“Ini beneran rumahnya?” tanya Alfa sambil melihat pagar besi yang menjulang tinggi di sampingnya. Dari luar pagar ia belum bisa melihat rumah teman Riana, hanya terlihat jalanan aspal yang terlihat teduh karena sepanjang jalannya terdapat banyak pohon. Saat ini mereka sudah sampai di depan pagar rumah Zio.
“Iya bang,” balas Riana, “Makasih Bang Alfa udah nganterin Riana,” lanjut Riana sambil membuka pintu mobil.
“Kayanya dari gerbang ke pintu utama rumahnya masih jauh, mau abang anterin sampai ke dalam gak?”
“Gak usah, abang kan lagi buru-buru mau ke rumah sakit. Nanti Riana minta jemput sama temen Riana.”
“Kayanya teman kamu kaya banget,”
Riana terkekeh, “Tiga kali lipat lebih kaya dari keluarga kita, bang.”
“Kamu jangan kebawa gaya hidup hedonisme, mentang-mentang temennya pada kaya.”
Riana menghembuskan napas pelan, “Iya abangku sayang, tenang aja. Daddy dan momy kan udah ngajarin Riana, bagaimana menjalani hidup yang baik.” Balas Riana.
“Siip bangus. Yaudah abang pergi ya, nanti pulang minta jemput sama Mang Joko aja.”
“Iya, hati-hati abangku sayang,” Riana menutup pintu mobil lalu melampaikan tangan.
Riana membalikan badan menatap gerbang besi di hadapannya. Kalau tidak salah ini yang ketujuh kalinya Riana bertamu ke rumah ini.
Saat Riana masih pacaran dengan Zio ia sering di ajak ke rumahnya. Jangan berpikir macam-macam, ia dan Zio tidak melakukan hal-hal aneh seperti di film Dua Garis Biru atau film yang sekarang sedang populer, Little Mom.
Ia pernah datang ke rumah itu karena saat Zio sedang sakit, selama tiga hari setelah pulang sekolah ia datang ke rumah ini untuk merawat Zio. Bukan karena Zio tidak ada yang merawat, melainkan pria itu merengek seperti anak kecil ingin dirawat oleh Riana. Katanya, beda rasanya dirawat oleh orang spesial sama pembantu di rumah itu.
Sebenarnya Riana merasa kasihan pada Zio, mengingat lelaki itu dari kecil di rawat oleh pelayan rumah, kedua orang tuanya sangat sibuk mengurusi pekerjaan. Kadang pulang hanya setahun 3 kali, karena mereka harus mengurusi perusahaannya di berbagai negara.
Zio punya satu kakak laki-laki tetapi sekarang sedang kuliah di luar negri, jadi dirumah besar itu hanya ditempati Zio sendiri bersama para pelayan rumah.
Setelah mendengar cerita Zio, Riana menjadi lebih bersyukur, walaupun kedua orang tuanya sama-sama sibuk tetapi ia tidak pernah merasa kesepian atau kekurangan kasih sayang. Riana punya abang-abang yang siap mencurahkan kasih sayang berlimpah, mereka selalu ada buat Riana, mengajarkan Riana untuk lebih mengerti posisi kedua orang tuanya yang kadang hanya meluangkan sedikit waktu buat Riana, bahwa mereka melakukan itu agar anak-anaknya bisa hidup enak, tinggal di tempat nyaman dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Semua itu tidak mudah, mereka harus merelakan lebih banyak waktu untuk bekerja dari pada waktu untuk anak-anaknya. Makannya Riana dan abang-abangnya tidak pernah menyia-nyiakan perjuang kedua orang tua, mereka belajar bersungguh-sungguh, mendapatkan banyak prestasi, agar apa yang telah diperjuangkan kedua orang tuanya tidak sia-sia.
Riana mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu mengirimkan pesan pada Zio kalau ia sudah sampai di depan gerbang rumahnya, dan minta untuk di jemput. Riana mana mau membuang tenaganya untuk berjalan menuju pintu utama rumah Zio, jika jaraknya hanya 10 meter tidak masalah bagi Riana untuk jalan. Tetapi jarak dari gerbang sampai rumah Zio mungkin sekitar 3 kilometer dan itu akan sangat menguras tenaga.
Setelah menunggu beberapa menit ponsel Riana berdering, ada telpon masuk.
“Dimana? Gue udah di depan gerbang tapi lu gak ada,” ucap Zio setelah Riana mengangkat telpon tersebut.
“Gue di luar gerbang,” jawab Riana sambil menunjukan dirinya. Tadi ia berada disisi gerbang, menyender di tembok sambil menunggu Zio datang.
Zio berdecak lalu memasukan ponsel ke saku celananya. Pagi ini Zio mengenakan celana sebatas lutut warna Army dan atasannya memakai kaos warna putih berlengan pendek. Tak disangka hari ini Riana juga memakai kaos warna putih tetapi berlengan panjang sedangkan bawahannya memakai celana jeans panjang. Penampilan Riana memang terlihat sederhana, namun di mata Zio wanita itu selalu terlihat elegan dan memukau.
“Kenapa gak nungguin di dalam gerbang,? Kalau ada yang nyulik tau rasa lu,” ucap Zio saat Riana sudah di dekatnya.
“Malas manggil pak satpamnya,” balas Riana. karena kalau ingin gerbangnya dibuka ia harus memanggil satpam penjaga gerbang.
Zio menyubit hidung Riana gemas seraya berkata, “Padahal Cuma manggil doang, segitu malasnya.”
Riana menepis tangan Zio cepat, “Kebiasaan banget sih suka nyubit hidung gue, merah nih.” Riana protes.
“Udah cepetan naik, udah ditungguin sama si Erik.” Zio melangkahkan kakinya menaiki Mobil Golf dan mendartatkan pantatnya dikusi belakang. Lalu Riana menyusul duduk di samping Zio.
“Ayok pak jalan,” ucap Zio pada pria yang mengendarai Mobil Golf tersebut.
“Manja banget cuma ke depan gerbang aja disupirin,” gumam Riana.
“Suka-suka gue dong,” balas Zio sambil melirik Riana.
Riana tidak menangagapi ucapan Zio, mereka hanya diam sampai datang di pintu utama.
Zio dan Riana melangkah masuk kedalam rumah melewati beberapa ruangan lalu sampailah di ruangan musik yang berdinding kaca. Riana sudah tidak asing lagi dengan ruangan tersebut karena dulu jika ia main ke rumah Zio mereka selalu menyempatka main musik bersama di ruangan tersebut.
Alat musik dirumah Zio lumayan banyak, dan semua alat musik itu bisa dimanikan oleh Zio. Saat Riana mengetahui hal itu ia sangat mengagumi Zio, bayangkan saja usia Zio yang masih belasan tahun tapi sudah bisa memainkan lebih dari 12 alat musik, bukankah itu sangat keren? Sampai sekarang pun Riana masih mengagumi kemahiran pria itu. Dan rasa kagum itu ternyata membuat Riana keliru, ia kira mencintai Zio tapi setelah berpacaran dengan Zio, ia sadar bahwa itu hanya sebatas kagum bukan cinta.
Riana menyapa Erik ketika masuk ke ruangan tersebut, dan mereka pun langsung memulai latihan. Mereka memutuskan latihan di rumah Zio karena hanya di rumah Zio semua alat musiknya lengkap, di rumah Erik tidak ada Piano dan Riana tidak mungkin membawa Piano ke rumah Erik. Sedangkan di rumah Riana tidak ada alat musik Violin yang di mainkan Erik dan akan sangat merepotkan juga jika Erik membawa alat musik itu ke rumah Riana. jadi mereka sepakat latihan di rumah Zio. Walaupun sebenarnya Riana enggan datang ke rumah sang mantan.
Sekitar tiga jam mereka latihan, tiba-tiba Zio berhenti memainkan alat musik Cello ditengah permainan mereka. Riana dan Erik serempak menoleh pada Zio yang sedang memegang pelutnya sambil menunjukan wajah kesakitan.
Riana beranjak dari kusi, mendekat pada Zio. “Elu kenapa?”
“Perut gue sakit,” lirih Zio
“Perut kak Zio mules? Langsung ke kamar mandi aja ka gak usah ditahan,” ucap Erik.
Zio tidak menanggapi ucapan adik kelasnya itu, ia terus meringgis menahan perutnya yang sakit.
Riana berdecak kesal mengingat sesuatu, “Jangan bilang lu belum sarapan,” Riana menatap tajam pada Zio.
“Gue gak selera makan tadi pagi,” balas Zio dengan suara tertahan.
Plakk... Riana memukul bahu Zio cukup keras, sehingga rintihan Zio semakin keras. Sedangkan Erik yang melihat hal itu hanya membelalak, ia tidak percaya wanita di hadapannya ini berani melakukan hal itu pada orang yang di segani seluruh sekolah. Wajar saja di segani, Zio kan cucu pemilik sekolah ditambah pria itu sangat berbakat.
“Udah berapa kali gue bilang, hah? Jangan telat makan, udah tahu punya asam lambung. Lihat tuh udah jam sebelas siang, kerasakan sekarang asam lambungnya kumat.” Bentak Riana setengah teriak sambil berdecak pinggang.
Tubuh Zio sempat tersentak kaget mendengar suara Riana yang membentak, namun hatinya merasa senang, seperti ada aliran hangat mendengar omelan wanita itu.
“Erik bantuin gue bawa Zio ke kamarnya,” ucap Riana ketus. Erik hanya mengangguk lalu mereka memapah tubuh Zio menuju kamar.
“Kamarnya jauh lagi, ngerepotin banget sih lu, Zio.” Gerutu Riana sambil memapah Zio, namun dihati Riana ia merasa khawatir pada pria itu, saat pacaran pun Zio sakit karena asam lambungnya kumat.
...----------------...
Janagan Lupa Like, Komen, Vote dan Hadiahnya juga ya gaess😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fay
lanjut q kasi ☕️
2023-06-26
0
Desy Noviana
nunggu konfliknya
2021-09-27
1