aja langsung sama bang Alfi jangan lewat gue.” Lanjut Riana.

“Oh begitu.” Wanita mengangguk mengerti lalu memberikan uang 20 ribu pada Riana.

Riana tersenyum menerimanya. Baru datang saja ia sudah mendapat uang hampir seratus ribu apalagi nanti siang pas iatirahat.

“Titipan gue bakal aman, kan?” tanya wanita itu memastikan.

Riana mengacungkan jempolnya “Aman, tenang aja”

Wanita pun itu pamit lebih dahulu meninggalkan Riana. Beginilah salah satu cara Riana mencari uang tambahan, pertamanya ia sangat terganggu sekali katika banyak orang yang ingin menitipkan barang pada abang-abangnya tapi kemudian ia mendapatkan sebuah ide berlian agar ia juga mendapatkan keuntungan dari hal tersebut maka terbitlah sistem ongkos kirim.

Ya, walaupun hanya dua puluh ribu tapi bayangkan saja jika ada sepuluh orang yang menitipkan barang padanya, ia sudah bisa mendapatkan dua ratus ribu tanpa perlu berkeringat. Jika ada anak yang berbaik hati tidak mau menerima uang kembalian maka semakin banyak uang yang Riana terima apalagi ini sekolah elit, pasti uang jajan siswa-siswi disini lumayan besar.

Bahkan setiap harinya lebih dari lima belas orang menitipkan barang, membuat tabungan Riana semakin penuh. Dan jika dulu ia risih orang-orang mengetahui bahwa ia adik dari tiga pria tampan maka sekarang Riana dengan senang hati orang mengenalnya sebagai adik dari abang-abangnya. Semakin banyak orang yang tahu semakin banyak pula keuntungannya.

‘Kita harus memanfaatkan peluang di sekitar kita dengan baik’ begitulah salah satu petuah dari sang daddy yang Riana tanamkan dalam dirinya.

Terimakasih atas petuahnya, Daddy.

Dia Pulang

“Kok bang Ical belum kelihatan sih?” tanya Riana yang sudah tidak sabar bertemu pria yang bernama Faisal tapi Riana memanggilnya dengan panggilan Ical. Itu panggilan kesayangannya untuk pria itu. saat ini kedua tangannya memegang sebuah karton bertulisan 'BANG ICAL' dengan huruf kapital yang ukurannya cukup besar. Padahal tanpa itu pun pria yang bernama Faisal itu akan langsung mengenali orang yang menjemputnya.

“Sabar dek, bentar lagi juga pasti keluar bang Faisalnya,” Alfa berdiri disamping Riana sambil melipat tangan di dadanya, sudah sekitar dua puluh menit mereka menunggu kedangan Faisal padahal dari jadwal mendaratnya pesawat sudah sepuluh menit yang lalu.

“Tangan adek pegel nih, dari tadi megangin kertas karton ini mulu,” gerutu Riana yang masih setia memegangi kertas kartonya di atas kepala.

Alfa terkekeh sambil melirik Riana disampingnya, “Lagian kata abang juga gak perlu pakai gini! Bang Faisal juga pasti ngenalin kita.”

“Tapi adek pengen kaya di film-film gitu loh, bang.”

Alfa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala menanggapi ucapan Riana.

“Bang gantian dong megangin kertas kartonnya,” ucap Riana sambil menyenggol Alfa dengan siku.

“Kata abang juga—“

“ITU BANG ICAL.” Teriak Riana bahagia sambil lompat-lombat kecil ditempat, ia menggoyangkan kertas karton di atas kepalanya agar terlihat oleh pria itu.

Pria yang bernama Faisal pun tersenyum lebar melihat dua orang berdiri tidak jauh dari posisinya. Ia melambaikan tangan kanannya pada Riana dan Alfa.

Riana menurunkan kertas kartonnya menyerahkan kepada Alfa begitu saja, kemudian ia berlari ke arah Faisal. Alfa yang melihat tingkah adiknya hanya menggelengkan kepala dan tetap diam di tempat sambil menggulung kertas karton yang diberikan Riana.

Tubuh Faisal terdorong selangkah kebelakang akibat pelukan Riana, ia mengeratkan tanganya di pinggang Riana lalu diputarlah Riana satu kali putaran.

“Bang Ical lama banget sih, Riana udah dari tadi nungguin,” ucap Riana, tangannya masih melingkar di leher Faisal.

Faisal terkekeh “Harusnya tanyain kabar abang dulu dong, jangan langsung ngegurutu gitu!” ujar Faisal lalu mencubit hidung Riana gemas.

Riana tersenyum lebar, “Pokoknya nanti bang Ical harus teraktir Riana, karena udah bikin Riana menunggu lama.”

Faisal tertawa pelan “Ya ampun, belum ada tiga puluh menitan abang nginjakin kaki disini udah di palak aja sama Riana.”

Riana terkekeh sambil menurunkan tangannya di leher Faisal “Bodo! Pokoknya nanti abang harus neraktir Riana sepuasnya.”

“Kalau masalah neraktir doang mah kecil buat abang! Riana mau dibeliin Mall aja, abang belinn,” ujar Faisal meremehkan dengan gaya sok kaya.

“Dih, kaya udah punya duit banyak aja.” Balas Riana tidak percaya.

Faisal hanya tertawa Ringan, tidak membalas ucapan Riana. Ia melingkarkan satu tangannya dipinggang Riana dan satunya lagi menarik koper lalu mereka berjalan ke arah Alfa yang hanya diam di tempat melihat interaksi kakak angkatnya dengan si bungsu.

Ya, Faisal adalah anak angkat Arun dan Mita, umurnya lebih tua satu tahun di atas Alfa dan Alfi. Faisal di adopsi ketika umurnya 12 tahun, saat itu Faisal kecil sedang menangis di depan ruang oprasi. Di dalam ruang oprasi tersebut ada ayahnya yang sedang berjuang hidup akibat tertabrak sebuah truk yang menghantam warung kecil milik keluarganya yang terdapat di pinggir jalan. Sedangkan ibunya sudah berada di ruang mayat karena sudah meninggal di lokasi kejadian.

Waktu itu Faisal baru saja pulang sekolah, sebelum pulang ke rumah ia ingin menemui kedua orang tuanya di warung milik mereka sendiri. saat beberapa jarak lagi sampai di warung, ada sebuah truk yang melaju cepat menghatam warung kecil kedua orang tuanya.

Faisal yang melihat hal itu terkejut luar biasa, ia bahkan terdiam cukup lama saking terkejutnya.

Ketika beberapa warga mulai berdatangan ke warung kecil itu, Faisal mulai sadar dari terkejutannya kemudian dengan cepat ia berlari ke arah warung dan seketika badannya terasa sangat lemas, dengan kepala matanya sendiri ia melihat ibunya terlindas oleh ban mobil sedangkan ayahnya tertimpa bangunan warung yang roboh.

Peristiwa tersebut adalah hal paling menyeramkan bagi Faisal di sepanjang hidupnya, melihat langsung kematian kedua orang tuanya yang sangat tragis.

Mita yang baru saja keluar dari ruang oprasi tidak tega harus mengabarkan berita duka pada anak kecil tersebut, umurnya baru 12 tahun tapi sudah mengalami hal buruk seperti itu. Dengan berat hati Mita menyampaikan jika ayah anak kecil itu tidak tertolong. Faisal yang mendengar hal itu menangis dalam diam, air matanya keluar dengan deras tapi tidak ada suara tangisan dari mulutnya. Hatinya terlalu sakit sampai-sampai ia tidak bisa mengeluarkan suara tangisannya.

Faisal yang tidak punya saudara ataupun kerabat dekat dibawa ke panti asuhan. Mita yang mengetahui hal itu tidak tega, ia menceritakan kejadian yang menimpa Faisal pada Arun, dan berkeinginan untuk mengadopsinya. Lagipula mereka tidak akan merasa terbebani hanya menambah satu anak lagi masuk ke keluarga mereka. Setelah mengurusi segala macam persyaratan akhirnya Faisal berhasil di adopsi oleh Arun dan Mita.

Awalnya psikis Faisal sangat buruk, ia menjadi anak yang pendiam dan tidak mau di sentuh oleh siapapun bahkan tidak mau bertemu orang-orang. Arun pun dengan sengaja meminta Windy yang berada di Singapure untuk mengobati Faisal dan dengan hanya satu bulan keadaan Faisal semakin membaik dan sudah bisa bermain dengan saudara-saudara yang lain.

Begitulah sekilas bagaimana Arun dan Mita bisa mengadopsi Faisal dan untungnya saja semua anaknya menyambut Faisal dengan baik walaupun anaknya bernama Andrian sedikit ada penolakan tapi dengan berjalannya waktu Andrian pun menerima Faisal bahkan jika dibandingakan sekarang Andrian lebih dekat dengan Faisal dari pada saudaranya yang lain.

Ketika Faisal sampai dihadapan Alfi, mereka berpelukan singkat sambil menanyakan kabar masing-masing.

“Ayah dan bunda udah nungguin bang Faisal di rumah, dan pasti sudah tersedia masakan kesukaan bang Faisal.” Ucap Alfa sambil memasukan koper Faisal ke dalam bagasi mobil.

“Dan siap-siap aja dapet omelan dari Daddy.” Sambung Riana sambil masuk ke dalam mobil kursi belakang.

Faisal tertawa pelan, sudah terbayang sekali bagaimana wajah ayah angkatnya itu akan mengomelinya akibat ia tidak pulang-pulang selama lima tahun. Dan ia harus segera menyiapkan telinganya untuk mendengar semua omelan itu.

Walaupun saat ini ibu dan ayahnya hanya orang tua angkat, tapi Faisal tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang orang tua, ia tidak pernah merasa orang tuanya pilih kasih. Apa yang saudaranya dapatkan maka ia juga mendapatkannya pula. Dan Faisal merasa sangat beruntung bertemu orang tua seperti orang tuanya saan kini, di tambah saudara-saudaranya yang sangat menggemaskan seperti 4 saudaranya itu, membuat kehidupannya di penuhi rasa hangat keluarga.

Tuhan mengambil orang tuaku tapi Tuhan juga mengirimkan orang tua baru yang tidak kalah sayangnya pada diriku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!