Riana dan kedua abangnya sampai di rumah jam tujuh malam, kemacatan di jalan membuat mereka harus menghabiskan waktu cukup lama untuk sampai ke rumah. Sesampainya di rumah mereka langsung di sambut oleh anggota keluarga yang lain. Ralat, hanya Faisal yang di sambut dengan hangat, Riana dan Alfa tidak di pedulikan.
Dan seperti dugaan Riana, Faisal langsung di omeli oleh ayahnya, Arun. Faisal hanya mengulum senyum mendengarkan semua unek-unek ayahnya itu. belum ada satu hari ia pulang sudah di palak oleh Riana di Bandara dan sekarang mendapatkan omelan dari ayahnya, bagaimana nanti hari-hari selanjutnya? Entahlah, Faisal tidak ingin memikirkan hal itu! Lagipula ia sangat merindukan omelan ayahnya secara Live seperti ini, biasanya selama lima tahun ia mendengarkan omelan ayahnya lewat ponsel. Jadi, sekarang ia akan menikmati setiap kata yang keluar dari mulut sang ayah.
Ia tahu ayahnya itu hanya ingin ia pulang tapi dirinya selalu menolak, selalu ada saja alasan yang di berikan ketika liburan semester tiba. Bahkan pernah waktu itu Arun menjemputnya untuk pulang tetapi tetap saja Faisal menolaknya dengan berbagai macam alasan. Entah apa penyebab pria itu selalu menolak untuk pulang.
Faisal pernah pulang ketika tahun kedua kuliahnya tapi setelah itu ia tidak pulang selama lima tahun dan baru pulang lagi sekarang, ia pulang pun karena di ancam tidak akan di anggap anak lagi dan sang ayah akan memutuskan tali kekeluargaan dengannya.
Faisal yang di ancam seperti itu merasa takut apalagi ayahnya itu tidak pernah main-main dengan kata-katanya, dan ia pun tidak mau kehilangan keluarga yang sangat menyayanginya ini hingga akhirnya ia menyetujui keinganan sang ayah untuk pulang ke kampung halamannya ini.
“Sayang, emangnya mulut kamu itu gak lelah dari tadi ngomelin Faisal mulu?” ujar Mita yang baru gabung di ruang keluarga, di tangannya ada beberapa macam buah yang sudah di potong untuk di jadikan cemilan anak-anaknya.
“Siapa yang tidak kesal coba? Dia bilang katanya gak mau pulang karena sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus di perusahaan besar di luar negeri sana. Kalau dia mau, dia bisa mengambil alih salah satu perusahaan kita tidak perlu kerja di perusahaan orang lain. sampai-sampai tidak pulang lima tahun sudah seperti TKI saja,” dumel Arun menatap Faisal garang, sedangkan Faisal hanya menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Faisal melihat ke arah empat saudaranya, mereka terlihat sangat enjoy sambil memakan buah yang dibawakan sang ibu. Omelan sang ayah seperti sebuah soundtrack musik mengiringi mereka makan
Sudah dari tadi Faisal mendengar omelan sang ayah, dan dari ke empat saudaranya itu tidak ada satu pun yang ingin mencoba menghentikan omelan tersebut. saudara macam apa mereka ini yang sepertinya sangat bahagia melihat dirinya mendapatkan omelan yang tiada henti-hentinya? Omelan Arun sempat terjeda saat makan malam tadi kemudian di lanjutkan lagi sampai saat kini.
“Mungkin Faisal ingin mencari mengalaman dulu di perusahaan orang lain sebelum nanti mengambil alih perusahaan keluarga ini.” Mita mencoba membela. Sebenarnya kuping Mita sudah panas mendengar omelan sang suami pada putranya. Semenjak Arun memiliki anak, dia berubah menjadi sosok pria yang sangat cerewet bahkan cerewetnya mengalahkan Mita.
“Kalau dia ingin mencari pengalaman di perusahaan lain silahkan saja tetapi kenapa tidak pulang-pulang selama lima tahun? Kalau alasannya masalah ongkos pesawat, ayah punya Jet pribadi yang kapan saja dia mau pulang bisa di jemput.” Bantah Arun.
“Iya ayah aku tahu, aku salah! Tapi yang penting kan sekarang aku sudah pulang.” Ucap Faisal mencoba meredakan kekesalan ayahnya.
“Itu juga karena ayah mengancam kamu, kalau tidak di ancam mana mau kamu pulang.” Sambar Arun.
Riana yang duduk di samping Faisal, mengelus lembut punggung pria itu, menyalurkan enargi semangat agar sang abang sabar mendengarkan omelan daddy. Sebanarnya Riana juga kesal dengan Faisal yang selama lima tahun tidak pulang tapi melihat sang abang dari tadi di omeli terus membuatnya kasihan juga.
“Daddy itu sebenarnya khawatir sama abang karena abang yang tidak mau pulang-pulang. Jadi yang sabar aja dengerin omelannya.” Bisik Riana pada Faisal.
Faisal melirik sambil tersenyum kecil lalu mengangguk mengerti. Ia tahu omelan sang ayah adalah tanda sayang pada dirinya.
Setelah Arun puas mengomeli Faisal, ia pun menyuruhnya istirahat dan ada rasa kelegaan pada hatinya mendapati putra angkatnya itu pulang kembali. Seharusnya dari dulu ia mengancam Faisal agar anaknya itu pulang dan tidak perlu tinggal terlalu lama di negara orang. Walaupun Faisal hanya anak angkatnya tapi Arun menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.
Semua anggota keluarga di rumah itu pun memasuki kamarnya masing-masing tetapi tidak untuk Riana, ia malah mengetuk pintu kamar abangnya, Faisal.
“Kok Riana belum tidur? Besok sekolah, kan?” tanya Faisal. Ia baru saja selesai memakai baju karena habis mandi dan mendapati adiknya masuk ke dalam kamar.
“Riana belum ngantuk,” jawab Riana sambil mendaratkan pantatnya di ujung kasur.
Faisal hanya ber-hm menanggapi jawaban Riana lalu duduk disamping sang adik.
“Abang senang gak pulang ke rumah?” tanya Riana melirik Faisal.
“Ya senanglah! Siapa yang gak seneng pulang ke rumah coba?” jawab Faisal tanpa melihat ke arah Riana.
“Terus kenapa gak dari dulu pulangnya? Kuliah S2 abang kan udah selesai dari dua tahun lalu,”
Faisal tersenyum miring lalu beranjak dari duduknya, “Cepet tidur sana! Udah malam.” Ucap Faisal sambil mengelus puncak kepala Riana.
“Jawab dulu pertanyaan Riana?” Riana mendongkak menatap Faisal.
“Abang udah lelah, pengen cepat istirahat, dek.” Ucap Faisal yang tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan sang adik.
Riana berdecak lalu bangkit dari duduknya, “Besok anterian Riana ke sekolah ya!” ucap Riana sebelum ke luar dari kamar, ia tahu sang abang sepertinya tidak akan menjawab pertanyaannya dan ia tidak akan memaksa walaupun ia sangat penasaran alasan sang abang tidak pulang selama 5 tahun.
Faisal tersenyum lalu mengancungkan jempolnya “Jangankan anterin ke sekolah, Riana mau di anterin ke liang lahat juga abang anterin,” canda Faisal.
“Abang pengen cepet Riana meninggal ya?” Riana mengerutkan bibirnya mendengar candaan sang abang. Sedangkan Faisal hanya terkekeh melihat ekspresi menggemaskan Riana.
“Udah ah sana keluar,” usir Faisal tanpa menghiraukan pertanyaan Riana barusan.
Faisal langsung mengunci pintu setelah Riana keluar dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap langit-langit kamar cukup lama. Segala macam pemikiran kini hinggap di kepalanya. Ia memang sangat rindu dengan rumah ini, dengan semua orang disini tapi hatinya kecilnya selalu melarangnya untuk pulang ke rumah yang penuh kehangatan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Desy Noviana
apa faisal suka sama riana makantta menjauh biar tidak menumpuk rasa sukanya
2021-09-26
0
Imas Atiah
lanjut Thor ,kynya seru nih cerita anaknya Arun dan mita
2021-08-30
2