Ketiga pria berdiri berjejer di atas balkon, sambil melipat kedua tangannya menatap tajam pada dua orang yang sedang asik menanam bibit bunga di halaman belakang rumah mereka.
Kedua orang itu tampak sangat bahagia, suara tawanya bahkan sampai terdengar di telinga ketiga pria tersebut. Jujur saja ketiga pria itu sedikit cemburu melihat si bungsu yang akhir-akhir ini tidak pernah lepas dari abangnya yang pertama dan tidak mempedulikan mereka bertiga.
“Awas aja nanti kalau si bungsu minjem komik yang baru aku beli, gak akan aku kasih.” Seru Alfa masih menatap ke arah dua orang tersebut.
“Mentang-mentang udah ada bang Faisal kita di cuekin,” lanjut Alfa.
“Iya, biasanya juga kalau si bungsu mau nanam bibit bunga suka ngajak kita, sekarang boro-boro ngajak ngelirik kita aja enggak,” sambung Alfi. “Nanti kalau dia minta di jajanin, gak bakal aku jajanin!”
Andrian mengerutkan halisnya bingung, dari dirinya tidak ada yang bisa dipamerkan. Ia lebih sering meminta tolong pada Riana dari pada Riana yang minta tolong padanya.
Merasa kedua abangnya menatap dirinya, Andrian pun menoleh. “Mmm... kalau Riana minta di temenin olahraga aku gak bakal nemenin dia.” Ujar Andrian dengan gaya sok-nya.
Alfa dan Alfi terkekeh pelan menatap sang adik. “Yee... ada juga kamu yang sering minta ditemenin olahraga sama Riana.” Ucap Alfi sambil menyenggol lengan Andrian.
Andrian tersenyum masam, ia ingin sekali membantah ucapan sang abang tapi apa yang di ucapkan abangnya itu benar sekali. Ia selalu minta di temani olahraga oleh Riana entah itu lari pagi, lari sore, atau main Badminton. Adiknya itu partner terbaik untuk di ajak olahraga.
“Sejak ada bang Faisal, Riana susah banget di jailinnya. Setiap aku jailin dia pasti cuek. Gak marah atau balas perbuatan aku. Padahal wajah Riana ngegemisin banget kalau lagi kesel,” keluh Andrian di akhiri helaan napas panjang.
Ketiga pria itu sudah kembali menatap ke arah si bungsu, yang saat ini keringatnya sedang di elapi oleh Faisal.
“Udah seminggu ini juga dia gak morotin duit aku lagi,” sambung Alfi. Entah harus senang atau sedih mendapati Riana yang tidak meminta di belikan apapun. Sebenarnya ia senang-senang saja membelikan apapun yang Riana mau, lagipula yang di mau sang adik bukan barang-barang mahal atau bermerk.
“Udah seminguan ini juga dia gak mau di ajak ke toko buku, biasanya dia paling seneng kalau udah di ajak ke toko buku, dan setiap mau ngajak Riana ke ruang baca pasti nolak, alasannya karena mau nemenin bang Faisal.” Lanjut Alfa. Dirumahnya ini memang ada ruang khusus baca, ya semacam perpustakaan, di ruangan tersebut banyak sekali buku-buku yang sengaja Arun sediakan karena semua anaknya suka baca, walaupun tak sesering Alfa.
Ketiga pria itu bersamaan menghela napas panjang, mereka merasa kehilangan seorang partner berharga. “Gimana ya kalau Riana nanti punya pacar atau suami pasti makin cuekin kita,?” celetuk Alfi.
“Riana kan udah pernah punya pacar tapi saat pacaran dia gak separah ini deh, masih bersikap memperdulikan kita,” sahut Andrian.
Alfa dan Alfi serentak menoleh pada Andrian, “Sejak kapan Riana punya pacar? Kok abang gak tahu?” cerca Alfa.
“Udah lama, saat Riana masih kelas sebelas,” jawab Andrian ragu-ragu, ia sedikiit kaget melihat raut wajah kedua abangnya yang tidak sesantai tadi.
“Kok kamu gak bilang-bilang Riana punya pacar?” tanya Alfi mendelik.
“Eh, aku juga baru tahu saat mereka udah putus,” jawab Andrian cepat, takut kedua kakaknya menyalahi dirinya.
“Wah bang, kita kecolongan!” seru Alfi pada Alfa “Seharusnya cowo yang mau jadi pacar Riana menghadap kita dulu. Jangan asal pacarin adek kita,” lanjut Alfi.
Alfa mengangguk menyutujui. “Kamu juga, dek. Kok bisa-bisanya kamu tahu Riana pacaran setelah Riana putus sama pacarnya? Kakak macam apa kamu sampe gak tahu adiknya punya pacar? Gimana kalau cowok yang dipacari Riana cowok gak bener? Emangnya kamu mau Riana kebawa gak bener? Dia itu adek perempuan kita satu-satunya, harus dijaga dengan benar!” pidato Alfa memenuhi pendengaran Andrian.
Andrian langsung mengangkat tangan kanannya ketika abang satunya mulai membuka mulut, ingin bicara. “Aku bener-bener gak tahu bang kalau Riana pacaran, Abang juga kan tahu kalau temen Riana itu banyak, dan dia juga gampang banget deket sama cowok. Jadi saat Riana deket sama cowok aku kira itu hanya temen biasa,” jelas Andrian mencari pembelaan.
Alfa dan Alfi terus melontarkan bermacam-macam pertanyaan pada Andrian, mereka sangat tidak menyangka bahwa si bungsu pernah pacaran. Bukan karena mereka ingin melarang sang adik berpacaran tapi mereka hanya ingin memastikan bahwa pria yang menjadi pacarnya adiknya itu pria baik-baik.
Dengan penuh kesabaran Andrian menerima ocehan panjang lebar dari kedua abangnya itu. mereka memang sangat protektif pada Riana. Riana itu bagaikan Ratu kedua setelah ibu mereka, yang harus mereka jaga sebaik mungkin, bahkan mereka tidak akan membiarkan ada luka sedikitpun di tubuh Riana. jika ada orang yang menganggap mereka terlalu berlebihan maka dengan yakin mereka akan menjawab bahwa sudah tugas seorang kakak menjaga satu-satunya adik perempuan mereka.
Ketiga pria itu merasa kesal pada Riana, bisa-bisanya sang adik tidak memberitahukan hal sepenting itu. sedangkan Riana saat ini sedang diliputi rasa bahagia, bagaimana tidak dari pagi Faisal selalu berada di dekatnya.
“Yee.. akhirnya selesai juga,” ucap Riana sambil berdiri dari posisi jongkok.
“Berapa lama kita nungguin bunganya tumbuh, dek.? Tanya Faisal “Abang gak sabar pengen cepet lihat taman ini lebih indah.” Lanjutnya sambil ikut berdiri.
“Sekitar satu bulan, setelah itu kita pindahin ke beberapa titik ditaman ini,” jawab Riana sambil membuka sarung tangan yang ia pakai untuk menanam bibit bunga.
Faisal tersenyum seraya berkata, “Adek abang ini ternyata udah ahli dalam menanam bunga ya,” Faisal mengusap gemas kepala sang adik.
“Ih abang, rambut Riana kan jadi kotor!” seru Riana berusaha menyingkirkan tangan Faisal
Faisal tertawa pelan, ia baru sadar sarung tangan yang ia pakai belum di lepas.
“Padahal kan Riana udah keramas kemarin,” Riana merengut kesal melihat sang abang malah tertawa.
Dengan sengaja Faisal mengelus kepala Riana lagi dengan kedua tangannya yang masih memakai sarung tangan, “Sekalian kotor nih.”
“ABANG RAMBUT RIANA KOTOR.” Teriak Riana kesal. Belum sempat membalas, sang abang sudah berlari masuk ke dalam rumah sambil tertawa keras. “Awas ya Riana bales,” Riana mulai berlari kecil mengejar Faisal.
“Momy, bang Faisal ngeselin banget!” adu Riana saat melewati Mita di dapur.
Mita tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkan sang anak, ia sudah biasa melihat pemandangan seperti itu, rumahnya ini jauh sekali dari kata tenang. setiap hari pasti ada saja tingkah ajaib dari anak-anaknya, tetapi Mita bahagia melihatnya, rumahnya lebih hidup dan bewarna dengan tingakah anak-anaknya.
“Ya ampun dek, kamu larinya cepet juga ya.” Faisal terkekeh, saat ini ujung kaos belakangnya sudah di tarik Riana.
“Ya iyah, tiap hari selalu di paksa lari sama Bang Dri,” ucap Riana sambil memeluk pinggang Faisal dari belakang. Sekuat tenaga ia menahan Faisal agar tidak kabur lagi.
Faisal berbalik badan sambil kedua tangannya di posisikan di hadapan wajah Riana seraya berkata “Abang bedikin wajah kamu pake ini ya,” Faisal berekspresi menyeramkan
Sontak Riana berteriak, mendapati kedua tangan abangnya yang masih memakai sarung tangan ingin menyentuh wajahnya. Sarung tangan itu sangat kotor, dipakai menyentuh tanah dan pupuk.
Riana langsung melepaskan pelukannya di pinggang sang abang dan mencoba berlari menjauh, tapi sayang, lengannya langsung di tahan oleh Faisal.
“MOMY... tolongin Riana,” suara Riana menggema di ruangan tersebut, ia meronta-ronta ingin melepaskan tangannya yang ditahan.
Faisal tertawa senang. Lucu sekali melihat reaksi sang adik yang sangat menggemaskan, padahal ia hanya bercanda. Mana mungkin ia tega menyentuh wajah adiknya yang sangat mulus dengan sarung tangan yang kotor ini.
“Kalau wajah Riana di usap pakai sarung tangan ini, abang jamin pasti banyak cowo langsung suka sama Riana,” ujar Faisal mulai mendekatkan tanganya ke wajah Riana perlahan.
Riana terus menggelengkan kepala, agar sarung tangan itu tidak bisa menyentuh wajahnya. “Tanpa di usap sama sarung tangan itu juga, udah banyak cowok yang suka sama Riana,”
Tawa Faisal semakin keras mendengar ucapan sang adik, ternyata rasa percaya diri Riana lumayan tinggi. “Kalau di usap pakai ini nanti dua kali lipat lebih banyak yang suka, dek.”
“Bang Alfa tolongin Riana,” mohon Riana saat melihat Alfa turun dari tangga.
Alfa menghentikan langkahnya, menatap datar ke arah Riana lalu mengangkat bahu tidak peduli dan kembali melanjutkan langkahnya.
Mata Riana membelalak tidak percaya melihat sikap Alfa, bagaimana bisa sikap sang abang seperti itu?
“Abang ampun, lepasin Riana,” Rontaan Riana sudah mulai melemah, memberikan ekspresi memohon.
Suara tawa masih keluar dari mulut Faisal, walaupun tidak sekeras pertama. Akhirnya ia melepaskan tanganya yang menahan Riana. Tidak tega juga ia melihat rawut wajah memohon Riana, “Nanti Rian— aawww...” Rintih Faisal yang kakinya di injak kuat oleh Riana, sedangkan Riana langsung berlari cepat setelah menginjak kaki sang abang.
Sebelum menaiki tangga, Riana menoleh pada Faisal sambil tersenyum puas “Raisain tuh, itu balasan dari sang ratu.” Riana mengibaskan rambutnya sambil memberikan ekspresi sombong lalu dengan cepat menaiki tangga, khawatir abangnya akan menyusul.
Bukannya kesal, Faisal malah tertawa. Adiknya itu memang paling bisa membuat dia tertawa lepas seperti ini “Dikira injekannya sakit, gitu doang mah gak sakit, Riana. kaya di gigit semut doang.” Monolog Faisal sambil mengelus kakinya “Tapi lumayan sakit juga sih,” lanjutnya sambil berjalan tertatih-tatih ke arah sofa.
...----------------...
Jangan Lupa Like, Komen, Vote dan Hadiahnya juga ya😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fay
👏
2023-06-26
0
yuanita
nikahin sama faisal
2021-09-03
0