“Bunda aku ingin ke kamar mandi tapi gak tahu kamar mandinya dimana,” ucap Maya pada Mita. Mita memang menyuruh wanita itu memanggilnya bunda karean Mita yakin wanita itu akan menjadi menantunya.
“Sayang kamu bisa anterin Maya ke kamar mandi?” ucap Mita pada Putri yang duduk di sebelahnya, “Kesian kalau dia sendirian ke kamar mandi bisa-bisa kesasar kaya waktu kamu pertama kali ke rumah ini,” lanjut Mita lembut sambil tersenyum penuh arti.
“Aaa Bunda, Mbak Maya jadi tahu deh kalau aku pernah ke sasar dirumah ini,” ucap Putri merengut di ingatkan kembali kejadian memalukan dirinya yang pernah kesasar dirumah ini.
Mita terkekeh sambil mencubit gemas pipi Putri, “Yaudah sana anterin gih,”
Putri mengangguk, “Ayo Mbak aku anterin,” ajak putri sambil bangun dari duduknya.
Saat di pertengan jalan, sebelum masuk ke dalam rumah tiba-tiba semua lampu mati, “Eh ini mati lampu?” ucap Putri kaget, ia tidak bisa melihat apapun di sekitarnya.
“Mbak Maya,” panggil Putri sambil tangannya mengulur ke samping tetapi tidak ada sahutan dari nama yang dipanggilnya.
Tiba-tiba suasana yang ramai dan suara musik hilang menjadi sunyi, seperti tidak ada orang lain selain dirinya di tempat ini, “Alfa,” panggil Putri pada sang pacar.
“Alfa kok tiba-tiba sepi kaya gini? Ini mati lampu atau gimana?” Putri mulai melangkah sedikit demi sedikit entah ke arah mana.
“Bunda, Ayah, Riana, Mbak Maya, hey kalian semua kem—“ suara Putri terhenti ketika ia mendangar musik Piano dimainkan didalam kegelapan.
Dan perlahan-lahan lampu Lilin Led menyala sepanjang halaman disetiap pinggirannya. Lampu-lampu yang melingkar di pohon, lampu gantung, ikut menyala. Tiba-tiba pemandangan dihalaman ini berubah menjadi tempat romantis.
Putri mengedarkan pandangannya, tidak jauh dari arahnya ada Riana yang sedang memainkan Piano sambil tersenyum lembut ke arahnya, di tempat lainnya sebagian orang berdiri dengan rapih sambil memegang kertas. Dimana kertas itu ditempeli photonya bersama Alfa.
Putri tersenyum lebar sambil mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan semua ini. dan ia menoleh ke arah samping, dimana Alfa sedang berjalan ke arahnya sambil membawa bunga ukuran besar.
“Aku gak ngerti maksud ini semua! Ulang tahun aku masih lama dan kalau ini perayaan kelulusan wisuda udah kelewat juga karena udah satu bulan yang lalu,” ucap Putri sambil menerima bunga yang disodrokan Alfa, bahkan bunga itu lebih besar dari pada Bunga yang diberikan Alfa sebulan yang lalu saat dirinya wisuda S2.
“Aku ingin keluargaku menjadi saksi atas keseriusan aku sama kamu,” ucap Alfa sambil menatap penuh cinta pada wanita dihadapannya. “Mereka sudah menjadi bagian dari kisah perjalanan kita selama 8 tahun ini, dan aku ingin mereka menyaksikan hari dimana aku melamar kamu.” Lanjut Alfa lalu berjongkok setengah badan dan mengeluarkan sebuah cincin di hadapan Putri.
Putri tersenyum lebar, ia menutup mulutnya tidak menyangka dengan kejutan yang tak terduga ini. “Will You Marry Me,?” tanya Alfa lembut, ia mangadahkan kepalanya menatap pujaan hati.
Putri melihat kesekeliling, dan kertas yang berisi photonya dan Alfa sudah digantikan dengan susunan kata ‘TERIMA’. Putri kembali menatap Alfa yang masih dalam posisi berjongkok. Ia menatap lekat sambil tersenyum penuh makna pada pria itu
“Put cepetan jawab dong, pegel nih kelamaan jongkok,” ucap Alfa.
Putri melototkan matanya lalu melayangkan pukulan pada lengan pria itu, “Kamu kok ngancurin suasana romantisnya sih?” Putri mengerucutkan bibirnya tidak terima dengan ucapan Alfa yang merusak suasana.
“Kamu kalau lagi kaya gini pikirannya suka lemot,” ledek Alfa sambil berdiri. “Jadi gimana nih, mau jadi bagian keluarga Hakim gak?” lanjut Alfa.
Putri mengangguk sambil tersenyum, “Mau banget,” jawab Putri semangat lalu ia mengambil cincin di dikotak yang pegang Alfa dan memasangkannya sendiri di jari manisnya.
Suara gelak tawa terdengar dari orang-orang yang menyaksikan lamaran tersebut, bagaimana tidak lucu, suasana sudah sangat romantis tetapi berubah menjadi tontonan kocak dari kedua orang tersebut.
“Kok Non Putri masang cincin sendiri sih? Terus kapan bunga mawarnya Mbak Dian lepas?” tanya Dian merasa heran karena tugasnya melepaskan ribuan kelopak bunga saat Alfa memasangkan cincinya di jari Putri.
Alfa hanya terkekeh, sedangkan anggota keluarga yang lainnya tertawa puas. Dan Putri hanya terenyum mengetahui bahwa ia merusak skenario yang sudah dibuat.
“Langsung lepasin aja Mbak Dian, cincinnya udah terpasang duluan,” teriak Andrian sambil tertawa geli. Malam ini ia bertugas memvideokan moment penting yang pertama kali terjadi dikeluarganya.
Dan saat itu juga ribuan kelopak bunga mawar merah lepas dari balon besar mengenai Alfa dan Putri. Alfa menarik Putri memeluk tubuh wanita itu seraya berkata, “Makasih udah mau sabar sama aku,”
Putri tersenyum bahagia sambil mengeratkan pelukannya, “Gak sia-sia dulu aku ngejar-ngejar kamu,” balas Putri.
Riana ikut bahagia melihat hal itu, ia tahu bagaimana perjuangan Putri mendapatkan cinta abangnya. Keduanya sama-sama cinta pertama, Putri cinta pertamanya Alfa begitupun sebaliknya. Riana jadi ingat, dulu ia paling senang mendengarkan kisah perjuangan Putri yang selama dua tahun terus mengejar-ngejar Alfa. Saat pulang sekolah Riana langsung menghampiri Alfi untuk menceritakan bagaimana yang dilakukan Putri untuk menarik perhatian Alfa. Kisah keduanya sangat luar biasa menyenangkan.
Apakah suatu saat nanti ia bisa merasakan kebahagiaan itu bersama pria yang dicintainya,? Riana mengarahkan matanya pada Faisal yang sedang tersenyum bahagia di samping Maya. Ada rasa sakit melihat kedua tangan mereka bergandengan, sangat terlihat mesra di mata Riana.
Setelah acara lamaran itu mereka kembali melanjutkan acaranya. Ditengah halaman sudah terdapat meja panjang yang sudah terisi banyak makanan. Semuanya makan bersama dengan dihiasi senyuman bahagia.
"Pantasen selama ini Faisal selalu menolak wanita yang mau ayah jodohkan dengannya ternyata selama ini udah punya pacar."
Akira yang dari tadi hanya pokus pada makanannya mendongkak melihat ke arah Daddynya, Arun. Yang baru saja mengatakan perkataan yang membuat jantung Riana seperti mau berhenti berdetak.
"Kenapa gak bilang dari awal kalau udah punya pacar? Ayah kan jadi gak perlu jodoh-jodin kamu sama anak temen ayah?" Lanjut Arun
Faisal terkekeh pelan, ia menelan terlebih dahulu makanan di mulutnya sebelum manjawab. "Waktu itukan Maya masih di Luar Negri, aku rencananya mau langsung ngenalin sama kalian tanpa perlu ngasih tahu terlebih dahulu kalau aku pacar," jawab Faisal lalu sekilas melihat ke arah Riana yang duduk di kursi sebrang di hadapannya.
"Aku juga gak mau ngecewain usaha Ayah, yang berusaha nyariin jodoh buat aku." Lanjut Faisal.
"Ck, kamu ini seharusnya tetep bilang kalau udah punya pacar. Ayah kan jadi gak enak sama Maya." Ujar Arun.
Semua yang mendengar obrolan itu tertawa ringan, begitupun dengan Riana. Ia mencoba bersikap seperti yang lain walaupun ada rasa sakit dihatinya.
Kenapa aku gak tahu kalau selama ini Daddy mencoba menjodohkan Bang Ical dengan wanita diluar sana? Dan kenapa Bang Ical sama sekali gak cerita? Kenapa banyak sekali yang gak aku ketahui?
"Ayah tenang aja, Maya gak tersinggung kok apalagi marah tahu aku di jodoh-jodohin, iya kan May?" ujar Faisal sambil tersenyum lembut ke arah Maya.
Maya mengangguk mengiyakan. "Sebanyak apapun Ayah ngenalin wanita sama Faisal, dia akan tetap milih aku. Ayah gak tahu aja gimana bucinnya Faisal sama aku," ucap Maya. Dan suara gelak tawa pun bergema di halaman itu. Mereka tahu bagaimana kakunya seorang Faisal dan mereka tidak bisa membayangkan bagaimana pria kaku itu bisa menjadi bucin. Ah, mereka jadi menasaran ingin melihat bagaimana bucinnya Faisal pada Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Desy Noviana
kasian riana,gak ada yg ngerti hatinya
2021-10-21
0