Latihan.

“Mamah tetap gak setuju sama keputusan kamu,” ujar Via, mamah Arun. Ia berdiri dari posisi duduknya lalu menghadap kolam, malipatkan kedua tangannya di depan dada, membelakangi Arun.

“Mamah dari awal udah gak setuju kamu mengadopsi si Faisal, padahal kalau kamu ingin mengurusnya ya urus aja, gak perlu ngadopsi dia sebagai anak! Terus sekarang kamu ingin mengalihkan posisi pimpinan perusahaan sama dia, yang bukan anak kandung kamu. Yang benar aja kamu itu!” lanjut Via di akhiri helaan napas panjang. Ia seberusaha mungkin tidak terbawa emosi atas keputusan Arun yang ingin menjadikan Faisal sebagai penerus perusahaannya.

Mita dan Arun saling berpandangan satu sama lain, menghadapi ibunya yang satunya ini memang harus dengan penuh kesabaran.

“Mamah kan tau, kalau dari ke empat anak aku gak ada yang mau nerusin perusahaan aku. Alfa sekarang udah jadi Dokter, mana bisa dia ngurusi perusahaan. Alfi, walaupun dia lulusan Manajemen Bisnis sama sekali gak mau kerja kantoran. Andrian, dia baru aja mau memulai karirnya sebagai Atlet sedangkan Adriana masih kelas 3 SMA. Jadi, menurutku Faisal yang paling cocok untuk menggantikan aku diperusahaan, mah.” Jelas Arun panjang lebar, semoga mamahnya itu bisa mengerti.

“Umur aku juga udah gak muda lagi, mah. Sudah gak sanggup mengurusi dua perusahaan besar,” lanjut Arun. semenjak papahnya pensiun, otomatis semua alih perusahaan sang papah diteruskan oleh Arun.

Via berbalik badan menghadap Arun dan Mita dengan raut wajah menahan marah, “Tapi bukan berarti kamu menjadikan anak pungut sebagai penerus kamu! Ingat, dia itu Cuma anak pungut yang gak ada hubungan darah sama kamu. Dan seharusnya kalian sebagai orang tua bisa tegas kepada anak-anak kalian! Apaan itu si Alfi kerjaannya gak jelas gitu, emang jadi artis berapa sih penghasilannya? Lebih baik kalian paksa untuk jadi penerus perusahaan. Terus si Andrian malah kalian biarkan jadi Atlet, yang gak ada jaminan masa depannya.” Ketus Via sambil menunjuk-nunjuk Arun dan Mita bergantian “Kalian itu terlalu membebaskan kemauan anak-anak kalian, kalau suatu saat nanti mereka hanya jadi sampah masyarakat baru tahu rasa kalian,” lanjut Via.

Ingin sekali Mita membalas ucapan pedas mertuanya itu, yang seakan-akan menyalahkan ia dan Arun salah mendidik anak-anak mereka. Berkali-kali Mita menghirup udara sedalam-dalamnya agar tidak terbawa emosi dan mengeluarkan kata-kata pedas untuk ibu mertuanya.

“Mah udah cukup! Walaupun Faisal bukan darah daging kami, kami sudah menganggap dia sebagai anak kandung kami. Kami tahu apa yang terbaik untuk anak-anak, mamah gak perlu ikut campur dengan kemauan mereka. Dan keputusanku sudah bulat untuk menjadikan Faisal sebagai pengganti aku untuk memimpin perusahaan dan aku juga udah mengadakan rapat dengan para pemegang saham, mereka semua setuju dengan keputusan aku. Kalau masalah kulitas kerja, Faisal tidak perlu di ragukan lagi. Selama dua minggu ini kami bisa melihat kulitas kerja Faisal,” kata Arun, mencoba segara menyelesaikan obrolan yang membuat hatinya memanas.

Sedangkan di balik tembok, Riana memegang tangan Faisal dengan erat. Ia dan Faisal sudah dari tadi dibalik tembok mendengarkan percakapan kedua orang tua mereka bersama sang nenek. Riana melirik ke arah Faisal yang menatap kosong ke arah depan. “Bang Ical gak perlu dengerin apa kata omah yah,” ucap Riana sambil mengusap lembut bahu Faisal.

“Abang juga sebenarnya gak mau di suruh nerusin perusahaan ayah,” sahut Faisal datar tanpa menoleh pada Riana.

Riana menghembuskan napas panjang, ia tahu bahwa abangnya sakit hati atas ucapan omah. Dari dulu omah memang sudah menunujukan sikap ketidaksukaannya atas kehadiaran Faisal.

“Kita pergi dari sini aja yuk bang,” Riana menarik tangan Faisal tanpa menunggu persetujuan pria itu, ia tidak mau abangnya semakin sakit hati mendengar ucapan omah.

Riana membawa Faisal ke belakang rumah, yaitu taman belakang yang di penuhi dengan beberapa tanaman bunga hasil tanam Riana sendiri, eh ralat, hasil taman bersama-sama. Kemudian mereka duduk di kursi dibawah pohon Manggah.

Semilir angin menyejukan kulit mereka. Terik matahari di sing hari tidak terlalu terasa karena pohon Manggah yang cukup besar menyejukan keduanya.

Riana menarik tangan Faisal, lalu menggenggamnya. “Abang gak perlu mikirin kata omah tadi ya, maklum, omah kan udah tua jadi jalan pemikirannya juga udah agak berkurang gitu.” Ucap Riana

Faisal terkekeh pelan “Gak baik loh ngatain orang tua,” sahut Faisal tanpa menoleh.

“Bukan ngatain bang, emang bener! Jalan pemikiran orang di atas 70 tahun itu udah kadaluwarsa. Seharunya omah tuh diem aja dirumah gak perlu ikut campur urusan perusahaan. Udah mau bau tanah juga.”

Faisal langsung menoleh pada Riana lalu mencubit hidung wanita itu sambil berkata “Hus gak boleh ngomong kaya gitu! Omongon Riana barusan termasuk kasar loh.”

“Ya ampun bang, Riana kan Cuma bercanda,” Riana mengelus hidung bekas cubitan sang abang “Hidung Riana merah nih,” rajuk Riana.

Faisal mendekatkan wajahnya pada Riana lalu menggesekan hidungnya dengan hidung Riana, “Lain kali jangan ngomong kaya gitu, bagaimana pun sikap omah, itu tetap omah kita harus kita hormati.” Ucap Faisal.

Riana hanya ber-hem saja menjawab ucapan Faisal. sebenarnya hatinya cukup kaget saat Faisal medekatkan wajahnya lalu menggesekan hidung mereka. Sudah lama sekali wajah mereka tidak berdekatan seperti tadi.

“Abang masih kepikiran kata-kata omah?” tanya Riana setelah beberapa saat mereka terdiam cukup lama.

“Udah gak kok,” jawab Faisal pendek.

“Tapi wajah abang kaya masih sedih gitu,” Riana menyentuh dahi Faisal, mengelusnya lembut “Dahinya aja masih berkerut kaya gini.”

Faisal menarik tangan Riana yang sedang mengelus dahinya, “Kayanya abang mau balik lagi ke Inggris, ada tawaran kerjaan bagus disana,” ucap Faisal. Inggris tempat dimana Faisal melanjutakan kuliah S2.

Mata Riana membelalak, lalu memeluk Faisal dengan erat “Bang Ical gak boleh pergi lagi,” ucap Riana lirih, belum ada dua bulan abangnya tinggal disini masa mau pergi jauh lagi, yang benar saja?

Faisal tersenyum kecil lalu membalas pelukan Riana, “Baru kayanya, belum tentu mau pergi,”

“Tapi tetap aja, ada kemungkinan abang mau pergi lagi,” Riana melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Faisal dengan kedua tanganya. Matanya menatap bola mata Faisal dengan lembut “Bang Ical harus tahu kalau bang Ical itu sangat berharga bagi keluarga kita, apalagi buat Daddy dan Momy. Jangan ada lagi pemikiran untuk pergi jauh dari keluarga ini.”

Faisal tersenyum kecil sambil menatap wajah cantik Riana, dari dulu Riana yang selalu menengkan dirinya ketika ia sedang merasa terkucilkan, apalagi ketika ada pertemuan keluarga besar Hakim, ia semakin merasa tidak pantas untuk tinggal di keluarga ini. Ayah dan Bundanya memang sangat sayang pada dirinya tapi orang-orang disekeliling bunda dan ayahnya yang tidak suka akan kehadiran dirinya.

“Abang merasa bersyukur sekali bisa berada di keluarga ini,” ucap Faisal.

Riana tersenyum merekah lalu kembali memeluk Faisal, ia tahu tidak mudah bagi abangnya menerima hujatan orang-orang di luar sana. Dulu waktu Riana masih kecil, sering mendapatkan Faisal menangis di pojokan kamar ketika habis pulang sekolah, dulu Riana gak tahu apa penyebab abangnya menangis tapi walaupun ia masih kecil ia sudah mengerti apa yang dirasakan sang abang, dan walaupun Faisal mencoba menyembunyikan rasa sedihnya di hadapan semua orang, Riana akan tetap tahu dari sorot matanya bahwa sang abang sedang bersedih dan mencoba menyembunyikan dari semua anggota keluarga.

“Abang gak perlu merasa sendirian, kan ada Riana yang selalu bersama bang Ical,” ucap Riana lembut masih memeluk Faisal. sedangkan Faisal lebih mengeratkan pelukannya, dari dulu pelukan Riana memang paling bisa membuat hatinya tenang.

...----------------...

Riana dengan malas melangkah kakinya menuju tempat latihan, sudah hampir tiga minggu ia latihan musik klasik dengan sang mantan, ya walaupun tidak hanya berdua tapi tetap saja Riana merasa tidak nyaman karena kadang-kadang ia merasa bahwa Zio selalu memperhatikannya. Ini bukan kegeeran tapi kadang mata ekornya salalu mendapati Zio sedang menatap dirinya.

Sudah seharian sekelas dengan Zio ditambah habis pulang sekolah latihan sama dia, aduh.. bosen banget terus-terusan satu ruangan sama dia. Batin Riana menggerutu.

Riana masuk ke ruang latihan tanpa menyapa kedua pria yang sudah berada di dalam sana.

“Ribet banget sih jadi elu, tiap hari harus bawa titipan anak-anak,” celetek Zio yang melihat Riana tampak kesusahan membawa godibeg kanvas yang penuh dengan barang-barang titipan untuk Alfi.

“Ini tu salah satu sumber mata pencaharian gue, gak usah bawel, yang ribet gue ini bukan elu” sahut Riana ketus sambil meletakan barang bawaannya di pojok ruangan.

“Aneh gue sama elu, anak orang kaya tapi mau cari uang recehan. Elu di kasih uang jajanya kurang?” ucap Zio setengah meledek.

Riana menghembuskan napas kasar lalu duduk di kursi di depan Piano, ia tidak perlu meladeni ucapan Zio karena entah kenapa jika berbicara dengan pria itu bawaannya ingin makan daging manusia.

Setelah dua jam latihan Mereka menyudahi latihannya dan sekarang sudah menunjukan pukul lima sore.

“Kayanya kita harus lebih sering latihan karena tinggal 10 hari lagi ulang tahun sekolah kita, sedangkan latihan kita masih banyak salahnya,” ucap Zio sambil memasukan biola pada tempatnya semula.

“Iya kak betul banget, apalagi ini penampilan pertama aku di sekolah ini,” ucap Erik, adik kelas Zio dan Riana.

“Gimana kalau kita setiap hari aja latihannya? Kalau kita tetap seminggu dua kali, takutnya penampilan kita gak lancar saat hari H nanti,” usul Zio sambil melirik ke arah Riana yang dari tadi masih diam.

“Aku sih oke oke aja kak,” sahut Erik

“Elu gimana, Riana?” tanya Zio.

“Harus banget ya setiap hari? Kita bisa latihan seminggu tiga kali atau empat kali, gak perlu setiap hari juga,” jawab Riana, jujur saja ia sangat keberatan harus latihan setiap hari bukannya tidak mau menampilkan yang terbaik tetapi ia tidak ingin berlama-lama satu ruangan bersama Zio.

“Ck, Cuma 10 hari doang, gak bakalan kerasa kok,” ucap Zio di angguki oleh Erik.

“Iya kak Riana, setelah kita tampil, kita gak akan latihan-latihan lagi!” tambah Erik.

Riana diam beberapa saat lalu mengangguk setuju, setidaknya ia bisa bersabar selama 10 hari menghabiskan waktu lebih banyak bersama Zio.

Zio dan Erik tersenyum puas, akhirnya mereka bersepakat latihan setiap hari termasuk hari minggu juga.

Riana berdiri didepan gerbang sambil menatap ponselnya, sudah berkali-kali menelpon Faisal untuk menjemputnya tapi telponnya tidak di angkat-angkat, dan chatnya juga tidak di balas-balas. Padahal sang abang sudah bilang tadi pagi mau jemput.

“Oy mau pulang bareng gak?” tanya Zio di dalam mobil mengagetkan Riana.

“Elu bisa gak sih gak usah ngagetin gue?” Riana mengelus dadanya sambil melirik sinis pada Zio.

Zio hanya tersenyum memamerkan gigi putihnya menanggapi ucapan Riana, kemudian ia keluar dari mobil dan mengambil godibeg bawaan Riana.

“Eh mau ngapain lu?” tanya Riana kaget, mendapati barang bawaannnya di masukan ke dalam mobil Zio.

“Gue anterin elu pulang,” Zio menutup pintu mobil bagian belakang, habis meletakan barang bawaan Riana.

“Dih, siapa yang bilang mau di anterin pulang sama elu? Gue udah ada yang jemput,” tolak Riana sambil mencoba membuka pintu mobil kursi belakang, ingin mengambil barang bawaannya tetapi Zio menghalanginya.

“Ini udah sore, Riana. Apalagi ini udah mendung banget mau hujan! Elu mau di sekolah sendirian di temani hujan yang deras? Bisa-bisa nanti mbak kunti ikut nemenin elu,”

Jika ada orang lain yang melihat posisi mereka, mungkin terlihat romantis karena posisi tubuh mereka sangat dekat sekali, tangan Riana mencoba membuka pintu mobil sedangkan pintu mobil itu di senderi oleh Zio. Ingin sekali Zio melingkarkan tangannya di pinggang Riana, melihat posisi tubuh mereka sangat berdekatan, tapi Zio sadar wanita di depannya ini bukan kekasihnya lagi.

“Lebih baik gue di temeni sama mbak kunti dari pada satu mobil bareng— kyaa,” Riana berteriak kaget saat mendengar suara petir yang memekakan telinga, bahkan sekarang wajahnya sudah bersembunyi di dada Zio.

Tubuh Zio seketika menegang, bukan karena suara petir yang mengagetkannya tapi karena wanita di hadapnnya ini tiba-tiba memeluk tubuhnya, bahkan Zio bisa merasakan pegangan Riana yang begitu erat di pinggangnnya. Baru saja ia membayangkan bisa memeluk Riana dan sekarang hal di bayangkannya terjadi. Seketika senyuman manis mengembang di wajah Zio.

Ayo petir, tambah keras lagi suaranya biar Riana terus meluk gue. Batin Zio

Terpopuler

Comments

Ekowati

Ekowati

Aahh paper niee zio🤭🤔🤔

2021-10-25

0

tinny suartini

tinny suartini

maraton baca, sampe c bungsunya aku yang lagi sakit heran liat ibu nya ga bisa dipanggil pokus sama hp😁

2021-09-09

0

Yunie

Yunie

ngarep banget si zio ...🤭🤭🤣🤣🤣

2021-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Kerinduan.
2 Ongkos Kirim
3 Dia Pulang
4 Omelan Sang Ayah
5 Nempel Terus
6 Kolaborasi Musik Klasik
7 Latihan.
8 Perasaan Apa ini?
9 Ciuman di Pipi
10 Dia Itu Abang Kamu
11 Acara Spesial
12 Asam Lambung
13 Tidur Bersama
14 Diam-Diam Punya Pacar
15 Kejutan Tak terduga 1
16 Kejutan Tak terduga 2
17 Bang Ical kok tidurnya ngebelakngin Riana sih?
18 Perjuangan elu akan sia-sia, Zio!
19 Berjalan Mendekat
20 Tapi elu harus rela kehilangan kedua tangan lu, Zio.
21 Jangan cari-cari kesempatan deh lu!
22 Mengingat
23 Nasib Jelek
24 Sidang Paripurna
25 Mulai Menunjukan
26 Mulai menunjukan 2
27 Mulai menunjukan 3
28 Mulai menunjukan 4
29 Mulai Menunjukan 5
30 Makan Tuh Simpanan
31 Apa ini?
32 Canggung
33 Riana Kangen Bang Ical
34 Riana Cinta bang Ical
35 Makasih atas Jawabannya
36 Luka
37 Perasaan Riana pada Zio
38 Cintaku Sudah Mendarah daging, Ana!
39 Satu Tahun yang Lalu 1
40 Satu Tahun yang Lalu 2
41 Satu Tahun yang Lalu 3
42 Satu Tahun yang Lalu 4
43 Di Inggris Bersama Faisal 1
44 Di Inggris bersama Faisal 2
45 Di Inggris bersama Faisal 3
46 Di Inggris bersama Faisal 4
47 Sebab Akibat
48 Sebab Akibat II
49 Berakhir.
50 Benar-benar berakhir
51 Perasaan yang Sesungguhnya
52 Aku Cinta Kamu, Zio.
53 Proses Terbongkar
54 Faisal Mengetahui
55 Daddy 1
56 Daddy 2
57 Minta Maaf
58 Minta Maaf 2
59 Ketidakjelasan Hubungan Faisal & Riana
60 Awal Mula Timbul Kebencian 1
61 Awal Mula Kebencian 2
62 Awal Mula Kebencian 3
63 Lelah dan Istirahat
64 Baju Transparan
65 Maya dan Faisal 1
66 Maya dan Faisal 2
67 Maya dan Faisal 3
68 Maya dan Faisal 4
69 Ikatan Batin
70 Keresahan Mita dan Arun
71 Pergi Liburan 1
72 Pergi Liburan 2
73 Pergi Liburan 3
74 Pergi Liburan 4
75 Dua Cincin Lamaran
76 Cinta yang Disembunyikan 1
77 Cinta yang Disembunyikan 2
78 Cinta yang Disembunyikan 3
79 Riana Sakit & Film horor
80 Perjodohan Faisal
81 Kabar Perjodohan
82 Melewati Batas 1
83 Melewati Batas 2
84 Melewati Batas 3
85 Melewati Batas 4
86 Sepupu 1
87 Sepupu 2
88 Sepupu 3
89 Sepupu 4
90 Pernyataan Cinta yang sesungguhnya 1
91 Pernyataan Cinta yang Sesungguhnya 2
92 Cinta yang Menggebu-gebu 1
93 Cinta yang menggebu-gebu 2
94 Selesai untuk Sementara 1
95 Selesai untuk Sementara 2
96 Selesai untuk Sementara 3
97 Ucapan Terima Kasih
98 Di Simpang Takdir
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Kerinduan.
2
Ongkos Kirim
3
Dia Pulang
4
Omelan Sang Ayah
5
Nempel Terus
6
Kolaborasi Musik Klasik
7
Latihan.
8
Perasaan Apa ini?
9
Ciuman di Pipi
10
Dia Itu Abang Kamu
11
Acara Spesial
12
Asam Lambung
13
Tidur Bersama
14
Diam-Diam Punya Pacar
15
Kejutan Tak terduga 1
16
Kejutan Tak terduga 2
17
Bang Ical kok tidurnya ngebelakngin Riana sih?
18
Perjuangan elu akan sia-sia, Zio!
19
Berjalan Mendekat
20
Tapi elu harus rela kehilangan kedua tangan lu, Zio.
21
Jangan cari-cari kesempatan deh lu!
22
Mengingat
23
Nasib Jelek
24
Sidang Paripurna
25
Mulai Menunjukan
26
Mulai menunjukan 2
27
Mulai menunjukan 3
28
Mulai menunjukan 4
29
Mulai Menunjukan 5
30
Makan Tuh Simpanan
31
Apa ini?
32
Canggung
33
Riana Kangen Bang Ical
34
Riana Cinta bang Ical
35
Makasih atas Jawabannya
36
Luka
37
Perasaan Riana pada Zio
38
Cintaku Sudah Mendarah daging, Ana!
39
Satu Tahun yang Lalu 1
40
Satu Tahun yang Lalu 2
41
Satu Tahun yang Lalu 3
42
Satu Tahun yang Lalu 4
43
Di Inggris Bersama Faisal 1
44
Di Inggris bersama Faisal 2
45
Di Inggris bersama Faisal 3
46
Di Inggris bersama Faisal 4
47
Sebab Akibat
48
Sebab Akibat II
49
Berakhir.
50
Benar-benar berakhir
51
Perasaan yang Sesungguhnya
52
Aku Cinta Kamu, Zio.
53
Proses Terbongkar
54
Faisal Mengetahui
55
Daddy 1
56
Daddy 2
57
Minta Maaf
58
Minta Maaf 2
59
Ketidakjelasan Hubungan Faisal & Riana
60
Awal Mula Timbul Kebencian 1
61
Awal Mula Kebencian 2
62
Awal Mula Kebencian 3
63
Lelah dan Istirahat
64
Baju Transparan
65
Maya dan Faisal 1
66
Maya dan Faisal 2
67
Maya dan Faisal 3
68
Maya dan Faisal 4
69
Ikatan Batin
70
Keresahan Mita dan Arun
71
Pergi Liburan 1
72
Pergi Liburan 2
73
Pergi Liburan 3
74
Pergi Liburan 4
75
Dua Cincin Lamaran
76
Cinta yang Disembunyikan 1
77
Cinta yang Disembunyikan 2
78
Cinta yang Disembunyikan 3
79
Riana Sakit & Film horor
80
Perjodohan Faisal
81
Kabar Perjodohan
82
Melewati Batas 1
83
Melewati Batas 2
84
Melewati Batas 3
85
Melewati Batas 4
86
Sepupu 1
87
Sepupu 2
88
Sepupu 3
89
Sepupu 4
90
Pernyataan Cinta yang sesungguhnya 1
91
Pernyataan Cinta yang Sesungguhnya 2
92
Cinta yang Menggebu-gebu 1
93
Cinta yang menggebu-gebu 2
94
Selesai untuk Sementara 1
95
Selesai untuk Sementara 2
96
Selesai untuk Sementara 3
97
Ucapan Terima Kasih
98
Di Simpang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!