“Bunda Riana udah pulang belum?” tanya Faisal pada sang bunda yang sedang menyiapkan makan malam.
“Emang pulangnya bukan bareng kamu?” Mita menghentikan aktivitasnya di dapur dan menatap putranya itu.
“Aku tadi lupa jemput Riana, tapi saat aku kesekolahnnya gerbang udah di kunci, aku telpon Riana juga gak di angkat-angkat,” ucap Faisal khawatir.
“Oh gitu, Riana udah pulang kok 20 menit yang lalu. Bunda kira dia pulang bareng kamu,”
Faisal menghembuskan napas lega, sajak melihat ponselnya di penuhi notifikasi telpon dari Riana ia baru ingat jika harus menjemput sang adik, dan hatinya dipenuhi rasa khawatir ketika sang adik sudah tidak ada di sekolahnya apalagi saat tadi hujan sedang deras-derasnya.
“Yaudah bunda aku mau ke kamar Riana dulu, mau minta maaf karena udah lupa jemput dia,” ucap Faisal sambil berlalu, Mita hanya mengangguk sebagai jawaban lalu melanjutkan kembali aktivitasnya.
Saat Faisal ingin mengetuk pintu kamar Riana, pintu kamar itu lebih dulu terbuka menampilkan sosok Riana yang terlihat segar habis mandi.
Keduanya saling bertatapan, tak selang berapa lama Riana langsung memutuskan tatapan tersebut dan berjalan melewati Faisal dengan muka datar tanpa ekspresi.
“Riana tadi pulang bareng siapa?” tanya Faisal sambil mengikuti Riana menuruni anak tangga.
Riana diam tidak menjawab.
“Maaf ya bang Ical kelupaan terus tadi ponsel abang ketinggalan di mobil jadi abang gak tahu kalau Riana nelpon abang,” jelas Faisal, berharap Riana bisa mengerti alasan ia lupa menjemputnya. “Tadi abang ke sekolah tapi Riana udah gak ada,”
“Riana jangan marah dong sama bang Ical, abang minta maaf.” Faisal mencoba meraih tangan Riana tapi dengan cepat Riana menarik tangannya.
“Santai aja kali, bang. Riana gak marah kok! Bang Ical juga gak perlu minta maaf, Riana tahu abang pasti sibuk.” Ucap Riana datar tanpa menoleh pada Faisal dan terus berjalan ke ruang baca.
“Mom, bang Alfa udah pulang belum?” tanya Riana pada Mita saat melewatinya.
Mita tidak langsung menjawab, malah menatap kedua anaknya silih berganti. “Bang Alfa kan pulangnya ke rumah Eyang Putri, sayang.” jawab Mita.
Sebenarnya Riana sudah tahu akan jawaban pertanyaannya, Alfa memang lebih sering pulang ke rumah Eyangnya, yaitu rumah mamahnya Mita. karena jarak rumah sakit tempat bekerja Alfa lebih dekat dengan rumah Eyang Putri dan hanya akan pulang ke rumah ini ketika weekend atau tidak ada jadwal oprasi malam.
Riana hanya ber-hem saja menanggapi jawaban sang Momy lalu kembali melanjutkan langkahnya ke ruang baca.
“Riana, bang Ical minta maaf ya,” ucap Faisal masih mengikuti, walaupun Riana sudah bilang tidak marah tapi rawut wajah wanita itu malah mengatakan sebaliknya, belum lagi sikap Riana yang tidak mengacuhkan keberadaan dirinya.
Riana membuka pintu ruang baca dan melangkah masuk. Sebelum melangkah jauh tangannya menjulur ke sebelah kiri tidak jauh dari pintu dan menekan Stop Kontak menyalakan lampu, seketika ruangan tersebut terang menderang.
“Riana kan udah bilang. Riana gak marah,” ucap Riana sambil berjalan diantara rak-rak buku. ruang baca ini ukurannya cukup luas, malah lebih luas dari pada kamar utama kedua orang tuanya, sebagian dindingnya berdinding kaca, jika gordennya dibuka maka pemandangannya langsung mengarah pada halaman samping rumah. Di tengah ruangan ada beberapa kursi dari kayu dan meja yang ukurannya cukup panjang. Dulu meja itu dijadikan tempat Riana dan abang-abangnya belajar bersama. Dan pojok Ruangan dekat jendela kaca tidak jauh dari kursi kayu terdapat sofa panjang.
Ruang baca ini tidak hanya berisi buku-buku, ada juga peta dunia yang ukurannya lumayan besar, peta tersebut dulunya berada di kamar dady saat masih tinggal di rumah orang tuanya tapi kemudian dipindahkan ke ruangan ini, katanya, agar anak-anaknya termotivasi untuk bisa keliling dunia seperti momy dan daddynya.
Di ruangan ini juga banyak photo-photo momy dan dady saat keliling dunia, sangat banyak. setiap dinding temboknya dipenuhi photo perjalanan mereka berdua.
“Riana bilang gak marah tapi sikap Riana menunjukan sebaliknya,” ucap Faisal, sebisa mungkin ia harus membuat Riana bersikap seperti biasanya.
Riana berbalik badan menghadap Faisal, “Riana cuma lagi capek aja bang, dan sekarang pengen istirahat sambil baca buku.”
“Abang gak percaya, Riana pasti marah gara-gara gak dijemput sama abang.”
Riana menghembuskan napas panjang, “Riana bukan anak kecil kali bang, kalau gak dijemput harus marah.” Riana mengatakan sejujurnya, ia memang tidak marah tidak jemput Faisal tapi ada hal lain yang membuat hatinya terganggu dan Riana tidak mengerti dengan akan hatinya itu, kenapa ia merasa kecewa pada pria di hadapannya ini.
“Terus kenapa sikap Riana jadi dingin gini sama abang,? dari abang datang, Riana sama sekali gak senyum sama bang Ical,” Faisal sudah hapal akan sikap Riana, dia tidak akan bersikap cuek seperti ini jika sedang bersama-sama dengannya. Wajah wanita itu selalu di hiasai dengan senyuman yang manis dan suara riang jika sedang bersama-sama. Dan Faisal juga tahu wajah Riana ketika sedang sedih dan saat ini wajah itu tidak menunjukan sedang sedih tapi lebih ke... entahlah Faisal juga kurang tahu, apa yang sedang dirasakan adiknya itu.
“Riana kan udah bilang, kalau Riana lagi capek. Nih Riana senyum sama abang,” Riana memaksakan menunjukan senyum semanis mungkin pada Faisal “Gimana, udah percaya kalau Riana gak marah?” lanjut Riana.
“Beneran gak marah sama bang Ical,” tanya Faisal meyakinkan.
Riana memutarkan bola matanya malas, “Iya bang Ical, Riana gak marah. Udah ah jangan ganggu Riana, Riana mau istirahat sambil baca buku.” ucap Riana gemas.
Faisal terkekeh sambil mengacak puncak kepala Riana, “Yaudah abang mau mandi dulu, habis itu abang temenin Riana baca, oke?”
Riana hanya ber-hemm sambil membalikan tubuhnya. Dan Faisal pun berjalan keluar dari ruang baca.
Setelah mendengar pintu tertutup, Riana membalikan badannya menghadap pintu. menatap lekat pada arah pintu yang sudah tertutup rapat. Ia memang tidak marah Faisal tidak menjumputnya, melainkan ia kecewa akan alasan sang abang yang lupa menjumputnya karena saat tadi di jalan pulang Riana melihat Faisal sedang makan bersama seorang perempuan di sebuh cafe.
Akira tadi di antar pulang oleh Zio, karena memang sudah tidak ada pilihan untuknya berdiam menunggu kedatangan Faisal sedangkan langit sudah mulai menggelap diiringi angin yang cukup kencang, menandakan sebentar lagi akan hujan. saat di pertengahan jalan Zio memberhentikan mobilya di sebuah cafe karena ingin membeli makan di cafe tarsebut, Zio sempat menawarkan Riana untuk makan bersama di cafe itu tapi Riana menolak karena di rumah momynya sudah menyediakan makan malam. dan Zio yang tadinya ingin makan di tempat terpaksa harus membungkus makanannya karena tidak enak membuat Riana menunggu. Zio pun masuk kedalam cafe sedangkan Riana menunggu di dalam mobil.
Saat menunggu kedatangan Zio, Riana melihat kesekeliling cafe dan betapa kagetnya Riana saat melihat Faisal sedang duduk bersama seorang wanita di kursi dekat jendela kaca. Riana yakin itu Faisal, matanya masih sehat tidak mungkin salah lihat.
Riana mencoba menelpon Faisal tapi tetap tidak di angkat, abangnya itu terlihat serius mengobrol dengan wanita itu. Riana mencoba berpikir positif, mungkin wanita itu rekan kerja Faisal. tidak beberapa lama sang abang keluar bersama wanita itu sambil memayungi keduanya dengan jas yang sudah Faisal lepas dari tubuhnya.
Mereka berjalan beriringan, saling menempelkan tubuh masing-masing. Kedua tangan Faisal menahan jasnya melindungi kepalanya dengan kepala wanita itu dari rintikan hujan yang mulai deras. Riana yang melihat pandangan itu terasa teriris hatinya, ia tidak suka melihat sang abang dekat dengan wanita lain apalagi kejadian tadi terlihat romantis di mata Riana. Dan sampai saat ini rasa sakit itu masih tertanam dihatinya.
Riana kembali berbalik badan dan mengambil asal buku di rak lalu berjalan ke arah sofa. Selama membaca buku, pikiran Riana tidak pokus pada buku yang sedang ia pegang.
Pikirannya melalang buana memikirkan kejadian di cafe beberapa jam yang lalu. Seharusnya ia senang sang abang dekat dengan seorang wanita, selama ini Riana sering mengejek kalau abangnya pria tidak laku karena ia tidak pernah melihat sang abang dekat dengan seorang wanita. Tapi kenapa sekarang ia malah tidak nyaman melihat abangnya dekat dengan wanita lain.?
Kepala Riana merasa pusing memikirkan hal itu. sebenanrnya apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang sebanarnya di mau dirinya ini? sungguh, Riana tidak mengerti dengan perasaannya saat kini.
“Woy dek,” badan Riana tersentak kaget saat bahunya di tepuk.
Ia mengalihkan padangannya dari buku ke orang yang telah membuatnya kaget, dan Riana melihat Andrian yang sudah ada di dekatnya dengan wajah ke heranan.
“Aku panggil-panggil dari tadi gak nyaut-nyaut,” ucap Andrian sedikit ketus.
“Eh bang Dri..” lirih Riana sedikit kelimpungan.
“Ayo makan malam, udah di tunggu sama semuanya,” ajak Andrian.
“Iya abang duluan aja, Riana mau nyimpen buku ini dulu,”
Riana menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan napasnya perlahan sebelum keluar dari ruang baca, ia tidak boleh terus memikirkan kejadian di cafe yang sama sekali tidak penting untuknya. Memang sudah saatnya Faisal mencari perempuan untuk dijadikan seorang istri mengingat umur Faisal yang sudah mapan untuk menikah. Jadi untuk apa dirinya ini merasa risau akan hal seperti itu?
Riana pun melangkah kakinya menuju ruang makan, disana sudah momy, Faisal, Andrian dan daddynya. Sedangkan abang kembarnya tidak ada, Alfa dirumah eyang putri dan Alfi masih sibuk di lokasi syuting.
Tidak perlu ada yang aku takutkan, semuanya baik-baik saja. Batin Riana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fay
😊
2023-06-26
0
Ekowati
sepertinya Riana punya rasa ke Faisal lebih sekedar kakak tpi kekasih♥️🤔🤔 lajut Thorr 👍💪
2021-10-25
0
Desy Noviana
fix faisal suka sama riana,dan riana pun ada rasa juga
2021-09-26
0