Setelah puas menonton, makan, belanja dan bermain beberapa permainan di Timezone mereka pulang ke rumah di jam 19.15 WIB. Pas sekali di jam makan malam saat ini di rumah. Riana sangat menikmati moment bersama Faisal begitupun dengan Faisal, hari ini begitu menyenangkan bagi keduanya.
“Riana bangun udah sampai rumah,” Faisal menggoyangkan pelan bahu Rina, mencoba membangunkan yang sudah terlelap tidur sejak diperjalanan pulang, mungkin wanita itu sangat kelelahan sampai tertidur pulas.
“Riana,” kali ini Faisal menepuk-nepuk pelan pipi wanita itu berharap cepat bangun. Aku lupa kalau Riana sudah tidur akan susah sekali dibangunkan, apa lagi hari ini dia sangat kelelahan.
Faisal menghembuskan napas pelan, ini artinya ia harus menggendong Riana sampai kamarnya di lantai dua. Ia bukannya tidak tega harus membangunkan Riana di tengah lelap tidurnya tetapi bayangkan saja, ia harus menggendong bobot tubuh wanita ini sampai di lantai dua.
Mungkin untuk luas rumah biasa saja tidak masalah menggendong Riana, tetapi rumah di depannya ini bukan rumah ukuran sederhana. Ia harus melewati Ruang tamu yang ukurannya lebih luas dari pada lapangan putsal, melewati kamar-kamar saudara yang lain, anak tangga yang tidak sedikit, di tambah kamar wanita itu berada di ujung lantai dua. Itu lumayan melelahkan dan Jangan tanyakan bagaimana beratnya tubuh Riana. Kadang Faisal merasa sangat heran, tubuh Riana sangat ideal tapi berat badannya gak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Jangan bicarakan hal romantis disaat tubuhnya juga sangat kelelahan, lagi pula Riana tidak sedang sekarat yang harus ia gendong walaupun ia sangat lelah. Disaat sama-sama lelah harus berpikir realistis, bukan membahas hal romantis. Jangan terlalu berpacu pada cerita-cerita romanpicisan, kerena kesempurnaan hanya ada dicerita fiksi.
Faisal keluar dari mobil kemudian membuka pintu disebelah Riana, ia membungkuk, menyelipkan satu tangannya di punggung Riana dan satu lagi di bawah paha. Sebelum mengangkat tubuh wanita itu, Faisal menatap lekat wajah damai Riana. wajah itu terlihat tenang, setenang embun di pagi hari. Tidak terlihat wajah lelah setelah hampir 3 jam berputar mengelili toko-toko di pusat perbelanjaan tadi.
Beruntunglah para pria yang masih selamat setelah memandangmu, Riana. Lirih Faisal dalam hatinya sambil tersenyum kecil lalu ia dekatkan bibirnya pada kening Riana dan dikecuplah kening tersebut dengan penuh penghayatan. Andaikan aku tidak jadi kakakmu, mungkin aku sudah mengklaim bahwa kamu milikku.
Faisal mulai mengangkat tubuh Riana pelan-pelan keluar dari dalam mobil lalu mulai berjalan masuk ke dalam rumah.
“Riana tidur?” tanya Mita saat melihat Faisal berjalan mendekati ruang keluarga, karena sebelum menaiki tangga ia harus melewati ruang keluarga. Sepertinya mereka sudah selesai makan malam, karena setelah makan malam keluarga ini punya kebiasaan kumpul di ruang keluarga. Disana ada si kembar, Arun dan Mita. Sedangkan Andrian tidak ada, anak itu sudah masuk asrama atlet Bulu Tangkis dua hari yang lalu.
Faisal hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Bangunin aja padahal bang, tubuh Riana itu gak ringan loh.” Celetuk Alfi.
“Kamu kaya gak tahu aja, kalau Riana udah tidur,” balas Alfa. Semua anggota keluarga sudah tahu bagaimana susahnya membangunkan Riana. kalau kata Arun, itu keturunan dari sang istri, Mita. Dan Mita tidak menyangkal hal itu, karena dulu ia memang sangat susah sekali dibangunkan, tapi itu dulu sebelum menikah dengan Arun walaupun sekarang kadang masih susah dibangunkan. Tetapi tidak sesusah seperti masih lajang.
“Yaudah kamu anterin Riana ke kamarnya dulu, terus setelah itu makan.” ucap Arun membuka suara.
“Aku udah makan tadi bareng Riana diluar,” jawab Faisal sambil berlalu meninggalkan ruang keluarga.
Dengan pelan-pelan penuh kehatian, Faisal menurunkan Riana di atas kasur. Ketika ia telah meletakan Riana dan akan menjauhkan dirinya, tiba-tiba tangan Riana memeluknya erat, sehingga membuat tubuhnya hampir menindih tubuh Riana, untung saja siku tangannya bisa menahan jadi tidak menimpa tubuh Riana secara keseluruhan, namun dada bidang Faisal bisa merasakan kedua benda kenyal yang sedang ditindihnya ini. ditambah jarak wajahnya dengan Riana sangat dekat. Ia bisa merasakan hembusan panas napas Riana yang menerpa wajahnya dan aroma tubuh wanita itu yang bercambur bau keringat.
Lagi tidur kok bisa meluk seerat ini sih?
Faisal dengan pelan melepaskan jeratan tangan Riana, setelah lepas ia segera menjauhkan tubuhnya dari tubuh wanita itu, ia merenggangkan tubunya yang sempat kaku seperti patung lalu menghembuskan napas frustasi.
Aku harus segera pergi dari kamar ini sebelum kehilangan akal sehatku. Batin Faisal sambil menggelengkan kepalanya ringan. Ia membuka sepatu dan kaos kaki yang masih melekat di kaki wanita itu. Tidak lupa menarik selimut menyelimuti tubuh Riana sampai bahu dan mematikan lampu kamar Lalu melangkah keluar.
Sebelum menutup pintu kamar, Faisal menoleh pada Riana yang sedang terbaring. Riana, sepertinya aku harus mulai sedikit demi sedikit menjauhkan diriku dari kamu. Kedekatan kita gak baik buat perasaan aku. Hari ini aku tersadar bahwa suatu saat kamu akan mendapatkan lelaki yang akan menjadi kekasih kamu dan membangun sebuah keluarga. Aku harus siap dan rela dengan hal itu, walaupun aku sangat tidak menginginkannya, tetapi hal itu pasti akan terjadi.
Dan aku juga harus memulai kehidupan baru tanpa kamu, aku kira selama 5 tahun rasa cinta itu sudah hilang tetapi rasa cinta itu masih tertaman dilubuk hati, terlalu kuat, Riana. Tidak bisa hilang walaupun jarak dan waktu memisahkan bertahun-tahun aku dengan kamu. Mungkin rasa cinta ini tidak akan pernah hilang atau tergantikan dengan cinta lain, tetapi aku juga tidak bisa terus seperti ini, membuat diriku tersiska oleh cinta yang tak akan pernah tersempaikan. Semoga aku memiliki takdir kehidupan yang membahagiakan walaupun tidak ada kamu di sisiku.
Faisal tersenyum lembut sambil menutup pintu kamar Riana.
***
“Wow, momy tumben belanja sebanyak ini, dan tumben juga ikut belanja bareng Bi Meli,” ucap Riana sambil membantu Mita mengeluarkan belanjaan dari bagasi mobil. Tadi ia sedang menunggu abangnya, Alfa. Untuk mengantarkannya ke rumah Zio karena hari minggu ini jadwal latihan musik klasik di rumah Zio. Tetapi Riana tidak mengatakan akan kerumah Zio, ia hanya mengatakan main musik klasik di rumah temannya. Ia tidak merasa berbohong karena Zio memang hanya sekedar teman.
Ketika sang abang menanyakan nama temannya, Riana menyebutkan nama belakang Zio, karena banyak orang yang tidak tahu kepanjangan nama Zio. Apalagi abang-abangnya hanya mengenal nama panggilan Zio dan hanya melihatnya lewat photo, jadi mereka tidak akan curiga.
Jika Riana terus terang akan latihan di rumah Zio maka bisa-bisa ia tidak diperbolehkan pergi. Melihat dari gelagat abang-abangnya, mereka masih kesal pada pria yang telah menjadi pacarnya sebab tidak meminta izin restu dari mereka padahal Riana sendiri yang tidak mengizinkan Zio menemui mereka. Sebab menurut Riana mereka hanya sekedar pacaran bukan menjalani hubungan serius jadi tidak perlu mengenalkan pada keluarga dan lihatlah sekarang hubungan mereka sudah kandas.
Tapi sayangnya, jalan pemikiran Riana berbeda dengan sang abang. Mau itu hanya sekedar menjadi pacar harus tetap meminta restu mereka.
“Oiya adek belum tahu ya, nanti malam kita punya acara spesial, sayang.” balas Mita sambil mengangkat belanjaan dan berjalan masuk ke dalam rumah.
“Bi, minta bantuan Mang Joko biar bawain sisa belanja di bagasi,” ucap Mita pada pemabantu yang menemaninya belanja.
Wanita yang bernama Meli mengangguk, “Iya bu.” Jawabnya.
“Acara spesial apa emang, Mom.? Tanya Riana sambil berjalan di belakang Mita sambil kedua tangannya menenteng belanjaan.
“Yuk berangkat,” ajak Alfa menghampiri Riana.
“Bentar bang, Riana simpen belanjaan ini dulu ke dapur.”
“Abang tunggu di mobil. Jangan lama- lama abang harus cepet ke rumah sakit.” Ucap Alfa sambil berlalu setelah pamitan dengan Mita dengan mencium kedua pipi bundanya itu.
“Adek letakin aja belanjaannya aja disitu nanti biar Bi Meli yang lanjutin bawa kedalam,” saran Mita.
“Yaudah adek letakin disini ya,” Riana meletakan belanjaan dipegangannya di atas lantai lalu mencium pipi Mita berpamitan, “Adek pergi dulu Momy.” Lanjut Riana melambaikan tangan sambil berlari kecil keluar rumah.
“Pulangnya jangan kesorean, soalnya ada acara di rumah kita,” teriak Mita mengingatkan. Ia belum memberi tahu perihal acara spesial nanti malam.
“Iya.” Jawab Riana dengan berteriak juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yunie
acara perkenalan calon istri bang ical kah ?
2021-09-26
0
tinny suartini
acara lamaran kakaknya ya mom?
2021-09-26
0