“Maaf udah jadi penyebab lu kaya gini,” Zio yang sudah mendengarkan penyebab Riana berpenampilan mengenaskan seperti ini terus mengulangi meminta maaf. Kini ia telah membawa Riana ke UKS untuk mengobati luka di kakinya.
“Udah gue bilang kan? Jangan deketin gue! Sekarang lu liat nih, rambut gue lengket karena jus, baju gue kotor, lutut gue perih apalagi pergelengan kaki gue sakit dipakai jalan dan lebih menyakitkan lagi gue di ludahin sama mantan lu itu. Udah kaya barang menjijikan aja gue diludahin sama cewe gila itu,” entah sudah berapa kali Riana mengatakan hal tersebut, ketika Zio mengucapkan maaf maka Riana akan melontarkan kata-kata tersebut, mengingatkan kembali apa yang telah menimpanya seakan-akan tidak ingin Zio lupa akan penyebab dirinya seperti ini.
“Iya gue minta maaf, gue gak tahu kalau bakal kaya gini,”
Riana kembali membalas dengan perkataan sebelumnya. Dan entah kapan drama itu akan selesai.
Zio menghembuskan napas lelah lalu menarik tubuh Riana yang sedang duduk di atas kasur brankar kedalam pelukannya. “Udah jangan marah-marah lagi, cape kan marah-marah terus?” ucap Zio lembut, mengeratkan pelukannya ketika Riana memberontak ingin lepas dari pelukan tersebut.
“Ngapain sih lu peluk-peluk gue,?” teriak Riana, dengan sekuat tenaga mencoba mendorong tubuh Zio.
“Biar kamu gak marah-marah lagi,” Zio masih ingat yang pernah dikatakan Riana saat mereka masih pacaran, yaitu cara meredakan amarahnya dengan cara dipeluk seperti sekarang ini.
“Tapi elu bukan pacar gue lagi, gak berhak kaya gini!”
Zio tidak menyahut, terus memeluk Riana denga erat dan perlahan Riana menghentikan pemberontakannya, mulai menerima pelukan Zio.
Tak selang berapa lama Riana melingkarkan tangannya pada tubuh Zio dengan sangat erat, sampai membuat Zio susah bernapas dan sedikit merasakan sakit di tubuhnya, Zio tahu itu bentuk peluapan kekesalan yang ada dihati Riana, ia akan membiarkan saja Riana seperti itu sampai kekesalannya hilang walaupun sedikit menyakiti dirinya.
“Rasanya gue pengen nampar bolak-balik wajah mereka berdua, ngejambak rambut mereka sekencang-kencangnya, kalau bisa sampai rambutnya rontok dikepala mereka. Lalu ngecekik leher mereka sampai mereka susah bernapas dan terakhir gue ludahin kedua wajah munafik mereka berdua. Aaaa....” Riana meluapkan keresahan hatinya diakhiri dengan terikan kekesalan “Tapi Momy sama Daddy gak suka Riana berbuat kaya gitu,” tambah Riana dengan lirih.
Semarah-marahnya Riana tidak pernah melakukan hal kasar seperti yang barusan ia bilang, itu hanya sekedar meluapkan keinginan hatinya tanpa benar-benar ia lakukan. Kedua orang tua Riana dan abang-abangnya sudah mengajarkan Riana bagaimana membalas menyakiti orang yang menyakiti dirinya tanpa harus bermain fisik, tanpa harus berlelah-lelah mengeluarkan tenaga untuk membalasnya dan hal itu sudah Riana lakukan ketika ada orang yang menyakitinya. Lebih menyakitkan dari pada sebuah pukulan keras di perut.
Zio menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika pelukan Riana sudah melonggar, itu tanda bahwa Riana sudah tidak terlalu kesal apa yang telah menimpanya.
Zio mengelus punggung Riana lembut “Udah reda kesalnya?”
Riana mengangguk dalam pelukan Zio sebagai jawaban. Lalu Zio pun melepaskan pelukannya dan tersenyum manis menatap wajah wanita itu. “Gue cari ganti baju dulu buat lu, sekalian ngambil tas kita dikelas,” lanjut Zio. Tanpa Riana memberitahu Zio sudah mengerti apa yang harus ia lakuakan apalagi melihat seragam Riana yang ikut kena jus mangga. Oh dan jangan lupakan punggung Riana yang kena ludah wanita gila. Zio tidak ingin Riana ikut menjadi wanita gila akibat ludah itu dan yang pastinya Zio tahu Riana sudah tidak nyaman memakai seragam tersebut.
“Kalau bisa sekalian cariin kepala baru buat gue, kepala gue juga udah gak nyaman ini, lengket banget,” canda Riana sebelum Zio membuka pintu.
Zio menoleh dan terkekeh pelan, “Ya, nanti dibeliin kalau ada yang jual kepala baru,”
Riana tersenyum kecil menatap pintu yang sudah tertutup kembali, sebenarnya ia tidak menyalahkan Zio atas yang menimpanya ini karena ia tahu Zio pun tidak ingin hal ini terjadi, Riana tahu bagaimana sayangnya pria itu pada dirinya, bisa dilihat sendiri bagaimana Zio ketika mentapa dirinya. Tarpancar kelembutan dan kasih sayang yang tulus pada pancaran matanya. Awal pacaran hati Riana selalu bergetar melihat tatapan tersebut, merasa dirinya wanita yang paling di inginkan oleh pria itu tetapi sekarang hatinya tidak sama lagi seperti dulu walaupun tatapan itu tidak pernah berubah.
Setelah menunggu beberapa menit Zio kembali dengan membawa kedua tas dipunggungnya dan Jaket Bomber warna abu ditangan kanan. Ia meletakan kedua tas itu di lantai sebelah Kasur Brankar lalu berjalan menuju Kamar Mandi yang berada dalam UKS dan keluar membawa air di dalam gayung. “Lap dulu bagian tubuhnya yang lengket, terus ganti bajunya pakai jaket ini.” Zio meletakan air dalam gayung itu di sebelah Riana bersama sebuah sapu tangan untuk mengelap tubuh dan meletakan Switer diatas bantal.
“Sapu tangannya bersih kok!” tambahnya, lalu ia mengambil tisu didalam tas, yang ia beli sebelum kembali ke UKS “Kalau udah dilap tubuhnya, ngeringininya pakai tisu aja. Ada handuk kecil tapi bekas keringat gue,”
“Makasih,” ujar Riana tulus menatap Zio, dan saat itu juga ia berharap Zio bisa mendapatkan wanita yang juga tulus mencintainya. Sayang sekali pria sebaik Zio harus mengejar wanita seperti dirinya ini yang sama sekali sudah tidak punya perasaan apapun pada pria itu.
Zio hanya tersenyum sambil mengangguk kecil ketika tangannya ingin mengelus kepala Riana, tangannya tertahan diatas kepala itu, “Kenapa jijik yak,?” ucap Riana sambil terkekeh.
Zio tersenyum kecil sambil mengusap belakang lehernya, “Gak, Cuma gak mau bikin kepala lu tambah lengket soalnya tadi gue cari dikantin gak ada yang jual kepala baru,”
Riana tertawa lumayan keras, melihat wajah Zio yang datar sambil mengucapkan kata-kata tersebut, menjadi sebuh kelucuan bagi Riana. Dan Zio pun ikut tersenyum lebar melihat Riana tertawa.
“Yaudah gue tunggu di luar ya, kalau udah teriak aja panggil nama gue.” Ucap Zio, ia menarik gorden pembatas untuk menutupi tempat bagian Riana berada.
Riana mengangguk mengerti. Ketika Riana ingin membuka kancing bajunya tiba-tiba gorden pembatas terbuka kembali, memperlihatkan kepala Zio “Atau mau gue bantuin lap tubuh lu, Ana?” tanya Zio sambil menahan senyum.
Riana melototkan matanya, “Oh boleh banget, gue jadi gak perlu repot-repot lap tubuh gue ini-” Riana menjeda ucapnnya “Tapi elu harus rela kehilangan kedua tangan lu, Zio.” Lanjutnya tajam, tersenyum sensual menatap Zio.
Zio tertawa lepas, suaranya menggema diruangan UKS. “Gak jadi deh, gue masih sayang kedua tangan gue. Jadi sorry ya gue gak bisa bantu lap tubuh lu, Ana.” Zio kembali menutup gorden pembantas lalu benar-benar keluar dari dalam UKS. Dan Riana pun ikut terkekeh dengan kelakuan pria itu.
...----------------...
...🐇🐇🐇...
Kali ini part bersama Zio dulu, soalnya nanti Zio bakal jarang muncul. Semoga para Reader menikmati alur cerita ini. Jangan lupa semangatin Author lewat like dan komen ya😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Rhien
😭😭😭😭Tidakkkkkk jangan......
2023-07-25
1
Nona Indha
satukan zio Ama Riana thorr,aku lebih suka part zio Ama riana
2021-10-29
1
Ekowati
semoga hati mu terbuka buat zio lgi ya Riana sepertinya dia laki2 penuh amanah nantinya klo jadi suamimu ❤️😘😘😊😊
2021-10-28
1